Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]

By Anindana

11.4M 734K 20.6K

Megan Penelope dimata Alceo Tyler adalah seorang perempuan yang sangat menyebalkan di kehidupannya. Disaat se... More

Prolog
BadBoy 1
BadBoy 2
BadBoy 3
BadBoy 4
BadBoy 5
BadBoy 6
BadBoy 7
BadBoy 8
Badboy 9
BadBoy 10 (1)
BadBoy 10 (2)
OPEN PO FATED!!!
BadBoy 11
BadBoy 12
BadBoy 13
BadBoy 14
BadBoy 15
BadBoy 16
BadBoy 17
BadBoy 18
BadBoy 19
BadBoy 20
BadBoy 21 (1)
BadBoy 21 (2)
BadBoy 22
BadBoy 23
BadBoy 24
BadBoy 25
BadBoy 26 (1)
BadBoy 26 (2)
BadBoy 27
BadBoy 28
BadBoy 29
BadBoy 30
BadBoy 31 (1)
BadBoy 31 (2)
BadBoy 32
BadBoy 33
BadBoy 34 (2)
BadBoy 35
BadBoy 36
BadBoy 37
BadBoy 38
Badboy 39
BadBoy 40
BadBoy 41
BadBoy 42
BadBoy 43
BadBoy 44
Epilog (End super End!)

BadBoy 34 (1)

168K 12.4K 640
By Anindana

Anyway, aku ngerasa jahat dengan nulis cerita ini...

Aku jadi bikin kalian barbar dengan ngutuk Barbara dan pengen dia mati 😂😂😂😂😂 aduh semoga ga dosa ya aku sebagai penciptanya 😂😂😂

Enjoy, Kesayangan ❤

Alceo menempelkan ponselnya ke telinga, menghubungi Megan sebelum ia turun dari mobilnya untuk melihat keadaan Barbara.

Ia hanya ingin memastikan kalau Megan akan menepati janji untuk mengangkat panggilan darinya. Namun sampai nada tunggu berakhir, panggilan itu kembali masuk ke kotak suara. Megan mengabaikan lagi panggilannya.

Alceo menggeram frustasi, entah bagaimana lagi caranya meyakinkan Megan akan perasaannya. Ia memang pernah brengsek, tapi itu sebelum ia jatuh cinta pada wanita itu.

Alceo yakin kalau Megan akan kembali menghindarinya selangkah demi selangkah.

Alceo membanting ponselnya ke bangku penumpang, lalu ia menjambak kedua sisi rambutnya, menggambarkan kefrustasiannya saat itu. Ia turun beberapa saat kemudian tanpa membawa ponselnya dan melangkah pasti ke salah satu lift yang akan membawanya ke atas meskipun beban di pundaknya semakin terasa berat.

Begitu sampai di lantai tempat perawatan Barbara, Alceo langsung di sambut oleh psikiater yang menangani Barbara. Wajah dokter itu terlihat penuh dengan penyesalan dan rasa bersalah. Apalagi ketika ia mengabari berita yang seakan kembali menambah beban di pundak Alceo hingga dirasanya tulang punggungnya tidak lagi berdaya untuk menyanggah tubuh tegapnya.

Ia terduduk di kursi besi yang berada di lorong sementara dokter itu masih terus berbicara seakan ia tidak menyadari kalau punggung Alceo tidak lagi sanggup menerima beban apapun saat itu.

Dunia Alceo seketika menggelap.

***

Megan menjejakkan kaki dengan ragu di lobby rumah sakit ternama setelah bertanya pada Van, Asisten pribadi sekaligus Sekretaris Alceo mengenai rumah sakit tempat Barbara di rawat.

Megan menarik nafas dalam-dalam seraya meyakinkan diri kalau kehadirannya disana bukanlah masalah. Ia sudah berjanji pada Alceo kalau ia akan menyusul meski laki-laki itu tidak menjawab panggilannya sama sekali.

Ia melangkah ke arah resepsionis untuk menanyakan tempat rawat Barbara. Ia lagi-lagi menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menaiki lift yang akan membawanya ke ruang ICU, tempat Barbara saat ini.

Megan memperhatikan jas yang ia bawa sejak tadi. Jas milik Alceo yang ia bermaksud untuk kembalikan beserta isinya yang dirasa belum saatnya diberikan kepadanya ataupun ia terima.

Denting lift menyadarkan Megan dari lamunannya. Ia bergegas keluar untuk kembali menemui suster jaga yang berada di ujung lorong.

"Sore, Sus. Pasien yang bernama Barbara?" Tanya Megan langsung.

"Barbara Galeen? Mohon maaf, anda siapanya Barbara?" Tanya suster itu memastikan.

Megan sedikit tergagap. Apa yang harus ia katakan? Teman? Musuh? Kenalan dari laki-laki yang menghamilinya?

Keterdiaman Megan membuat suster itu memicing curiga. Akhirnya Megan memilih opsi pertama untuk identitasnya kepada suster itu. "Teman. Saya teman dari Barbara," ucap Megan.

Masih dengan raut curiga, suster itu akhirnya memberi tahu kamar rawat Barbara dan juga memberinya petunjuk arah.

Ketika Suster tersebut mengarahkannya ke kanan, disana Megan menemukan sosok yang ia kenal tengah duduk dengan kepala menunduk dalam. Tanpa menunggu arahan suster itu selesai, Megan sudah lebih dulu pamit untuk menghampiri laki-laki yang Megan yakini sebagai Alceo.

Beragam kemungkinan ekspresi Alceo terlintas di kepala Megan ketika laki-laki itu melihatnya nanti. Mulai dari senang, sampai terkejut. Megan sadar kalau hal kecil itu yang biasanya Megan bilang menjijikan, adalah hal yang membuatnya mencintai laki-laki itu.

Megan menghentikan langkahnya tepat di depan sepatu Alceo.

Perlahan, kepala Alceo bergerak lalu mendongak melihat Megan yang sedang tersenyum kecil kearahnya.

Megan bisa merasakan bibirnya bergetar ketika tersenyum. Ia merasa salah tingkah dan juga terkejut, karena ekspresi Alceo sama sekali tidak ia duga. Tidak ada senyum dan tidak ada keterkejutan. Wajah laki-laki itu dingin dan datar.

Awalnya ia mengira kalau itu hanya perasaannya saja. Hingga Alceo berkata dengan suara yang tidak Megan kenali sama sekali. "Untuk apa kau kemari?"

Senyum Megan menghilang ketika mendapatkan sambutan dingin itu. tidak ada kontak mata berlebih seperti yang biasa Alceo berikan. Laki-laki itu kembali menunduk seakan menatap Megan adalah beban lain yang mengusiknya.

"Menyusulmu." Megan bergumam kecil. "Aku sudah berjanji, kan?"

Alceo mendengus. Dengusan yang dapat Megan dengar dengan jelas beserta kekehan sinis.

Alceo tiba-tiba berdiri membuat Megan melangkah mundur karena terkejut. Tapi bukannya menghampiri Megan, justru Alceo malah melangkah menjauhi Megan kearah ruang rawat Barbara.

Megan terkejut dengan sikap Alceo. Ia spontan menahan lengan Alceo sebelum laki-laki itu semakin menjauh.

Lagi-lagi tindakan tidak terduga Alceo membuat Megan kebingungan. Laki-laki itu dengan kasar menepis tangan Megan seakan Megan adalah sebuah kotoran.

"A-al... ada apa?" Tanya Megan tanpa bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Bukan menjawab, Alceo malah melanjutkan langkahnya meninggalkan Megan.

Tanpa bisa berpikir panjang, Megan berlari mendahului Alceo dan merentangkan kedua tangannya untuk menghentikan langkah laki-laki itu.

Megan memicing menatap wajah datar Alceo lalu ia merentangkan tangannya. "Pegang tanganku," pinta Megan. Sebenarnya Megan tahu kalau itu sia-sia. Tidak mungkin Austin datang hanya dalam hitungan jam. Lagipula, tidak ada alasan logis kenapa Austin bersikap dingin seperti ini padanya. Begitu juga dengan Alceo. Kenapa laki-laki itu jadi sedingin ini dalam hitungan jam?

Alceo menatap uluran tangan Megan kemudian berkata, "kalau kau hanya datang untuk menggodaku, lupakan. Lebih baik kau pulang karena aku tidak mau melihatmu."

Megan tertohok dengan ucapan Alceo. Apalagi ketika Alceo berlalu lagi menabrak bahunya begitu saja, meninggalkannya dengan tangan terulur dan terlihat seperti orang bodoh.

Megan mengepalkan tangannya, memejamkan matanya dan menarik nafasnya. Kekesalan juga kesesakan mulai ia rasakan.

Dengan cepat Megan berbalik dan kembali menahan lengan Alceo hingga laki-laki itu berbalik.

"Bisa jelaskan apa yang baru anda katakan, Mr.Tyler?" Tanya Megan penuh penekanan. "Apa hanya karena saya tidak menjawab panggilan anda tadi, lalu anda-"

"Anak itu sudah tidak ada." Alceo memotong ucapan Megan sama datarnya. "Nyawa anak itu tidak tertolong."

"A-ap-a?" Megan terkejut. Tangannya yang menahan lengan Alceo perlahan kehilangan kekuatannya untuk mencengkram.

"Itu yang kau tunggu, kan?" Tanya Alceo sarkas.

"Apa maksudmu?!" Seru Megan tidak terima.

"Itu yang membuatmu ragu menerimaku, kan? Karena kehadiran anak itu?" Tanya Alceo tajam. Megan terkejut mendengar tuduhan itu. Ia hanya bisa menggeleng diantara kebingungannya. "Kau tahu, Meg? Aku kira kau berbeda dengan wanita lainnya. Aku kira kau lebih baik tapi ternyata... kau tidak jauh berbeda dengan mereka."

Ada kekecewaan dalam sorot mata Alceo ketika ia menatap Megan. Megan bisa melihat kristal-kristal bening dari mata Alceo yang mengancam untuk turun. Laki-laki itu terpukul.

"Aku tidak pernah berharap anakmu meninggal, Al..." lirih Megan. Air matanya sudah turun terlebih dahulu. Hatinya juga merasakan sakit mendengar kabar itu. Meski itu bukan anaknya, tapi ia tahu seberapa banyak yang Alceo korbankan demi mendapatkan anak itu dari Barbara.

"Lebih baik kau pergi, aku tidak ingin melihatmu disini," usir Alceo dengan dingin.

"Alceo!" Panggil Megan saat laki-laki itu berbalik meninggalkannya. "Al!!" Panggil Megan lagi namun ia tetap di abaikan.

Kaki Megan kehilangan tenaganya. Ia terduduk di kursi yang berada di lorong itu kemudian tertunduk sambil menangis. Menangisi sikap dingin Alceo, juga menangisi nyawa kecil yang tidak berdosa itu.

Sementara Alceo juga tiada beda. Begitu ia menghilang di tikungan, tubuh tegapnya kembali melemas dan air matanya mengalir begitu saja ketika ia kembali terduduk di kursi yang tersedia. Menangisi anaknya yang menanggung seluruh dosanya, dan menangisi cintanya untuk wanita yang baru ia tinggalkan.

Tbc

Perlu aku sediain tisu gak? 😂

Sejujurnya aku sakit hati bikin chapter ini. Kayaknya aku emang pantes banget ya bkin cerita miris gini. 😂😂😂

Semoga suka gengs ❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

355K 12.6K 38
Mario Arkha Alexander. Cowok umur 16 tahun yang baru masuk SMA. wajahnya yang tampan rupawan membuat ia menjadi playboy tenar. Alyssa Gennifya Pradip...
21.2M 751K 68
[[Tidak diRevisi]] [[Completed]] 21+ Ada beberapa part yang berunsur dewasa. Dimohon menjadi membaca yang bijak. Nichole Scrott adalah anak dari pa...
7.8K 526 20
[15+] Miyawaki Sakura atau biasa dipanggil Sakura, si gadis cantik yang tersesat dihutan, ia selalu mencari cara untuk keluar dari hutan tersebut Cha...
2.3M 109K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞