My Sweetest Ex

By myezbie

268K 19K 2.9K

Protektif dan diktator adalah sifat yang mendarah daging gadis itu, hingga membuat Iqbaal jengah dan memutusk... More

Prolog
BAB 1 : Boyfriend
BAB 2 : Mark My Words
BAB 3 : A Planning
BAB 5 : A Bit of Jealous
BAB 6 : Stalking Her
BAB 7 : Gossip
BAB 8 : An Angel
BAB 9 : Her Feeling
BAB 10 : They Are Fight
BAB 11 : Can We Be Friend?
BAB 12 : Make A Deal
BAB 13 : A Little Secret
BAB 14 - One Time
BAB 15 - I am Promise!
BAB 16 : Try to Move On?
BAB 17 : What's Wrong?
BAB 18 : Heartbreaking
BAB 19 : When The Regret it Come?
BAB 20 - What's My Fault?
BAB 21 : Three Painful Minutes
BAB 22 : Love Shot
BAB 23 : The Truth Untold
BAB 24 : What's It Wound?
BAB 25 : Break Up
BAB 26 : What Are You Missed?
BAB 27 : Another Chance
BAB 28 : They're Miss Each Other
BAB 29 : Hi Salsha?
BAB 30 : Dating Agency
BAB 31 : An Effort to Catch Her
BAB 32 : An Unexpected Fact
BAB 33 : Status?
BAB 34 : Kissing, Huh?
BAB 35 : I Got It!
BAB 36 : Pregnancy and The Wedding
Epilog

BAB 4 : Him

6.1K 502 18
By myezbie

Happy Reading.

Lelaki berhidung mancung itu mengamati sang adik yang akhir-akhir ini terlihat berbeda. Dia meletakkan selang air yang di pegangnya.

"Mas! lanjutin sendiri ya," katanya pada lelaki yang sedang menyabuni bagian depan mobil.

"Mas e ini mau kemana toh? Katanya mau bantu saya nyuci mobil."

"Al ke Salsha dulu. Urgent!" Diberi kosa kata asing yang tak dimengertinya ia pun hanya menggaruk rambut membuat busa itu menempel di sana.

"Angel tenan ngomong karo wong bule."

Sementara itu, Al yang baru saja tiba di kamar sang adik mengamati geraknya. Lelaki itu memilih untuk diam menyandarkan punggungnya di jendela balkon menatap Salsha yang bahkan tak menyadari kehadirannya.

"Dek?" sontak saja suaranya membuat Salsha langsung terbuyar dari lamunan. Gadis itu langsung menoleh ke arah sang kakak yang entah bagaimana bisa sudah berada di situ.

"Kakak sejak kapan berdiri di sana?"

"Sejak kamu ngelamun mungkin," ujar Al diiringi gerakan angkatan bahu, "ada masalah?" tanyanya yang langsung dijawab gelengan Salsha.

"Enggak. Aku gak apa-apa kok." Salsha memasang senyum sebaik mungkin agar kakaknya tak curiga.

"Kalo ada problem, cerita ke Kakak. Jangan dipendem sendiri," peringat Al yang di sambut gerakan hormat oleh Salsha.

"Siap, Bos!"

Al pun mengacak gemas rambut adik kesayangannya itu. "Yaudah Kakak mau mandi dulu."

"Mau jalan?"

Al mengangguk, "Mau ikut?" tawarnya.

Salsha langsung menggeleng cepat. "Aku? Jadi obat nyamuk lagi? Makasih, tapi gak minat."

"Daripada di rumah sendiri bengong kayak gini mending ikut Kakak."

"Gak makasih," tolak Salsha yang begitu enggan menjadi satpam penjaga makhluk pengumbar kemesraan seperti kakaknya.

"Padahal mau beliin tas keluaran terbaru yang ada di katalog meja depan," kata Al memasang wajah cemberut, "tapi... gak apa lah, nanti dikasih ke---"

"Oke, aku mau!" kata Salsha, "udah sana pergi mandi! Awas aja kalo sampai Kak Yuki dateng Kakak belum siap. Entar aku berangkat sendiri ke sana," ancamnya.

"Emang kamu mau beli tasnya pakai uang siapa? Mas Joko?"

"Kak!!! Nyebelin ih! Sana mandi," kata Salsha sembari mendorong Al untuk keluar dari kamarnya.

***

Salsha memilih untuk berjalan di belakang kakaknya. Malas juga jika dianggap sebagai orang ketiga ketika kedua manusia di depannya ini berjalan berdampingan dengan jemari bertaut. Dari sini pula Salsha dapat melihat beberapa perempuan yang menengok dua kali ketika berpapasan dengan kakaknya.

Aldriano Angelo adalah kakak paling hebat bagi Salsha. Sifatnya yang cuek dan dingin pada orang lain akan berubah ketika berhadapan dengan sosok-sosok yang disayanginya. Al-panggilannya-adalah satu dari sekian orang yang pelit dalam tersenyum. Pribadinya yang tertutup itu membuat ia selektif dalam memilih teman.

Salsha berbohong jika kakaknya adalah sosok yang sempurna. Meski parasnya tampan dan terkesan dingin, Kak Al adalah anak muda seperti semuanya. Dia sering mengikuti balap liar, merokok, atau bahkan clubing. Walau begitu, Kak Al bukanlah sosok lelaki yang bergonta-ganti kekasih setiap bulannya. Setahu Salsha, dia hanya punya satu mantan kekasih bernama Shareena yang saat ini berada di Jerman.

Salsha pun tahu bagaimana paras cantik dan seksinya si mantan kekasih kakaknya atau mungkin deretan perempuan yang pernah dekat dengan kakaknya. Semua cantik dan Salsha malu mengakui jika mungkin kakaknya penggemar perempuan seksi. Ah ya, semua kecuali Yuki.

Awalnya, Salsha kira Yuki-si perempuan dari kalangan bawah ini-hanya memanfaatkan kekayaan kakaknya. Namun semua presepsinya salah. Kak Yuki-cara dia memanggil-membawa banyak perubahan bagi kakaknya. Dan Salsha iri akan fakta jika kakaknya begitu mencintai Kak Yuki sepenuh hati

Seandainya. Seandainya saja Iqbaal melakukan sama dengan yang dilakukan Kak Al.

"Salsh? Kamu ngelamun?"

"Eh?" Salsha mengalihkan atensi pada perempuan berkemeja jingga itu. "Ada apa, Kak?"

"Kamu mau nonton? Soalnya Kak Yuki pengen liat Insidious. Kamu mau, Dek?" kali ini Al yang mengambil alih pembicaraan.

"Boleh juga. Tapi aku duduk di tengah."

"Eh?" Al yang baru saja ingin mengantri tiket menoleh, "kenapa? Kamu takut?"

Salsha menggeleng dan meraih lengan Yuki tuk dipeluknya. "Aku gak mau ya ada adegan mesra-mesraan di sana. Masih ada anak di bawah umur!" ketusnya sembari mengajak Yuki tuk berjalan menjauh duduk di kursi yang ada di sisi kanan ruang.

***

"Makasih ya, Kak, udah mau temenin aku cari bukunya." Gadis berambut panjang itu mengangkat kantungnya.

"Iya gak apa-apa, lagian kan aku udah janji juga sama kamu, malah harusnya aku yang minta maaf ke kamu."

Gadis di depannya itu mengerutkan dahi sebelum akhirnya bertanya, "Buat apa memangnya?"

Iqbaal terkekeh mengacak pelan rambut Vanesha. "Karena udah batalin janji sampai dua minggu. Padahal kamu mau anternya dua minggu yang lalu kan?"

Vanesha tertawa, "Ooh itu... It's okay, hahaha." Suara tawanya yang merdu membuat Iqbaal terhipnotis. Untuk sepersekian menit ia mandang wajah gadis itu, merasakan ada getaran tak biasa ketika melihat wajahnya.

Perasaan ini. Mengapa bisa datang secepat itu? Sudah jatuhkah Iqbaal sekarang?

"Mau makan?" tawar Iqbaal mengalihkan.

"Aku udah beli nasi goreng tadi sama Zulfa. Kita nonton aja gimana?" usul Vanesha yang diangguki oleh Iqbaal.

"Aku ngikut kamunya aja. Asal kamu bahagia."

"Gombal!" Vanesha yang memilih jalan dahulu itupun membuat Iqbaal menggelengkan kepalanya. Senyuman terpatri jelas di bibir laki-laki itu.

Setelah sampai di bioskop, Iqbaal berjalan menuju ke arah Vanesha yang tengah berdiri di depan salah satu poster film.

"Mau nonton ini?"

Vanesha menoleh dan mengangguk, "Iya. Aku suka! Kita nonton ini aja ya..."

"Yaudah kamu di sini aja biar aku yang pesen tiket sama beli camilannya," kata Iqbaal hendak berlalu.

"Eh...eh," dengan cekatan Vanesha menyekal tangan laki-laki itu, "biar aku aja yang beli camilannya. Entar kita terlambat masuk, liat deh jam tayang di monitornya. Kurang tiga menit."

"Iya udah." Iqbaal merogoh saku celananya, mengeluarkan selembar uang bewarna merah. "Nih, pakai uang aku."

Vanesha menggeleng, "Aku bawa uang, kok, lagian masa Kakak terus yang bayar. Tadikan udah buku, jadi biar aku yang bayar camilannya." Kemudian gadis itu berlalu tanpa pamit. Iqbaal tersenyum menatap sosoknya yang saat ini berjalan menuju ke salah satu stan penjual camilan.

Iqbaal terpukau.

Jika ditanya bagaimana perasaan Vanesha sekarang, maka tanpa ragu gadis itu akan menjawab ia amat bahagia. Siapa sih yang tidak bahagia ketika kencan dengan orang yang disuka?

"Ini Mbak pesanannya." Vanesha mengangguk kemudian bergeser ke kiri karena ada satu pelanggan lain.

"Berapa, Mas?"

"Delapan puluh tujuh ribu totalnya." Vanesha mengangguk mengambil selembar uang yang kemudian diberi kembalian oleh si penjual. Ia pun berjalan cepat ke arah Iqbaal yang sudah ada di depan studio dua.

"Udah main ya filmnya?" kata gadis itu mengekor Iqbaal masuk ke dalam.

"Masih intro, biasanya sih lama ada promosi film juga kan." Vanesha mengangguk saja dan mulai berjalan sejajar dengan Iqbaal.

Keduanya masuk bersama sang pegawai, juga dibantu untuk menemukan tempat duduk mereka.

"Kamu beli burger ya?"

"Iya, pengen gitu."

"Harusnya kita tadi makan dulu. Sehabis nonton kita makan ya?"

"Iya Kak. Bawel ih."

Iqbaal terkikik sembari mengacak poni Vanesha. Laki-laki itu tersenyum yang di balas oleh Vanesha.

Jika Iqbaal tersenyum maka berlainan dengan gadis yang duduk di bangku baris keempat paling atas itu. Salsha meremas botol minuman yang di pegangnya memandang ke arah Iqbaal yang mulai duduk dengan gadis lain. Meski keadaan gelap, dia yakin jika laki-laki itu Iqbaal. Iqbaalnya.

***

Saran dan komennya boleh. Jangan lupa untuk vote. Thankiu.

Cium beceq
-Bieber.

Continue Reading

You'll Also Like

939K 34.5K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
1.8M 157K 40
Hidup Gama seperti sebuah quote "Cintaku habis di kamu, sisanya aku hanya melanjutkan hidup." Setelah perpisahan dengan Jenia hampir sepuluh tahun y...
781K 85.8K 53
Anjelly mengusulkan 3 syarat utama pada perjanjian pra-cerai yang harus disetujui Anam. Tujuannya adalah mendapatkan apa yang selama ini Anjelly damb...
5.7M 382K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...