My Beautiful Mate [TELAH TERB...

By Racelivv

6.1M 349K 16.3K

TERBIT Oleh Glorious Publisher Dingin, datar dan kejam. Itulah sifat yang menggambarkan sosok Luke, pangeran... More

Mate part 1; Elena widley
Mate part 2 ; Istana Darwisen
Mate part 3 ; Para Pangeran
Mate part 4 ; Mate Albert
Mate part 5 ; Tertangkap
Mate part 6 ; ruangan penjara
Mate part 7 ; Kepergian Luke
Mate part 8 ; penyerangan
Mate part 9 ; Keputusan mutlak
Mate part 10 ; hukuman mati
Mate part 11 : dia mateku
Mate part 12 ; Menemukan mu
Mate part 13 ; kesadaran Elena
Mate part 14 ; Sifat beda Luke
Mate part 15 : kekurangan Luke
Mate part 16 ; Luke possesive
Mate part 17 ; Black Forest
Mate part 18 ; Permohonan Exel.
Mate part 19 ; Bencana
Mate part 20 ; Berkumpul
Mate part 21 ; Usaha Luke
Mate part 22 ; perhatian
Mate part 23 ; penolakan
Mate part 24 ; dua pilihan sulit
Mate part 25 ; keputusan Elena
Mate part 26 ; Menyadari
Mate part 27 ; Keberhasilan
Mate part 28 ; Kecewa
Mate part 29 ; Menyerah
Mate part 30 ; Perpisahan
Mate part 32 ; Kebahagian Luke.
Mate part 33 ; Demam
Mate part 34 ; perbedaan
Mate part 35 ; Sebuah fakta
Mate part 36 ; penggalan sebuah mimpi
Mate part 37 ; Melamun
Mate part 38 ; First kiss Elena.
Mate part 39 ; Kembali ketus
Mate part 40 ; Menara istana
Tokoh MBM
Mate part 41 ; Tempat Spesial Luke
Mate part 42 ; Hilangnya Exel.
Mate part 43 ; Jason, Jovin dan Aland.
Mate 44 ; Tanda tanya
Mate 45 ; Kesedihan Aland.
Mate part 46 ; Kerja sama
Mate part 47 ; penggalan kisah Hanes
Mate part 48 ; Ancaman
Mate part 49 ; Kebenaran
Mate part 50 : Keluarga baru.
Mate part 51 ; Kegelapan.
Mate part 52 : Ketidak setujuan
Mate Part 53 : Janji
Mate part 54 : Kehancuran
Mate Part 54 ; Akhir dari sebuah cerita
Mate Part 55 : Ending
Mate Part 56 : Indah (Extra Part)
Berita Penting
Pertanyaan <> Jawaban
VOTE COVER!!
OPEN PRE-ORDER
Novel MBM tersedia di Shopee
PRE-ORDER KE-2
SPOILER TANGGAL
SPOILER SPESIAL PART!
PRE ORDER MBM NOW!!

Mate part 31 ; Kembali

95.9K 6.8K 725
By Racelivv

Perlahan kereta mulai melaju, untuk terakhir kalinya Elena menoleh dan pandangan nya menatap ke satu titik, disana Luke tengah menatap ke arahnya dari balik jendela besar kamar nya.

Elena dapat menangkap sebuah ekspresi tidak rela dari mimik wajah datar Luke, entahlah. Elena merasa hatinya perlahan mulai ragu untuk keluar dari dunia immortal ini sekaligus meninggalkan pria yang mengisi hari-hari Elena selama berada di dunia immortal.

Elena mengalihkan pandangan nya kembali ke arah depan, kereta sudah menjauhi pelantara istana dan sosok Luke yang tengah menatapnya di balik jendela besar perlahan mengecil dan menghilang, Elena menoleh dan memilih untuk menatap hamparan pohon seperti berkejar-kejaran dan berakhir tertinggal jauh di belakang.

Apakah keputusan Elena sudah benar? Elena terus bertanya dalam hati, tidak mungkin hatinya mulai merasa keraguan atas keputusan nya. Luke sudah memperbolehkan nya untuk kembali ke dunia asalnya. Namun, mengapa Elena tidak merasa senang. Itu adalah impian Elena selama terjebak di dunia asing ini, sepanjang hari Elena merasa hatinya gundah. Benarkah ia akan meninggalkan semua yang telah di dapatkan olehnya? Kasih sayang, Cinta kasih, Kehangatan,

"Kau benar-benar yakin dengan keputusanmu Elena?" Exel sedari tadi terus menatap Elena dan menelisik mimik wajah Elena.

"Entahlah, aku sudah yakin. Tetapi, hatiku tidak." Balas Elena tanpa mengalihkan pandangan dari luar.

Jika ada satu permintaan untuk Exel, maka Exel meminta agar jalan fikiran Elena terbuka. Sangatlah terlihat jelas bahwa Elena merasa tidak yakin akan keputusan nya, ingin sekali Exel memaki Elena. Namun, Exel mengurungkan niatnya.

"Aku melihat kegundahan dalam dirimu, fikirkan keputusanmu secara matang, jangan mengikuti apa yang Luke katakan. Aku tau keputusanmu tidak tepat Elena." Ujar Exel menatap Elena.

Elena balas nenatap Exel "Apa maksudmu Exel, aku tidak mengerti."

Exel menghela nafas. "Sekali lagi aku ingin bertanya, apakah kau yakin dengan keputusan sesaatmu Elena?"

Elena mengangguk pelan. "keputusanku sudah bulat Exel, aku akan tetap kembali."

Exel menghela nafas, membujuk Elena tidak semudah apa yang di fikirkan nya, gadis itu terlalu keras kepala untuk di beri petunjuk. Exel telah merencanakan sesuatu yang dapat membuat Elena kembali ke istana dan mengurungkan niatnya, dan rencana itu tidak di ketahui oleh Luke. Exel merasa kasihan pada pangeran nya, Luke terlihat kacau dan tidak dapat fokus pada masalah yang tengah di tangani nya, Exel jelas memahami apa yang terjadi pada Luke dari tingkah laku pria itu beberapa waktu belakangan.

"Elena, aku mohon. Ubah keputusanmu." Exel memohon.

"Tanyakan pada lubuk hatimu, apakah keputusan ini tepat atau tidak. Jika kau meninggalkan dunia immortal, ada hati lain yang tersakiti, kau akan meninggalkan luka besar di hatinya."

Elena menggeleng, ia menatap Exel sesaat. "Tidak, Exel."

Exel menghela nafas. "Coba kau ingat, apakah kau pernah melakukan kesalahan besar hingga membuat Luke marah?" Tanya Exel serius.

Elena memikirkan pertanyaan Exel, Elena tidak pernah melakukan kesalahan fatal hingga menyebabkan Luke marah besar padanya.
"Aku melakukan kesalahan karena mengikuti jebakan putri Felicia, akan tetapi Luke tidak marah padaku."

"Aku melihat Luke sangatlah marah saat kau tidak berada di istana, Luke mengelilingi istana hanya untuk mencarimu. Memang Luke tidak melampiaskan amarah nya padamu, tetapi Luke melampiaskan amarahnya pada penjaga yang kebetulan bertugas menjaga istana pada hari itu." Exel menarik nafasnya.
"Saat itu juga Luke merasa bahwa dirinya adalah pria tidak berguna, ia merasa gagal untuk melindungimu Elena. Saat menolongmu langkah kami di hadang oleh beberapa penyihir, mereka sangat kuat. Kau tau Luke terluka parah, ia melawan beberapa penyihir yang tersisa saat aku tidak berdaya. Bahkan Luke menyelam ke dasar laut hanya untuk menyelamatkan mu di tengah kondisinya yang terluka."

Exel menatap Elena. "Itu semua ia lakukan karena satu hal, Luke mencintaimu, Luke menyayangimu, ia tidak ingin kau terluka."

Elena menoleh menatap Exel dengan wajah kesal. "Lalu, jika dia menyayangiku mengapa ia membohongiku! Apakah itu adalah cinta Exel?!"

"Luke membohongimu karena satu hal Elena, Luke tidak ingin kehilanganmu." Jawab Exe tenang, ia tidak akan semakin menyulut emosi Elena saat ini.

"Apakah itu adalah hal penting untuk membohongiku, jika tidak ada Putri Felicia yang membuka rahasia itu. Maka hingga sekarang aku tidak akan mengetahui semua kebohongan itu." Tegas Elena.

Exel menyentuh kedua bahu Elena, ia memutar tubuhnya hingga berhadap dengan Elena. "Kau tau Luke mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan mu dari Putri Felicia, aku melihat sendiri wajah frustasi Luke saat tidak kunjung menemukanmu, aku bahkan melihat Luke menangis saat kau tidak bernafas. Apakah kau bisa membalas semua pengorbanan Luke? Bisa saja jika ia tidak peduli, Luke membiarkanmu tenggelam di dasar laut. Tetapi, Luke tetap ingin menyelamatkanmu Elena."

Elena mengalihkan pandangan, ucapan Exel membuat hatinya tersentuh. Ada rada nyeri disana.

"Luke terluka ketika menolongmu, dengan segenap kekuatan yang masih tersisa Luke bangkit berdiri dan langsung mencarimu, Luke tidak akan tumbang apapaun yang terjadi untuk menyelamatkanmu. Ia rela nyawa nya hilang asalkan kau masih hidup, Luke terluka parah. Tetapi ia lebih mementingkan lukamu jika di bandingkan luka di tubuhnya sendiri, Luke membalas setiap perlakukan Putri Felicia dan ibunya untuk dirimu, Elena." Jelas Exel.

Elena terdiam membisu, Elena tidak mengetahui apa yang terjadi pada Luke, Elena bodoh karena tidak terlalu mempedulikan akan hal itu. Secara tidak sadar satu tetes air mata terjatuh dan meluruh begitu saja di pipinya, Elena segera menghapus air mata nyq menggunakan punggung tangan nya. Ia takut Exel menyadarinya sedang menangis.

"Sekarang aku ingin bertanya, seberapa besar cintamu pada Luke?" Tanya Exel skartik.

Elena mengangguk samar, pandangan nya kosong. Elena tidak memiliki perasaan lebih pada Luke. Tetapi, mengapa setiap kali Elena berada di dekat Luke atau setiap kali Luke memeluknya Elena merasa nyaman, jantung nya ikut berdetak secara tidak normal. Apakah mungkin itu sebuah perasaan lebih pada Luke? Elena menggeleng, tidak mungkin. Elena tidak memiliki cinta pada pria yang baru di kenalnya.

Exel tersenyum sinis. "Kau tidak bisa menjawab pertanyaanku."

Exel memandang ke arah luar jendela kereta kuda di bagian sisi samping nya. "Kau tidak akan bisa membalas cinta tulus dari Luke ketika kau masih menutup hatimu, kau tidak membiarkan pintu hatimu terbuka untuk Luke. Aku berharap Luke bisa menemukan wanita yang lebih baik darimu." Exel berbicara tajam, jauh dari Exel yang di kenal Elena.

Hati Elena mendadak merasakan sebuah perasaan aneh, sakit. Kata itulah yang tepat saat Exel mengatakan ucapan sarkasnya.

"Apa yang harus aku mengerti tentang Luke Exel, apa yang tidak aku mengerti. Aku ingin kehidupan normal, bukan kehidupan dimana seorang manusia berada di kumpulan makhluk penghisap darah."Entah mengapa kata itu terlintas begitu saja di fikiran Elena.

Exel mengepalkan tangan nya, "Kau tidak memahami Luke, Elena."

Elena membalas. "Luke yang tidak pernah memahamiku."

"LUKE SELALU MEMAHAMI MU! Luke bodoh karena harus memehami wanita tidak tau diri sepertimu." Bentak Exel murka, sudah cukup Elena bertambah salah menilai Luke
Elena mengepalkan tangan nya.

"Bagaimanapun aku tidak akan mengubah keputusanmu, keputusan ku sudah bulat." Exel menganggukan kepalanya, saat ini Exel tengah memerankan peran yang seharusnya.

"Baguslah, wanita tidak tau diri seperti mu harus segera pergi jauh dari kehidupan Luke, Ingat satu hal. Kau akan menyesal setelah meninggalkan dunia immortal, aku berani bertaruh! tidak ada satupun lelaki di duniamu yang rela mengorbankan kebahagian nya sendiri demi dirimu."

Elena membuang muka, Elena menutup kedua telinga nya menggunakan tangan, sudah cukup kata-kata tajam yang di keluarkan Exel.

"Ingat kata-kataku di dalam fikiranmu, kau akan..." Ucapan Exel terhenti oleh bentakan Elena.

"CUKUP EXEL! AKU BUKAN ORANG PENTING DI DALAM HIDUP LUKE!" Bentak Elena dengan intonasi suara tinggia tidak seperti biasanya.

Exel balas menatap sengit Elena. "KAU ADALAH MATE LUKE, ELENA. KAU ADALAH SISI LAIN DARI HIDUP LUKE, KAU BELAHAN JIWA LUKE. TANPA SEORANG MATE BANGSA KAMI AKAN MATI SECARA PERLAHAN DAN MENDERITA!!"

Elena menatap Exel tidak percaya, Elena merasa semua yang di ucapkan Exel tidak nyata. Namun, kebenaran tidak dapat di tutupi, itulah kenyataan nya

"Mate?" Tanya Elena memastikan.

Exel menghela nafas, "Ya, kau mate Luke. Tanpa mate bangsa kami akan mengalami sebuah keturpurukan. Masa-masa dimana mate perlahan mulai melupakan nya maka bangsa kami akan semakin terpuruk dan sisi gelap yang menyakitkan. Seperti kata mate, arti mate adalah seseorang yang di lahirkan dan telah di garis takdikan untuk terikat selama nya dengan bangsa kami, tanpa adanya mate di dalam kehidupan kami akan lemah, tidak akan ada warna dalam kehidupan kami."

"Itu semua sangat berat bagi Luke, dimana disaat masanya telah tiba ia akan memimpin istana menggantikan Lord sebelumnya, Luke akan menderita tanpa adanya peran seorang mate. Luke harus bertahan dari keterpurukan itu."

"Luke bahkan mengorbankan daya tarik akan darah mate dalam dirinya, ia tidak ingin memaksamu untuk memberikan darahmu pada Luke, aku tidak mengerti. Luke sangatlah menahan keinginan itu setiap kali berada di dekatmu, Luke selalu berburu setip malam harinya dengan alasan ia tidak ingin mengigit mu tanpa sadar."

Kereta yang mereka tumpangi secara perlahan berhenti, Exel memeperhatikan tempat pemberhentian kereta kuda ini, dan tempat inilah Luke memerintahkan kursi kuda untuk berhenti, tempat ini dekat dengan perbatasan.

"Kita sudah sampai." Exel turun dari kereta kuda, Exel mengambil sebuah cermin yang di berikan Luke padanya. Cermin itu tertutupi sebuah kain hitam.

Exel meletakan cermin itu di sebuah batu penganggah perbatasan. Elena keluar dari kereta kuda yang pandangan kosong, ucapan Exel masih berputar di otak nya. Exel membuka penutup kain cermin itu dan ketika penutup itu terbuka, cermin itu bersinar dengan sangat terang. Di dalam cermin itu terdapat pusaran antar dimensi yang berputar.
"Elena, kau bisa menembus gerbang dimensi menggunakan cermin itu, waktu tidak lama Elena." Ujar Exel.

Elena mengangguk, dengan langkah perlahan Elena memikirkan segalanya yang akan hilang ketika ia sudah kembali ke dunia asalnya, Elena memejamkan matanya.

Ucapan Exel sangatlah berpengaruh pada keadaan hatinya sekarang, Elena merasakan bimbang. Antara kembali atau melanjutkan keputusan nya.

"Aku tak akan pernah meninggalkanmu kecuali kau yang memintanya sendiri."

"Berbahagialah, Elena. Jangan fikirkan aku."

"Kembalilah, semua ingatanmu tentang akan hilang, jangan memikirkan aku ketika kau berada di sana agar aku tidak semakin sulit menerima kenyataan ini."

"kau akan menyesal Elena."

Perkataan demi perkataan berputar di kepala Elena seakan kata-kata itu mengiringi setiap satu langkah Elena mendekati cermin itu. Waktu seakan melambat ketika Elena melangkahkan kakinya yang terasa berat.

"Dengar Elena, kembalilah. Luke membutuhkan kehadiranmu."  dewi bersayap putih di hatinya membisikan Elena untuk memilih kembali pada Luke.

"Jangan Elena, dia pria yang sudah membohongimu. Kau pantas mendapatkan kebahagian di bumi, lupakan pria itu."  dewi bersayap merah membisikan di telinga berbeda. Dewi itu terus membujuk Elena agar meneruskan langkahnya.

"Jangan egois, pentingkan kehidupan Luke orang yang telah mencintaimu tanpa pamrih dan melindungi mu dengan setulus hati."  Balas dewi bersayap putih itu kembali.

Dewi bersayap merah kembali berdebat, menentang bujukan dewi bersayap putih. "Biarkan kau egois untuk kali ini saja, kau berhak bahagia."

"Cepat Elena, cermin itu tidak akan bertahan lama." Exel berteriak di belakamg Elena. Cermin itu akan menampakan gerbang dimensi dengan rentan waktu yang tidak lama.

Mungkin benar apa yang di katakan oleh Queen Klarisa. Takdir tidak ada yang mengetahui Elena, bisa juga takdir membawa kebahagiaan dengan cara tersendiri.

Elena memejamkan matanya, kakinya terus bergerak mendekati cermin itu. Air mata Elena ikut mengiringi setiap langkah kaki Elena.

"Cepat Elena!" Seru Exel saat waktu yang sudah di tentukan hampir habis.
Elena berhenti tepat di depan cermin itu, tatapan nya mengarah pada cermin yang berada beberapa jengkal di depan nya. Cermin itulah yang membawanya kembali ke kehidupan awalnya, satu langkah yang menentukan semua perubahan nya.

"Ayolah Elena, cepat. Waktunya tersisa beberapa detik!" Suara Exel kembali terdengar, cahaya cermin itu secara perlahan mulai meredup.

Mungkin, Apa yang di katakan Exel benar. Elena bodoh karena tidak mengerti setiap perlakuan manis Luke padanya, Elena mendapat perhatian lebih dari Luke. Tetapi dengan tidak tau dirinya Elena tidak memikirkan kebahagian Luke yang bertumpuh padanya.

Perlahan cermin itu meredup dan tergantikan menjadi gelap, perputaran dimensi itu perlahan memudar dan tergantikan menjadi layaknya cermin biasa yang memantulkan bayangan Elena yang berdiri di depan cermin itu.

"Elena apa yang kau lakukan? Lihat, cermin itu sudah tertutup." Sentak Exel.

Elena terisak, Elena akan belajar untuk mengerti cinta tulus yang di berikan Luke padanya. Elena merasakan bahunya di tarik dari belakang, saat itu juga Elena menubrukan tubuhnya pada Exel dan menangis, menumpahkan segala keluh kesah yang di pendam nya selama perjalanan.

"Elena..." Gumam Exel, ia mengusap punggung Elena.

"Aku tidak ingin pergi, aku ingin kembali bersama Luke. Aku berjanji Exel, aku akan menepati janjiku untuk memberinya kebahagiaan, aku akan dengan senang hati memberikan darahku padanya, dan aku akan membuka hatiku untuk Luke." Elena terisak pelan di pelukan Exel.

Perlahan senyuman Exel terbentuk, usahanya selama beberapa jam yang lalu tidak sia-sia, sekarang fikiran gadis keras kepala itu sudah terbuka hingga dapat mengerti sikap Luke selama ini.

"Aku senang mendengar keputusanmu Elena," Exel melepaskan pelukan nya dan menghapus air mata yang berada di pipi Elena, gadis itu masih terisak kecil. "Ayo, temui Luke." Exel tersenyum.

"Apa Luke akan menerima ku kembali Exel?" Tanya Elena seraya menaiki kereta.

Exel mengangguk pasti. "Luke sangat mencintaimu, aku yakin ia berharap kau kembali. Dan tidak ada kata menolak kembalinya dirimu dalam diri Luke."

🏰🏰🏰

"Elena, kau kembali?" Queen Klarisa menoleh saat mendengar suara pintu terbuka sehingga menampakan sosok tinggi Exel yang tengah merangkul Elena, seketika Queen Klarisa berlari dan memeluk tubuh Elena.

Elena membalas pelukan Queen Klarisa, baru beberapa jam berpisah. Elena sudah merindukan sosok ibu seperti Queen Klarisa. Elena sempat berfikir bahwa Luke sangatlah beruntung mempunyai ibu seperti Queen Klarisa.

"Maafkan aku." Gumam Elena merasa bersalah telah memilih pilihan salah.

Queen Klarisa tersenyum. "Tidak usah meminta maaf, ibu senang kau kembali bersama kami."

Queen Klarisa mendorong bahu Elena pelan. "Cepat, temui Luke di kamarnya." Perintah Queen Klarisa,

Elena mengangguk dan tersenyum.
Elena melangkah, ia menatap Exel ketika melewati pria itu berdiri di tempatnya. Exel mengangguk dan tersenyum seakan mengatakan Elena tidak boleh ragu.

Elena berjalan menelusuri lorong, Elena berharap ia tidak tersesat saat mencari kamar Luke sekaligus kamarnya juga. Elena tidak mengingat setiap letak istana dengan berbagai ruangan di dalam nya.

Beberapa pelayan sempat menatapnya dengan pandangam bingung. Namun, Elena
menghiraukan tatapan mereka, ia tidak peduli. Elena menaiki anak tangga, Elena berdiri di depan pintu coklat kamar Luke.

Secara tiba-tiba tubuhnya terasa bergetar, jantung nya berdetak lebih cepat dari biasanya. Entahlah, Elena merasa ragu untuk menemui Luke, Elena takut Luke tidak akan menerima kehadiran nya.

Setelah berdiam cukup lama, Elena menarik nafas dan mendorong pintu di depan nya hingga terbuka, disana Luke tengah berdiri menghadap ke arah jendela, pria itu belum beranjak sedikit pun dari tempat itu.

Elena berjalan dengan langkah perlahan hingga tidak menimbulkan suara, Luke belum menyadari kehadiran Elena. Kesadaran Luke tidak berada di dalam raganya saat ini, Elena berada tepat di belakang Luke, Elena mengulurkan tangan nya dan melingkarkan tangan nya di pinggang Luke, kepalanya bersandar di punggung tegap Luke.

Luke yang tengah menutup matanya, secara spontan membuka matanya ketika merasakan pelukan seseorang di tubuhnya, tak beberapa lama. Luke baru menyadari bahwa yang memeluknya ada Elena, Luke dapat memastikan itu. Aroma tubuh Elena yang sangat harum di penciuman Luke menyebar mengisi udara di dalam ruangan ini.

"Luke... " Suara Elena memecah keheningan, Luke rindu suara itu.
Apakah Elena melupakan sesuatu hingga ia harus kembali ke istana nya.
"Luke..., maafkan aku, aku egois hingga tidak memikirkanmu yang menderita karenaku." Elena terisak.

Luke mengerutkan kening nya. "Apa maksudmu Elena?" Tanya Luke heran, ia tidak mengerti apa yang Elena ucapakan.

"Aku bodoh telah menyiakan cinta tulus darimu, kau boleh anggap aku bodoh, tidak tau diri. Apapun itu asalkan kau memaafkan semua kesalahanku. Aku berjanji tidak akan pernah pergi dari kehidupan mu, aku akan membuat Luke bahagia bersamaku. Dan aku akan membuka hatiku untukmu secara perlahan." Elena semakin menangis.

Luke menggeram. Ia tidak menyukai tangisan Elena, Luke mencoba memutar tubuhnya.

Elena menahan gerakan Luke.
"Jangan berbalik, aku tidak akan bisa berbicara saat menatap wajahmu."

"Aku telah menjadi mate bodoh, aku bodoh." Elena menangis semakin keras.

Luke terdiam, Elena sudah mengetahui bahwa dirinya adalah mate Luke. Bagaimana bisa? Siapa yang memberitahukan hal itu pada Elena.

"Luke..., maafkan aku. Kumohon." Mohon Elena.

Cukup sudah Luke menahan diri untuk tidak memeluk Elena, saat ini Luke tidak akan menahan keinginan nya itu. Saat merasakan pelukan Elena merenggang, Luke memanfaatkan kesempatan itu untuk memutar tubuhnya. Elena sempat menahan tubuh Luke yang akan berbalik. Namun, Luke sudah membalikan tubuhnya. Luke memeluk tubuh Elena dengan erat. Menyatakan kerinduan yang selama beberapa hari ini ia pendam dalam-dalam.

"Aku memaafkan Elenaku." Bisik Luke di telinga Elena. Rasa haru membuat tangisan Elena kembali.

Lihatlah, setelah apa yang di katakan nya telah menyakiti hati Luke, juga perbuatan dirinya yang tidak menghargai Luke kini pria itu masih memperlakukan nya sama. Tidak ada kebencian sedikitpun dari iris mata Luke. Elena tersenyum, Elena akan lebih menghargai Luke. Dan Elena baru menyadari perasaan nya bahwa ia tidak ingin Luke bersama wanita selain selain dirinya.

_________________TBC_________________

Gantung gak? Hehehe

Part selanjutnya akan ada part time Luke dan Elena, lihat aja kejutan nya.

Bila ada beberapa typo di beberapa kaliamat mohon beritahu aku yah..Mungkin typo itu terlewat saat aku revisi ulang.

Vote and comen nya jangan lupa.

Salam dari rachell :)

Continue Reading

You'll Also Like

27.4K 3.1K 34
Katanya aku perempuan secantik matahari terbit, nyatanya aku tidak seperti itu. Alih-alih matahari, mungkin aku lebih mirip seperti bulan. Batuan gel...
3.4K 219 16
''Aku tidak tahu apa yang terjadi,semenjak aku mengenal dirinya semua nya berubah dan ini pertama nya aku merasakan apa itu cinta,jujur walaupun kami...
611K 51.1K 32
Pemeran utama tak selamanya harus jadi pihak yang disakiti kan? Buktinya Maudy, Sang Pemeran Utama yang masuk ke dalam hubungan orang lain. .. P.s: s...
6.7K 2.5K 75
Gak usah pake deskripsi, langsung baca ceritanya aja kuy!!