My Beautiful Mate [TELAH TERB...

By Racelivv

6.1M 349K 16.3K

TERBIT Oleh Glorious Publisher Dingin, datar dan kejam. Itulah sifat yang menggambarkan sosok Luke, pangeran... More

Mate part 1; Elena widley
Mate part 2 ; Istana Darwisen
Mate part 3 ; Para Pangeran
Mate part 4 ; Mate Albert
Mate part 5 ; Tertangkap
Mate part 6 ; ruangan penjara
Mate part 7 ; Kepergian Luke
Mate part 8 ; penyerangan
Mate part 9 ; Keputusan mutlak
Mate part 10 ; hukuman mati
Mate part 11 : dia mateku
Mate part 12 ; Menemukan mu
Mate part 13 ; kesadaran Elena
Mate part 14 ; Sifat beda Luke
Mate part 15 : kekurangan Luke
Mate part 16 ; Luke possesive
Mate part 17 ; Black Forest
Mate part 18 ; Permohonan Exel.
Mate part 19 ; Bencana
Mate part 20 ; Berkumpul
Mate part 21 ; Usaha Luke
Mate part 22 ; perhatian
Mate part 23 ; penolakan
Mate part 24 ; dua pilihan sulit
Mate part 25 ; keputusan Elena
Mate part 26 ; Menyadari
Mate part 27 ; Keberhasilan
Mate part 28 ; Kecewa
Mate part 30 ; Perpisahan
Mate part 31 ; Kembali
Mate part 32 ; Kebahagian Luke.
Mate part 33 ; Demam
Mate part 34 ; perbedaan
Mate part 35 ; Sebuah fakta
Mate part 36 ; penggalan sebuah mimpi
Mate part 37 ; Melamun
Mate part 38 ; First kiss Elena.
Mate part 39 ; Kembali ketus
Mate part 40 ; Menara istana
Tokoh MBM
Mate part 41 ; Tempat Spesial Luke
Mate part 42 ; Hilangnya Exel.
Mate part 43 ; Jason, Jovin dan Aland.
Mate 44 ; Tanda tanya
Mate 45 ; Kesedihan Aland.
Mate part 46 ; Kerja sama
Mate part 47 ; penggalan kisah Hanes
Mate part 48 ; Ancaman
Mate part 49 ; Kebenaran
Mate part 50 : Keluarga baru.
Mate part 51 ; Kegelapan.
Mate part 52 : Ketidak setujuan
Mate Part 53 : Janji
Mate part 54 : Kehancuran
Mate Part 54 ; Akhir dari sebuah cerita
Mate Part 55 : Ending
Mate Part 56 : Indah (Extra Part)
Berita Penting
Pertanyaan <> Jawaban
VOTE COVER!!
OPEN PRE-ORDER
Novel MBM tersedia di Shopee
PRE-ORDER KE-2
SPOILER TANGGAL
SPOILER SPESIAL PART!
PRE ORDER MBM NOW!!

Mate part 29 ; Menyerah

88.2K 5.9K 270
By Racelivv

"Pangeran hentikan! Kau bisa merusak setiap barang-barang istana!" Untuk pertama kalinya Exel mencegah perbuatan yang akan di lakukan junjungan nya. Bagaimana tidak?! Saat ini Luke dan Exel berada di ruang santai istana. Entah mengapa Luke selalu ingin merusak barang-barang yang berada di ruangan ini, dan berakhir dengan Exel yang melindungi barang-barang yang akan di rusak Luke.

Luke meletakan kembali sebuah vas bunga secara kasar, Luke butuh pelampian untuk amarah nya. Namun pilihan nya jatuh untuk melampiaskan amarahnya pada barang-barang yang berada di sekitarnya.

"Diam saja Exel! Jangan menasehatiku!" Sentak Luke untuk beberapa kalinya. Dan ucapan Luke mampu membuat Exel berang, namun demi kenyamanan Luke, Exel memendam kekesalan nya dalam-dalam.

"Kau bisa terkena masalah jika terus merusak barang-barang ini." Ujar Exel.

Luke membuang nafasnya kasar
"Kau selalu saja menggangguku!"

Luke keluar dari ruangan itu seraya membanting pintu dengan kuat, Luke membutuhkan pelampiasan kemarahan nya. Pilihan Luke jatuh pada sebuah ruangan yang terbuat dari kaca, tidak peduli ruangan itu milik siapa Luke memasuki ruangan itu.

Exel mengikuti Luke masuk ke dalam ruangan kaca ini, ruangan ini adalah ruangan milik Queen Klarisa. Dan suatu kesalahan Luke memasuki ruangan Queen Klarisa untuk saat ini, Exel berharap pangeran nya itu tidak merusak apapun yang berada di dalan ruangan ini.

Luke memejamkan matanya sejenak, aroma harum khas bunga menyambut Luke ketika memasuki ruangan ini, dan Luke baru saja mengetahui bahwa di istana nya ini terdapat ruangan kaca yang di dalam nya terdiri berbagai jenis bunga.

Luke berkeliling ruangan ini, aroma bunga yang sangat harum membawa fikiran Luke kepada Elena, Luke mengepalkan kedua tangan nya, Tidak. Luke menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan Elena di dalam fikiran nya, Luke harus bisa menerima apapun yang terjadi dalam kedepan nya.

Tatapan Luke terkunci pada sebuah bunga yang tampak mencolok dari bunga lain nya, Luke mendekati bunga itu dan mengambil pot yang di jadikan oleh bunga itu tempat berkembang biak.

Luke tau bahwa bunga yang saat ini berada di tangan nya adalah bunga langkah di dunia immortal Luke meneliti setiap sisi bunga berwarna merah mencolok, sangatlah buruk. Luke membuang pot bunga itu asal.

Bunga langkah, Luke merasa bunga itu tidak ada sisi istimewa, bunga itu terkesan biasa saja bagi Luke.

Exel sempat membulatkan matanya penuh, astaga jangan bunga itu! Secepat mungkin Exel melesat dan langsung menangkap pot bunga yang akan menyentuh ubin istana, beruntung Exel berhasil menangkap pot bunga itu. Exel meletakan kembali pot bunga itu ke tempat asalnya.

Exel tidak akan tau seberapa marah Queen Klarisa jika mengetahui bahwa bunga itu telah hancur di atas ubin istana akibat ulah putra pertama nya sendiri. Maka dari itu Exel akan berusaha melindungi Luke dari kemarahan Queen Klarisa.

"Tidak, jangan sentuh itu pangeran." Sentak Exel, gerakan Luke yang akan menyentuh sebuah bunga tulip pun terhenti di udara.

"Kau tidak punya hak untuk melarangku." Balas Luke tajam, Exel hanya bisa menghela nafas dan berharap Queen Klarisa tidak melihat bunga miliknya di rusak oleh Luke.

"Aku benci bunga!" Geram Luke, pria itu mencabut bunga tulip yang kebetulan berada di depan nya, Luke membanting bunga itu ke lantai dan menginjak bunga itu hingga tak berbentuk.

Belum merasa puas, Luke mendorong kuat meja kaca yang di atasnya terdapat beberapa bunga hingga berguling, beberapa pot bunga yang berada di atasnya pun ikut terjatuh dan hancur.

Luke mengambil 2 pot berisi melati dan mawar, tanpa berucap Luke membanting pot itu ke lantai.

Exel memejamkan matanya, sepertinya pangeran nya itu memiliki sebuah masalah yang di pendam dalam hatinya, tidak seperti biasanya Luke bersikap seperti ini.

Semoga saja Queen Klarisa tidak memantau bunga nya. Ujar Exel dalam hati.

"LUKE!!'' Sebuah suara menggema di ruangan kaca ini, gerakan Luke terhenti ketika mengetahui pemilik suara ini. Exel memejamkan matanya seraya meringis, pangeran nya dalam masalah.

Luke menoleh. "Apa?" Tanya Luke dengan nada santai seakan dirinya tidak merasa telah melakukan sesuatu yang membuat Queen Klarisa marah besar padanya.

''Kau masih bertanya?! Setelah apa yang sudah kau lakukan." Ujar Queen Klarisa.

Luke mengedikan bahunya acuh.
"Aku tidak suka bunga, jadi aku merusaknya saja."

"Bunga yang kau rusak itu bunga ibu Luke!" Queen Klarisa menatap Luke berang.

"Ibu, suasana hatiku sedang tidak baik. Jadi biarkan aku merusak semua bunga ini." Ujar Luke, tangan nya terukur untuk mengambil satu buah pot bunga.

Namun, sebelum Luke dapat menyentuh pot bunga itu. Queen Klarisa menarik paksa baju Luke sehingga tubuh Luke ikut tertarik akibat tarikan kuat Queen Klarisa.

Queen Klarisa menarik Luke, setelah itu Queen Klarisa mendorong kuat Luke hingga pria itu terjatuh di atas ubin. "JANGAN SEKALIPUN KAU MEMASUKI RUANGAN INI, DAN JIKA AKU MELIHATMU MEMASUKI RUANGAN INI AKAN AKU PASTIKAN TUBUHMU BERADA DI DALAM TANAH!!" Pintu tertutup dengan keras hingga menimbulkan suara menggema.

Luke mengatupkan rahang nya, harga diri nya telah jatuh di depan pengawal dan pelayan istana. Queen Klarisa terlalu menyayangi bunga nya di banding kan putranya.

"Pangeran, kau tak apa?" Exel mengulurkan tangan nya untuk membantu Luke berdiri.

Seorang Luke yang terkesan dingin dan datar di marahi dan di ancam oleh ibunya sendiri, bahkan tak segan-segan Queen Klarisa mendorong Luke keluar secara paksa. Aneh nya Luke tak melawan, ia tak mau menyakiti ibu yang telah melahirkan nya di dunia ini.

"Jangan mengasihaniku, Exel."
Luke bangkit berdiri dan pergi begitu saja dari hadapan Exel, Luke berjalan memasuki ruang pelatihan diikuti Exel yang hanya diam.

Luke mengepalkan tangan nya dan menggeram, suasana yang sunyi menambah kesuraman dalam diri Luke saat ini, Luke memukul pilar kokok yang berada di depan nya. Tidak peduli jika nantinya tangan nya akan terluka sekalipun.

"Pangeran?" Panggil Exel, Luke hanya diam tidak merespon.

"Pangeran Luke." Panggil Exel dengan intonasi suara sedikit naik, gerakan tangan Luke yang memukul pilar terhenti.

"Apa?" Luke bertanya dingin, tangan nya terkepal di permukaan pilar yang terlihat retak di bagian sisinya.

"Pangeran, kau bisa berbagi masalah denganku." Ujar Exel seraya mendekati Luke.

"Tidak baik jika masalah di simpan di dalam hati, kau akan merasa lebih baik jika berbagi masalah dengan seseorang, kau bisa berbagi masalah denganku Luke." Exel berucap.

Luke membalikan tubuhnya sehingga kini berhadapan dengan Exel. "Sejak kapan kau memanggil ku Luke?"

Exel menggaruk tengkuknya, ia terlanjur mengucapkan nama tanpa memakai sebutan pangeran. "Maaf, Luke... Hm maksud saya pangeran."

"Bagaimana? Pangeran bisa berbagi masalah denganku, atau mungkin masalah pangeran berkaitan dengan Elena?" Terka Exel.

Luke mengangguk, Luke mendekati jendela dan duduk di pinggiran jendela yang terbuka, pandangan Luke mengarah ke arah luar.
"Kau benar Exel, aku merasa menjadi pria yang kurang beruntung. Disaat setiap pria bahagia karena sudah menemukan matenya, tetapi aku begitu terpuruk. Aku mencintai Elena bahkan aku mencintainya melebihi diriku sendiri, tetapi perjuangan ku selama ini tidak berbuah manis. Hanya kecewaan yang aku dapati." Ujar Luke dengan suara lirih.

"Kau tau Exel, Elena lebih memilih untuk meninggalkan aku di bandingkan harus tinggal bersamaku. Apa seburuk itukan aku Exel? hingga Elena tidak menerima ku, atau karena aku keturunan demon, vampire? Sehingga Elena membenciku"

Luke memejamkan matanya.
"Fakta itu sungguh menghantam hatiku di titik terdalam, aku menyerah Exel. Disaat aku berjuang dan mempertaruhkan nyawaku untuknya, Elena tidak mengerti arti mengorbananku. Jujur, aku merasa kecewa dengan Elena."

Kini Exel sudah mengetahui penyebab kemarahan pangeran nya sedari tadi, Exel pun bingung mengenai permasalahan pangeran nya.
"Hm... Menurutku pangeran harus lebih sabar, Elena butuh ber-adapsi dengan tempat ini."

Luke mengangguk. "Aku tau, tetapi tanpa di pungkiri. Hatinya terlanjur kecewa, Exel."

Exel menepuk bahu Luke sekilas
"Untuk saat ini coba pangeran renungkan soal masalah pangeran sendiri, apa pun yang pangeran putuskan jangan sampai membuat pangeran menyesal, karena cinta itu butuh waktu pangeran." Ujar Exel menasehati Luke.

Luke mengangguk dalam diam, ia sendiri bingung bagaimana kehidupan nya berlanjut dalam kedepan nya.

"Aku akan mengambil pedang ku di kamar, dan kau tunggu aku di sini."
Luke bangkit berdiri, Exel mengangguk.

Luke melesat menuju kamarnya terletak, setelah berada tepat di depan pintu kamarnya yang di jaga oleh 2 orang pengawal, Luke membuka pintu itu dan masuk.

Tatapan Luke untuk pertama kalinya bertabrakan dengan mata indah milik Elena yang tampak ber-air. Apa mungkin Elena menangis? Luke  langsung menuju ke arah sebuah lukisan di pojok kamar, Luke memang sengaja menyimpan pedang miliknya di tempat tersembunyi. Luke mengambil satu pedang di balik lukisan itu.

Luke segera mungkin keluar dari kamar nya yang sekarang di tempati oleh Elena, namun langkah Luke terhenti saat merasakan tangan nya di cekal oleh tangan Elena.

"Luke, maafkan kesalahanku. Sungguh aku tidak bermaksud untuk membuatmu kecewa." Suara Elena terdengar lirih.

Luke memejamkan matanya, ia berusaha mengandilkan dirinya agar tidak memeluk Elena. Luke membuka matanya kembali dan melepaskan cekalan tangan Elena.

Luke membalikan tubuhnya.
"Maaf?Apakah kata maaf dapat mengembalikan semua nya Elena?" Tanya Luke bernada sarkas. Elena terdiam.

Luke tersenyum miris. "Sudah aku pastikan kau tidak dapat menjawab pertanyaanku."

Elena mengangkat kepalanya dan menatap wajah Luke. "Aku tau semua akan berubah, aku terlalu bodoh untuk mengambil keputusan itu. Berikan aku kesempatan untuk menebus semua kesalahanku Luke."

"Sudah terlambat Elena, aku mempertaruhkan nyawaku hanya untuk menyelamatkan orang yang aku cintai, bahkan aku rela mati asalkan kau selamat dan tidak terluka sedikitpun. Tetapi, orang yang aku cintai sama sekali tak menghargai pengorbanan ku dengan mencoba pergi dari jangkauan ku." Elena menunduk, air mata nya langsung jatuh ketika Luke mengatakan itu semua. Elena sadar bahwa Luke berusaha membuatnya semakin merasa bersalah.

"Luke, kau mencintai ku? Sejak kapan? " Tanya Elena.

Luke membuang pandangan.
"Kau tidak akan tau Elena karena sikapmu yang terlalu menutup diri, aku mencintaimu Elena, bahkan aku sangat mencintaimu di dalam lubuk hatiku. Tetapi, cintaku mungkin sia-sia."

Elena menunduk, satu fakta yang baru di ketahui nya adalah bahwa Luke mencintai dirinya. Bahkan Elena tidak mengerti sikap Luke selama ini adalah sebagai ungkapan rasa sayang pria itu padanya.

"Elena, kelemahan terbesarku adalah padamu. Jika kau terluka akibat kebodohanku maka aku akan merasa orang yang paling terpuruk." Luke menunduk untuk menatap Elena yang tingginya lebih rendah darinya.

"Untuk pertama kalinya aku merasa gagal dalam melindungi pujaan hatiku, dan untuk pertama kalinya aku gagal mempertahankanmu lagi Elena, aku menyerah. Selama ini usahaku gagal." Luke mengucapkan kalimat penentuan terakhirnya, Luke sudah memikirkan hal itu sejak memasuki kamar ini.

Elena menggeleng, isak tangis nya terdengar. "Jangan menyerah Luke."

Luke menggeleng. "Aku telah menyerah, Elena. Tidak ada gunanya lagi adanya kehadiranku di sisimu."

Tangan Luke menarik dagu Elena agar gadis itu mendongak dan menatap wajahnya. "Putri Felicia benar, selama ini aku merahasiakan sesuatu. Kau bisa kembali ke dunia asalmu dan meninggalkan dunia immortal. Namun, setelah kau keluar dari dunia immortal maka kau tidak dapat masuk ke dalam dunia immortal kembali. Dan ingatanmu selama berada di dunia immortal ini akan hilang saat kau kembali ke duniamu."

Luke menarik kembali tangan nya.
"Aku berbohong padamu dengan sebuah alasan, aku tidak ingin kehilanganmu. Itulah alasanku."

Elena tetap diam, tangisan nya belum redah sejak tadi. Elena akan melewati dimensi waktu dan artinya ia tidak akan mengingat Luke setelah ia kembali ke dunia manusia. Apakah Elena bisa melakukan itu.

Luke membawa Elena ke dalam pelukan nya, di kecupnya puncak kepala Elena untuk terakhir kalinya.
"Pulanglah Elena, aku tidak akan menahanmu lebih lama lagi di sini, berbahagialah dan jangan fikirkan aku." Luke mengalah, Elena semakin terisak di dalan pelukan pria yang diam-diam mencintai nya tanpa di ketahui oleh Elena.

Luke melepaskan pelukan nya, ia mengusap jejak air mata di pipi Elena. "Jaga dirimu ketika berada di dunia manusia, jangan mengingatku lagi agar aku tak merasakan sakit di sini."

Elena menggeleng. "Luke, kau yakin ingin melepasku. Luke berikan aku kesempatan."

Luke mengangguk, tanpa menjawab pertanyaan Elena Luke berjalan keluar dari kamar hingga meninggalkan Elena sendirian. Luke tidak boleh menemui Elena, jika Luke bertemu Elena kembali maka Luke akan semakin sulit melupakan Elena ketika gadis itu kembali ke dunia asalnya.

"LUKE!" Elena berteriak dan terduduk di lantai, entah kenapa hatinya terasa perih.


🏰🏰🏰

L

uke terduduk di lapangan istana yang kini sedang ramai oleh para prajurit yang sedang berlatih ketangkasan mereka, sejak mengatakan keputusan terbaik yang di ambil olehnya, Luke merasa hatinya tidak baik. Luke meletakan pedang nya di sampingnya.


Jika biasanya Luke akan bergabung bersama untuk melatih para prajurit, tetapi kali ini tidak.

Luke sedang menyiapkan dirinya untuk kepergian Elena nanti, Luke harus kuat demi Elena, Luke senang saat Elena akan menemukan kebahagian nya kembali di dunia manusia.

Luke mengusap sudut matanya yang tampak berair oleh air mata, Luke tak ingin dianggap lemah oleh prajurit lain nya. Luke tak menyangka bahwa kisah cintanya serumit ini, di satu sisi ia sudah sangat mencintai Elena disisi lain Elena tidak mengangap kehadiran dirinya.

Apakah Luke perlu berteriak bahwa perempuan itu adalah matenya agar Elena tau bahwa ia sudah terikat dengan Luke secara tidak langsung.

Saat ini Luke tak memikirkan dirinya saat ia hidup sendirian tanpa matenya, mungkin setelah Elena keluar dari dunia immortal Elena sudah tak ingat siapa Luke, dan Elena pasti akan bersama pria lain yang Elena cintai. Dan Luke, ia tidak bisa menggantikan gadis manapun di hatinya.

Luke menghela nafas ia sudah menyerah di hadapan Elena, bagaimana pun kebahagian Elena adalah prioritas utama nya.

Exel memasuki lapangan istana dan melihat pangeran nya berada di sana dengan wajah tertunduk, Exel menunggu Luke di ruang pelatihan. Namun, Luke tak kunjung datang.

Exel mendekati Luke dan duduk di samping Luke, dilihat dari raut wajah Luke, Exel sudah dapat menebak kondisi pangeran nya itu, Exel meletakan pedang yang ia gunakan untuk berlatih ke samping nya.

"Pangeran apa keputusan nya?" Tanya Exel.

Luke menoleh, ia tersenyum miris.
"Aku menyerah Exel." jawab Luke lirih

Exel mengerutkan kening nya tanda bahwa ia sama sekali tak mengerti arah pembicaraan Luke "Maksud pangeran?"

"Exel, aku menyerah untuk mempertahankan Elena lagi,
Aku sudah memberitahukan bahwa ia bisa keluar dari dunia immortal dengan bantuan cermin yang aku miliki" Luke menjelaskan tentang keputusan nya.

Exel merasa tak percaya segitu kah pangeran nya menyerah.
"Pangeran, apakah kau sudah yakin akan keputusanmu? Kau menyerah begitu saja, aku tau kau kuat pangeran, kau sanggup untuk memulai semua nya dari awal."

Luke menggeleng. "Tidak ada gunanya Exel, semua sudah berakhir."

Exel sangat tidak percaya bahwa Luke menyerah begitu saja, bahkan Exel mengerti bahwa Luke sangatkah mencintai Elena selama ini.
"Pangeran, apakah kau sanggup menjalani kesendirian tanpa adanya peran mate di sampingmu?"

"Elena merasa bahagia maka aku pun akan nerasa kebagaian nya, aku yakin Elena sekarang menbenciku karena sudah membohonginya selama ini." Ujar Luke kembali menunduk.

Exel harus menerima apapun keputusan pangeran nya. Exel ia menepuk bahu Luke sekilas

"Aku sangat bangga sekali padamu pangeran, kau sanggup memikirkan kebahagian Elena dan mengalah, bahkan kau tak memikirkan dirimu sendiri apakah kau bahagia atau menderita nantinya."

Luke mengusap rambutnya ke belakang dengan tangan nya.
"Jangan memujiku Exel."

Exel terkekeh pelan.
"Aku tak memujimu pangeran, itu adalah fakta, seumur hidup aku baru menemukan seorang pria seperti pangeran yang rela menderita dibalik kebahagian pasangan nya." ujar Exel.

Luke menoleh menatap Exel
"Nanti kau temani Elena sampai ke perbatasan, dan tetap jaga Elena sampai tujuan." pinta Luke begitu memperhatikan keselamatan Elena.

Exel bangkit berdiri, ada urusan yang harus ia selesaikan yang berhubungan dengan Luke, kali ini Exel akan berusaha untuk nengembalikan kebahagian pangeran nya.  "Ehm... Pangeran saya pergi dulu ke dalam istana, ada beberapa senjata yang akan aku ambil dan harus digunakan nanti." Alibi Exel dan ternyata diangguki oleh Luke.

Setelah itu Exel langsung melesat menuju dalam istana, ia tak mau membuang waktu jika nanti akan membuat kesalahan fatal. Exel memantapkan hatinya saat ia sudah berdiri di depan pintu berwarna coklat yang jelas adalah kamar milik Luke.

Exel membuka pintu itu yang ternyata tak di kunci oleh sang empunya, saat itu juga Exel melihat Elena sedang menangis dalam diam.

Exel mendekati Elena dan duduk di pinggiran peraduan tempat Elena sedang duduk.

"Elena?" Panggil Exel, Elena menoleh dan mendapati Exel sedang menatap wajahnya dengan tatapan lembut khas seorang kakak pada adiknya.

Elena langsung memeluk Exel yang tampak kaget karena tindakan tiba-tiba dari Elena, namun Exel tetap membalas pelukan Elena seraya mengusap kepala Elena agar gadis itu tenang.

Exel tau Elena belum bisa menerima semua ini, ia cukup kaget dengan kebohongan Luke dan menyuruhnya untuk kembali ke tempat asalnya.

Elena menangis dalam pelukan Exel, kedua tangan nya meremas baju khas kerajaan yang Exel pakai, Exel berusaha menenangkan Elena yang terus saja menangis di dalam pelukanya.

"Elena apakah kau yakin akan pergi dari sini setelah mendengar keputusan Luke?" Exel mencoba bertanya saat ia merasakan tangis Elena sudah reda.

Dalam pelukan Exel Elena hanya diam, ia bingung mau menjawab apa,

Setelah lama terdiam, akhirnya Elena pun menjawab. "Aku yakin Exel." Jawab Elena seraya memejamkan mata dalam pelukan Exel.

"Elena coba difikirkan lagi, Luke memang mengatakan padamu bahwa ia sudah menyerah, bukan berarti kau tak bisa membujuknya. Kau bisa Elena, jika kau pergi Luke akan sedih Elena." Exel memulai inti pembicaraan nya dengan hati-hati takut akan membuat Elena kembali menangis.

"Exel aku mau pulang saja,
aku sudah malas lagi melihat orang yang membohongiku, lagian Luke sudah melepaskan ku, aku tak akan membuang kesempatan ini." Jawab Elena masih dengan posisi memeluk Exel.

Exel tau sekarang sifat Elena adalah keras kepala, gadis itu lebih mementingkan diri nya sendiri, di bandingkan orang lain. Ego berperan dalam diri Elena.

"Coba kau fikirkan lagi,
Luke sangat mencintai mu Elena." Ujar Exel.

Elena menggeleng
"Kalau Luke mencintaiku mengapa ia menyerah?! Dia adalah pria pembohong." Elena melepaskan pelukan nya pada Exel dan membuang pandangan nya ke arah luar jendela.

Exel menatap Elena.

"Elena dengarkan aku, Luke membohongimu dengan suatu alasan, ia tak mau kehilangan mu."

"Tapi ia sama saja tak jujur padaku, Luke sangatlah egois." Ujar Elena sambil meremas tangan nya, berusaha menahan tangis nya.

Exel menghela nafas, ia sudah pasrah pada keadaan nantinya cukup susah menghadapi gadis keras kepala seperti Elena, sangatlah susah membujuk Elena.

"Baiklah persiapkan dirimu, kita akan berangkat pada malam ini juga." Ujar Exel pasrah, karena memang waktu malam hari adalah waktu yang tepat di bandingkan pada siang hari.

Elena mengangguk, dan entah mengapa perasaan sedih menghinggapinya rasa tak rela untuk pergi dari istana ini. Tetapi Elena membuang fikiran itu jauh-jauh sebentar lagi ia akan bertemu dengan nenek dan sahabatnya. Jadi buat apa di fikirkan lagi.

Exel mengelus kepala Elena
"Jika kau kembali jangan lupakan aku sebagai kakakmu yah." Ujar Exel, saat Elena mengatakan bahwa gadis itu  akan menganggap Exel sebagai kakaknya. Exel merasa sangat senang,
Exek memang sudah menginginkan adik perempuan dari dulu. Namun Exel terlahir menjadi anak tunggal.

Elena menoleh dan mencoba tersenyum "Bagaimana bisa aku mengingat wajah Exel lagi, jika aku keluar dari dunia immortal maka aku akan kehilangan ingatanku."

Exel tau bahwa Luke sudah menceritakan secara detail peraturan nya, untuk penghuni asli dunia immortal bisa dapat keluar masuk dunia manusia tanpa adanya konsekuensi.

"Oh yah, kenapa tidak dimakan, makan siangmu?" Exel menunjuk piring berisi makan siang Elena yang terletak di atas nakas.

Elena menoleh ke arah dimana Exel menunjuk "Nanti akan aku makan."

"Baiklah gadis pintar, kalau begitu aku akan keluar, jangan lupa nanti malam kau sudah harus siap." Exel mengusap kepala Elena. Setelah itu ia langsung keluar dari kamar dan tak lupa menutup pintunya kembali,
jika ia berlama-lama nanti Luke akan curiga.

Selepas kepergian Exel, Elena menurut pada perkataan Exel, ia langsung memakan makan siangnya untuk tenaga nanti malam ia akan pergi.

Setelah makan Elena meletakan kembali piring itu di atas nakas, ia melirik ke arah jendela yang tertutup.

Elena turun dari peraduan dan memutuskan untuk menelusi kamar ini sebelum ia pergi dan melupakan kamar ini dan juga pemiliknya, Elena berhenti di depan lukisan, dari pojok kanan Elena dapat melihat ada beberapa kata yang bertulisan 'keluarga Darwisen' di atas lukisan itu.

Di dalam Lukisan itu terdapat  Lord Edmans yang duduk berdampingan bersama Queen Klarisa, dan ditengah mereka ada Aland dengan senyum lebar nya, di sisi kanan ada Luke yang berdiri seraya memasukan kedua tangan nya ke dalam saku celana dengan memasang wajah datar dan dingin namun tetap terlihat tampan,
di sisi kiri nya ada Albert yang sedang tesenyum lebar dengan gaya khas nya.

Dan di belakang Lord Edmans dan Queen Klarisa ada Jason dan Jovin yang berdiri ber-sisian sambil saling merangkul bahu, dan Elena tak tau yang mana Jason dan Jovin karena wajah mereka sangat sama.

Elena beralih pada lukisan di sebelah lukisan pertama, disana terdapat lukisan Lord Edmans dan Queen Klarisa.

Elena mengarahkan jari telunjuk nya ke arah lukisan Lord Edmans
"Lord Edmans adalah sosok ayah yang aku impikan, aku akan berusaha menjadi orang yang setia pada pasangan seperti ayah pada ibu."
Elena membaca tulisan tangan Luke yang terletak di bawah lukisan bergambar Lord Edmans

Lalu Elena mengarahkan jari telunjuknya ke arah lukisan Queen Klarisa "Queen Klarisa adalah sosok ibu yang aku impikan, kelak aku akan ingin mendapati pasangan seperti ibu." Elena juga membaca tulisan tangan Luke untuk keterangan Queen Klarisa.

Dibalik sifat dingin dan datar seperti Luke, ternyata pria itu sangat sayang pada keluarga nya.

Elena menghela nafas, ia berjalan ke arah jendela dan membuka jendela berukuran besar itu, Elena merasakan angin sejuk langsung menerpa wajahnya.

Elena menurunkan pandangan dan ia dapat melihat beberapa prajurit sedang berlatih di bawah sana lebih tepatnya di lapangan, mata Elena tak sengaja menatap Luke. Pria itu sedang duduk dan memperhatikan pertarungan para prajurit.

Luke terlihat tampan dengan balutan baju kerajaan berwarna hitam yang lengan nya ia gulung sampai ke siku dengan asal, rambut Luke yang sedikit berantakan di terpah angin yang membuat rambutnya tampak semakin berantakan.

Ini adalah terakhir kali Elena mengagumi ketampanan seorang Luke, Elena mengakui pesona Luke sangat kuat dan ketampanan Luke yang menjadi utama dalam diri pria itu, hanya pada Elena Luke dapat tersenyum tanpa beban dan tertawa dengan lepas.

Elena menghapus air matanya, tanpa sadar ia telah menangis karena mengingat perkataan luke tadi malam, Elena kembali menutup jendela itu, berlama-lama melihat Luke maka akan membuat Elena ingin menangis, mengingat pengorbanan yang telah Luke lakukan untuk nya.

Saat akan pergi nanti Elena akan mengucapkan terima kasih pada Luke atas pengorbanan pria itu waktu menyelamatkan Elena dari Putri Felicia.

_________________TBC_________________

Adakah yang masih menunggu cerita ini untuk up, aku sempetin waktu aku untuk up hari ini juga.

Aku mengetik nya jadi semangat karena vote and commen kalian.😊 makasi yang udah vote and commen

Bagaimana tanggapan kalian pada bagian ini?

See you😙

Continue Reading

You'll Also Like

579K 39.7K 46
[Daftar Pendek Wattys 2023] (Dark romance - fantasi - psikologi) Sejak pulang dari camping sekolah, Elisa jadi sering bermimpi bertemu seorang laki-l...
3.1M 320K 30
[M] Mikasa kabur dari rumah sang Bibi yang berniat menjualnya kerumah bordil. Gadis itu berlari masuk kesebuah hutan terlarang di daerahnya. Hutan At...
378K 16.4K 89
[CALVERAS BAGIAN 1] Badboy pentolan sekolah itu bukan akan menjadi seorang ayah, melainkan telah menjadi seorang ayah diusianya yang sudah menginjak...
957K 40.4K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...