KEKI [Sudah Terbit]

By beliawritingmarathon

798K 79.8K 22.7K

[Sudah Terbit] KEKI "Akulah orang yang tepat, kapan kamu nyadarnya?". _________________________ ... More

Prolog: Si Jangkung Pengalih Dunia Sahla
Keping 1: Gebrakan Awal Tahun
Keping 2: Beli Helm
Keping 3: Buku Sketsa
Visual Versi Mbak Author Ep. 1
Keping 4: Irama Jantung Ken
Keping 5: Yayang dan Ken
Keping 6: Lomba Tingkat Kabupaten
Visual Versi Mbak Author Ep. 2
Keping 7 (a): Mojok
Keping 7 (b): Mojok
Keping 8: Patung Berjalan
Keping 9: Curhat pada Garong
Keping 10: Lampu Hijau dari Camer
Keping 11: Cinderella Boy
Keping 12: Mawar Kuning dan Malaikat Cantik
Keping 13: Gerimis
Keping 14: Mindset Primitif
Keping 15 (a): Dugaan Mustahil
Keping 15 (b): Dugaan Mustahil
Keping 16: Sore di Atas Brankar
Keping 17: We Got That Power
Keping 19: Ancaman in Positive Way
Keping 20: Fairplay
Keping 21: Embun
Keping 22: Balas Dendam yang Manis
Keping 23: Sirius
Keping 24: Perhatian Tanda Sayang
Keping 25: Lintang Hendak Mendongeng
Keping 26: Sudut Pandang
Keping 27: Play Victim
Keping 28: Bikin KEKI
Keping 29: Misi untuk Sahla
Keping 30: Brontosaurus
Keping 31: Harta Karun di Rooftop
Keping 32: Sirius Kedua
Keping 33: Piala untuk Dua Calon Mantu
Keping 34: Janji Itu .... [END-1]
Keping 35: Sahla Memilih! [Ending + Epilog]
Kabar Gembira: GIVEAWAY Novel KEKI!
Pengumuman PEMENANG Giveaway KEKI!
Info Terbit, Yaay!

Keping 18: Nyaman dalam Kebohongan

14.6K 1.7K 389
By beliawritingmarathon

"Perasaan Sahla udah baca note book-nya Yayang berulang-ulang. Tapi kenapa Sahla nggak nemu saat Malaikat Cantik ngasih gambar pertamanya ke Mawar Kuning, ya? Sahla juga nggak nemu awal-awal pertemuan mereka. Saat mereka sering main ke poli obgyn juga nggak ada. Jangan-jangan note book ini ada series-nya, kayak komik-komiknya Sahla. Bedanya, Yayang nggak lebay kayak Sahla." Gadis itu mengakhiri monolognya dengan terkikik.

Lintang belum pulang sejak semalam. Pasti pasiennya benar-benar gawat. Sahla sendirian total, karena ia tak kunjung menemukan Garong di mana pun. Sahla sendang membuat telur ceplok untuk sarapan. Untunglah Sahla tahu caranya memanggang roti. Sahla menyusun roti panggang, timun, tomat, keju chedar, dan telur. Dengan begitu, ia bisa sarapan sehat. Ditambah susu, supaya sempurna.

Sahla memotret sarapan hasil buatannya, lalu mengirim pada Lintang. Sebagai bukti pada sang Bapak bahwa ia sarapan dengan baik. Supaya Lintang tidak khawatir. Lintang suka tidak percaya jika Sahla hanya berkata sudah sarapan, tanpa mengirimkan bukti. Bapaknya itu memang agak lebay. Lebay in positive way.

Suara klakson terdengar. Pak Joe sudah siap. Sahla buru-buru menandaskan susunya, membawa roti—sekaligus piringnya—berlari keluar rumah. Sahla akan lanjut makan di mobil, daripada terlambat sampai sekolah.

~~~~~KEKI - Sheilanda Khoirunnisa~~~~~

Ahyar segera menengok ketika seseorang membuka pintu kamarnya. Cowok itu sempat mengira bahwa yang datang adalah perawat pengantar sarapan. Karena berdasarkan pengalaman, jam segini yang datang memang selalu mereka. Ahyar mengernyit heran kala tahu yang datang bukan perawat. Bukan juga dokter. Itu adalah ... pasien?

Dilihat dari kenampakannya, sama sekali tidak asing. Ahyar memutuskan mengambil kacamata di atas nakas, segera memakainya. Benar, kan? Orang ini memang tidak asing. Yang datang adalah Ken—teman sekelasnya. Ahyar hanya tak terbiasa. Dua kali ia bertemu dengan Ken di rumah sakit ini. Pertama, Ahyar merasa asing karena saat itu mereka sama-sama memakai pakaian kasual. Kedua—kini—Ahyar merasa asing karena sekarang mereka sama-sama memakai piyama rumah sakit.

Ken mendorong tiang infusnya sendiri. Ahyar sebenarnya ingin membantu. Tapi ia masih harus bedrest. Ia masih sayang diri sendiri dengan mematuhi perintah dokter. Ken tetap bergeming sembari duduk perlahan pada sofa panjang. Ahyar pun sepertinya sama sekali tak berniat mengawali pembicaraan.

Entahlah sejak kapan teman sekelasnya ini ikut-ikutan menginap di rumah sakit. Seingat Ahyar, Ken ada di sana saat ia pingsan. Ken sepertinya hendak bicara sesuatu, tapi belum jadi. Mungkin ia sekarang ingin melanjutkan urusannya itu. Penilaian Ahyar ... Ken orang yang nekat. Seharusnya ia bisa lebih bersabar. Setidaknya menunggu sampai kondisinya agak baik.

Ahyar agak takut sebenarnya. Ken terlihat sangat sakit. Ronanya seakan tak berwarna, amat pucat. Ahyar juga pucat, tapi sepertinya tak sepucat Ken. Napas Ken terlihat naik turun. Hampir sama parahnya seperti saat ia terkena serangan kemarin. Jangan lupakan keringat yang membuat wajah Ken terlihat berkilau.

"Yar!"

"Hm?"

"Gue mau ngomong sesuatu."

"Ngomong aja!"

"Agak panjang tapi."

Ahyar terlihat berpikir. Bukan karena keberatan. Hanya merasa aneh. Mengingat mereka tak seakrab itu untuk saling bicara panjang lebar. Ahyar bahkan tak mengingat namanya sampai mereka bertemu di rumah sakit ini tempo hari. "Apa ini lanjutan dari apa yang mau lo omongin kemarin?"

Ken menggeleng. "Udah beda lagi urusannya. Yang kemarin nggak jadi. Gue udah nggak ada harapan."

Ahyar menatap raut Ken yang menyiratkan keputusasaan. Membuatnya merasa kasihan. "Yaudah, ngomong aja!"

"Ini tentang Sahla."

Mata Ahyar memicing kali ini. Semakin aneh saja rasanya. Kenapa jadi bawa-bawa Sahla segala?

"Ini tentang masa lalu kita bertiga. Sahla, lo, dan gue."

Ahyar semakin tidak mengerti dengan arah pembicaraan Ken. Ya, ia memang punya kenangan masa lalu dengan Sahla. Tapi ia tak punya secuil pun kenangan dengan Ken. Apa cowok ini terlalu sakit, sampai bicara ngelantur seperti ini? Jangan-jangan sekarang Ken sebenarnya sedang tidur. Ia ngelindur, pergi ke kamar Ahyar dalam keadaan tidak sadar.

"Setahu Sahla, sakit lo sama kayak gue."

Ahyar memutuskan untuk tetap diam, membiarkan Ken menjelaskan dengan caranya, sampai Ahyar mengerti.

"Gue sakit kelainan irama jantung—aritmia—dari lahir. Tipenya termasuk yang fatal, ventrikel. Detak jantung gue bahkan nggak teratur di saat gue nggak ngapa-ngapain. Bisa tiba-tiba kena serangan tanpa sebab. Tapi gue udah pernah dibedah sekali, tujuh tahun yang lalu tepatnya. Pembedahan itu bikin kondisi gue jauh lebih baik. Gue seneng karena setelahnya gue bisa sedikit menikmati hidup menyerupai anak-anak normal. Meskipun gue harus tetep minum obat seumur hidup."

Ahyar masih bergeming. Sama seperti dirinya, harus minum obat seumur hidup. Tapi bukan jantungnya yang bermasalah, sih.

"Gue pikir, asal gue minum obat teratur, asal gue istirahat cukup, asal gue makan sehat, asal gue jaga emosi, gue bakal tetep bisa menjalani hidup—layaknya manusia normal—selamanya. Tapi ... ternyata enggak. Semalem gue dapet vonis, kalo gue mau tetep hidup, maka tiga hari lagi gue harus jalanin pembedahan kedua. Nah, di situ gue jadi bingung."

"Bingung kenapa?"

"Gue udah terlanjur bikin janji sama Sahla, yang harus ditepati bulan Januari nanti. Pas ulangtahun Sahla yang ke-16. Masalahnya, dulu pas pembedahan pertama, gue butuh waktu dua tahun buat recovery.

"Gue nggak boleh kemana-mana, bener-bener dikarantina. Apalagi sekarang gue udah lumayan gede. Di mana sel-sel regenerasi gue udah nggak sebaik waktu masih kecil dulu. Dengan kata lain, recovery gue pasti makan waktu lebih lama. Akibatnya, gue pasti nggak bisa menuhin janji gue ke Sahla."

Ahyar sebenarnya masih belum bisa menangkap maksud dari cerita Ken sepenuhnya. Yang jelas, ia merasa prihatin dengan kondisi kesehatan Ken. Ahyar sempat berpikir, ia adalah anak yang terlahir tak beruntung karena kondisinya. Ternyata, ada yang lebih tak beruntung. Untuk pertama kalinya semenjak lahir, Ahyar merasa beryukur dilahirkan seperti ini.

Ahyar juga memikirkan salah satu dari ucapan Ken. Tentang janjinya pada Sahla. Hanya perasaan Ahyar, atau janji itu memang ada hubungannya dengan janji yang dimaksud oleh Sahla kemarin? Janji yang hendak Ahyar tanyakan, tapi mendadak ia lupa. Dan baru ingat lagi saat Sahla sudah pergi.

"Gue udah rundingan sama Dokter Lintang tentang masalah ini. Karena beliau juga nggak pengin Sahla terlalu kecewa. Mengingat selama ini dia selalu menunggu hari di mana janji itu akan ditepati. Sahla bahkan selalu membicarakannya selama tujuh tahun ini."

"Terus?"

"Hasil dari diskusi gue sama Dokter Lintang ... lo yang bakal gantiin gue buat nepatin janji itu sama Sahla."

Barulah Ahyar memberi sebuah reaksi berarti. Cowok yang sedari tadi nyaman dalam posisi berbaring, dengan cepat bangkit duduk. "Maksud lo?"

"Ya gitu. Lo yang bakal gantiin gue nepatin janji itu sama Sahla nanti."

"T-tapi ... gue sama sekali nggak tahu tentang janji itu. Sahla kemarin emang sempet bahas, tapi belum jadi. Dan Sahla sendiri pasti nggak bakal terima kalo gue yang nepatin. Orang dia janjinya sama lo!"

"Itu sama sekali nggak masalah, Yar. Ka- ...."

"Nggak masalah gimana? Masalah, lah!"

"Dengerin dulu gue ngomong! Itu sama sekali nggak masalah. Karena Sahla ngiranya dia bikin janji sama lo."

Ahyar semakin tak mengerti. Sahla benar-benar sudah menularkan virus tulalit padanya!

"Sahla emang ngiranya dia janji sama lo,Yar. Satu-satunya Yayang dalam ingatan Sahla adalah lo. Dia ingetnya cuman samalo. Sekeras apa pun gue coba ingetin dia tentang gue. Gue bahkan pernah sangatgegabah—sangat bego—sampai-sampai nekat meluk dia. Hanya biar dia segera inget setelah dengerin detak jantung gue. Tapi dia tetep ... samasekali nggak inget sama gue. Justru semakin nggak suka sama gue."

Kalau boleh jujur hati Ahyar terasa sakit saat Ken mengatakan pernah memeluk Sahla agar gadis itu ingat dirinya setelah mendengar detak jantung. Itu artinya ... dulu Sahla sering memeluknya seperti itu? Namun di sisi lain, Ahyar  juga merasa iba pada Ken. Ia bisa mendengar kesedihan dan sakit yang tersirat dalam kalimat terakhir Ken. Pikiran Ahyar kembali pada kemarin sore. Saat Sahla masih di sini, membicarakan tentang sebuah janji.

"Buku ini ...." Sahla menunjukkan note book biru. "Yayang so sweet banget sampek nitipin ini ke Bapak segala. Kalo Yayang bisa nulis banyak tentang kenangan kita dalam buku ini, Yayang pasti inget, dong, ama janji kita. Tapi Yayang bertingkah layaknya sama sekali nggak inget sama janji itu. Bikin Sahla bingung."

Agaknya Ahyar mulai sedikit mengerti. Benar apa yang dipikirkan Ahyar tadi. Janji yang Ken bicarakan sangat berhubungan dengan janji yang dibicarakan Sahla. Tapi ... gadis itu telah salah sasaran.

"Ken ... gue bener-bener nggak ngerti. Gimana Sahla bisa salah orang kayak gini?"

"Gue juga sama bingungnya kayak lo waktu pertama tahu itu, Yar. Jujur gue sakit hati banget. Tapi semua ini berawal dari kesalahan gue sendiri. Gue seharusnya jujur sama dia. Bukannya bersembunyi di balik kebohongan yang bikin gue nyaman. Terlalu nyaman, hingga kebohongan itu berbalik nyerang diri gue sendiri."

~~~~~KEKI - Sheilanda Khoirunnisa~~~~~



Ayo rajin baca, vote, komentar, dan dapet hadiah. Enak, toh? Mantep, toh?

Kami ber-16 secara serentak launching cerita tanggal 21 Oktober 2017, jam 19.00 WIB. Tapi setelahnya, kami punya jadwal update masing-masing.

KEKI update setiap hari Senin dan Kamis. Ojo lali, yo!



Sincerely,

Sheilanda Khoirunnisa (SheilandaK)

PS: gambar bukan milik saya. Diambil dari instagram.

Kediri, 10 Desember 2017

©2017

Continue Reading

You'll Also Like

20.9K 2.3K 23
Andre Oktovian, yang memiliki kemampuan bisa melihat jodoh orang, akhirnya melihat jodoh masa depannya, yaitu Ginny. Karena tidak ingin hal itu terja...
8.1K 752 22
Di bulan Ramadan yang suci dan penuh berkah, bulan kebaikan dan penuh ampunan, WattpadIndonesia, menghadirkan kegiatan untuk mengisi waktu kalian sel...
6.3M 155K 17
[BOOK 1, PART DIHAPUS] [TERBIT 2 APRIL 2018] Senja itu kosong. Ia adalah bahasa dalam catatannya. Bibirnya adalah pena, luas hatinya adalah aksara. H...
1.7K 505 33
Memori yang menolak untuk mati. Melodi sepi yang tak kunjung mau menepi. Juga denyut nadi yang enggan mengingkari mimpi-mimpi. Ini semua tentang Bent...