Ares menatap punggung Dario yang berlari menjauhinya. Dia berdiri dan hendak menyusul putranya
"Biarkan saja dulu" saran Kanaya
Ares melihat seseorang yang dia tahu merupakan salah satu anak buahnya mengikuti Dario dari belakang. Ares mengangguk. Dia merasa bersalah sudah mengingkari janji dengan putranya
"Aku ambil koper dulu" ujar Ares
Kanaya sebenarnya juga khawatir ketika Dario berlari keluar dari rumah. Tapi, ketika dia melihat Dario berpapasan dengan anak buah suaminya, Kanaya merasa tidak apa memberikan putranya sedikit waktu untuk menenangkan diri. Mungkin nanti dia akan memberikan penjelasan pada putranya. Lamunan Kanaya terhenti saat Ares memeluknya dari belakang
"Maaf. Harusnya aku berada disini dengan kalian. Tapi, aku malah melanggar janji lagi"
Kanaya berbalik dan mencium pipi Ares sekilas
"Tidak apa-apa. Asal kamu kembali tepat waktu, itu sudah cukup untuk Alex. Aku akan menjelaskan padanya nanti"
Ares mengangguk. Dia mengambil kunci mobil dan juga pistolnya. Dia memasukan pistol itu ke dalam jasnya, untuk berjaga-jaga
"Sampai nanti" ujar Kanaya. Dia kembali mencium pipi Ares
"Kenapa cuma di pipi?" Goda Ares sambil memeluk pinggang Kanaya dengan sebelah tangannya
"Hm? Memangnya kamu mau dimana kalau bukan di pipi?" Kanaya balas menggoda
"Tentu saja disin-"
"Daddyyy!!!"
Ucapan Ares terhenti saat telinganya mendengar teriakan putranya walau tidak terlalu keras. Ares langsung menoleh ke arah halaman belakang. Dia melepaskan pelukannya dan berlari ke taman belakang. Zack, Len, Allen, Balto, Timmy, dan Marco langsung berlari mengikuti Ares ke arah hutan
"Alex!!" Teriak Ares memanggil putranya
Tidak ada suara. Ares semakin masuk ke dalam hutan
"Alex!!!" Panggil Ares lagi dan masih tidak ada jawaban
"Alexander!!"
"Alexander Dimitry!!" Teriak Ares
Tak ada jawaban, membuat jantung Ares berdegup kencang. Rasa takut mulai menjalar di hatinya
"Alexander!!" Panggil Ares lagi
Kakinya melangkah dan terhenti di ujung hutan, tempat yang sama dimana dulu dia menemukan Kanaya tergeletak. Entah bagaimana langkah kakinya membawanya kesana
"Alexander!" Panggil Ares lagi
Hanya ada gema dari suaranya. Dia terdiam. Ares menunduk ketika tidak mendapatkan jawaban
"Astaga!" Ujarnya kaget saat melihat jejak darah di atas salju tepat di bawah jurang
"Zack, panggil Ambulance!" Suruh Ares
Seketika itu juga Zack menelpon ambulance, sementara Len, Balto, dan Allen mencari orang lain yang mungkin ada di sekitar sana. Ares berlari memutar dan turun ke bawah sana. Berlari tanpa henti. Hatinya terus berdoa agar kejadian seperti yang dialami oleh Kanaya tidak terjadi pada putranya
"Alex..." Ujar Ares lemah saat dia melihat anaknya terbaring dengan salju yang sudah berubah warna di sekitar badan kecil anaknya
"Alex! Alex... Bangun! Alex!" Panggil Ares
Ares menyingkirkan salju yang menutupi putranya. Napasnya tercekat di tenggorokannya, dadanya terasa amat sakit, seolah jantung direnggut dan dipaksa berhenti ketika dia melihat keadaan putranya yang penuh luka dan bermandikan darah. Wajah Dario memucat, bibirnya membiru, ada darah yang keluar dari hidungnya. Luka gores di hampir seluruh badannya dan luka bekas tembakan di pinggang kirinya
"Alex, bertahan sayang... Daddy sudah disini..." Ujar Ares dengan suara serak menahan air matanya
Tangannya melepaskan syal yang dia pakai dan dia mengikatkan syal itu di pinggang Dario, menutup luka lubang yang tak berhenti berdarah. Ares melepaskan mantelnya dan membungkus badan Dario dengan mantel itu. Ares menggendong putranya dan berlari ke atas. Dia memeluk erat-erat Dario yang mulai memelan napasnya
"Bertahan sayang, kamu jagoan daddy, kamu anak yang kuat... Please bertahan ya... Please..." Gumam Ares di telinga Dario
"Daddy nggak akan pergi. Karena itu, Alex bertahan ya nak... Kita rayain ulang tahun kamu. Ulang tahun jagoan Daddy..."
Ares tidak bisa lagi menahan air matanya. Dia menangis dan memeluk erat-erat tubuh Dario yang semakin mendingin
"Alex anak yang kuat. Daddy tahu itu, Alex akan bertahan... Iya kan?" Lirih Ares
Mereka sampai di atas dan Marlyn sudah menunggu disana. Lagi.. Marlyn dibuat terkejut oleh Ares. Marlyn kembali melihat Ares menangis
"Dia pasti selamat Xav. Gue bakal lakuin yang terbaik" ujar Marlyn meyakinkan Ares
Marlyn bisa melihat dengan jelas tangan Ares yang gemetar karena takut. Kulit Ares juga memucat
.........
"Karena penyesalan selalu datang terlambat, bukan di awal..."