Ice Cream➖TaeGi [Discontinued]

By cumibakarrrr

51.6K 5.5K 619

Segala afeksi Kim Taehyung. Es krim memang terlihat dingin, tapi coba kau kenali, pahami, rasakan. Kau akan... More

PROLOG
01
02
03
04
06
07
08
aku berpikir
i'm sorry but you have to hear this.

05

4.9K 532 76
By cumibakarrrr

TaeGi
[ e s - g o y a n g ]

Warning : OOC

.

.

.

.

.

Menikah, apa artinya bagimu?

Mengikat janji, menjalani takdir, dan hidup bersama dengan orang yang kau cintai, memiliki anak dan membimbing mereka menjadi orang-orang kecintaan Tuhan nanti. Indah sekali 'kan?

Yoongi selalu bermimpi, sekarang semuanya sudah jadi nyata. Tuhan mendengar doanya, Tuhan menjawab segalanya.

Menikah dengan Kim Taehyung, sosok yang sedari dulu tak pernah luput menemani disetiap tarikan napas. Seseorang yang dengan tulus mencintai tanpa perlu satu-dua alasan menjadi gagasan hubungan mereka, murni dari nurani. Seperti kasih orang tua pada anaknya, walau belum bisa menandingi Ayah dan Ibunya.

Tak perlu kata, deret kalimat. Mereka saling mencintai.

Maka dari itu jenjang ini pun terjadi.

Walau kalau kita telusuri, lamaran dari ucapan canggung Kim Taehyung adalah karna ingin segera memiliki anak, memberi cucu pada sang ibu, tetap saja. Seorang Kim Taehyung sangat sulit menginterpretasikan apa yang ada dalam benak, apa yang seharusnya menjadi haknya sebagai seorang suami. Yah, menerima titipan Tuhan secepat mungkin.

"Can i kiss you?"

"Kenapa harus ijin?" Sang istri tersenyum manis, Taehyung selalu suka saat garis tipis membentuk huruf U dan membuat pipi Yoongi jadi lebih empuk untuk dikecup. Adalah ritual setiap malam, dimana Taehyung meminta sebuah ciuman sebelum menenggelamkan diri Yoongi pada dadanya yang bidang.

Bibir tipis Yoongi adalah objek yang harus Taehyung rasakan eksistensinya sebelum terlelap nyenyak menyambut malam.

Hanya kecupan, dan sedikit lumatan.

Tak ada lagi, sejauh tiga bulan ini. Yoongi tidak mengharapkan apapun, Taehyung baru pulang dini hari dan guratan lelah diwajah tampan suaminya membuat Yoongi tidak tega untuk mencurahkan perasaan yang selama ini coba diundur waktu untuk disampaikan. Tentang malam pertama mereka? Ah, itu sangat melelahkan.

Melelahkan. Dalam arti, acara pernikahan begitu menguras tenaga, dari pagi ke sore hari. Tangan tak henti berjabatan dengan para tamu undangan yang datang, keluarga besar keduanya, sanak saudara, rekan bisnin Taehyung maupun Yoongi yang terus menerus datang tanpa henti--sebagian besar memang lebih banyak tamu undangan suaminya-- dan saat mereka akhirnya menemukan kasur dirumah, tak ada lagi pikiran lain selain tertidur dengan nyaman. Mengabaikan telinga-telinga yang tertempel kecewa selama beberapa jam didepan pintu kamar mereka.

Sampai sekarang. Hubungan suami-istri yang selayaknya dirasakan pasangan baru, Yoongi maupun Taehyung tidak ada yang berani memulai.

Tak ada pilihan.

"Taehyung..." Bisiknya, dalam sela deting jam dan degupan jantung Taehyung ditelapak tangannya. Juga deru napas lembut membelai anakan rambut tipis kelabu Yoongi. "Hmm?"

Taehyung berdeham, isyarat kalau dia belum sepenuhnya tidur.

"Ehm, itu... Ah, kamu belum ngantuk?"

"Sedikit."

"Besok ada pekerjaan?"

"Banyak sekali."

Yoongi menggigit kecil bibir bawah, agak kalut untuk bicara. "Tae, aku mau ngomong ya?" sesaat itu pula rasa gelitik puncak kepalanya menyebar dari kecupan manis Taehyung. "Ya, dari tadi juga kamu udah ngomong."

Jujur, Yoongi agak kesal pada fakta bahwa perlakuan dan nada bicara Taehyung selalu tidak pernah sinkron. "Ih tapi yang kali ini dengerin!" Taehyung mengangguk lemah diatas kepala Yoongi hingga dagu tegasnya mengetuk-ngetuk diatas helaian sana. Hening mengenggam waktu sementara alih-alih Yoongi mempersiapkan detak jantungnya sendiri untuk diam, membuat Taehyung mencoba keras mengabaikan jemari lentik Yoongi yang berputar-putar didadanya--tipikal dia sedang berpikir.

"Kamu masih inget kan pas bilang kalau kamu mau nikahin aku secepatnya?" Taehyung mengangguk lagi, dengar tak dengar karna jeda yang Yoongi ulur lumayan lama dan kadar kantuknya semakin bertambah, "Did you remember it Taehyung?!"

Telinganya mendadak berdenging akibat teriakan cempreng Yoongi, Taehyung sungguh mengantuk dan melupakan kalau dia harus mendengar apa yang ingin Yoongi bicarakan. "Aduh bisa kan gausah teriak?" Ujarnya dengan sabar dan diantara sisa-sisa keterkejutan.

"Iya, iya sayang. Aku tadi denger kok, kenapa emang?"

Wajah manisnya semula masam sebelum perlahan jadi merona.

"Kamu... Kamu, gak mau punya anak?"

Hening, lagi-lagi.

Bukannya lupa, atau mengulur, sulit menjelaskannya. Kembali pada awal dimana Taehyung orang yang cukup susah mengutarakan ekspresi dan keinginan sekalipun itu pada Yoongi. Selama apapun mereka kenal, bersahabat, Yoongi masih jengah akan sifatnya. Sulit, dingin. Terkadang harus pula dipancing. Yoongi satu-satunya orang yang paling banyak menerima emosi Taehyung yang beragam daripada orang lain. Diluar sana tak ada mimik lain yang dikenal dari sosok Kim Taehyung selain ketampanan dan garis kaku diwajah sempurnanya. Dan problematika sekarang adalah dimana Taehyung hanya terlalu tertutup bahkan hingga detik ini dan Yoongi mulai bertanya-tanya.

Apa arti dari selama mereka bersama?

Taehyung tahu pertanyaan ini akan terlontar, Taehyung tahu dia akan sulit menemukan alibi pas untuk sekarang. Siapa yang tidak mau punya anak? Tentu, pasangan yang sudah menikah pasti mendamba itu, pasti. Begitupula Taehyung, apalagi jika itu bersama seseorang yang sangat amat dia cinta. Tapi dia memikirkan Yoongi...

Apa Yoongi--dirinya sendiri siap? Tanggung jawab kali ini bukan perkara mudah.

Taehyung hanya menunggu Yoongi benar-benar siap, secara fisik dan mental. Anak adalah titipan Tuhan, jika sampai membuat kesalahan sedikit saja, bisakah dia berhadapan dengan-Nya?

Taehyung tidak yakin. "Berkomitmen denganku--"

"--Tidak mudah. Aku selalu tahu itu." Kata-kata Yoongi memahit, mengulang bait favorit Taehyung bahkan disetiap detik ia bernapas. "Aku selalu tahu, kamu pikir aku anak kecil?" Yoongi sedikit sensitif belakangan, entah karna banyaknya pikiran atau memang masalah ini sedikit menyentuh batin, merasa diremehkan.

"Maksudku bukan begitu, Yoon. Hanya--" Kalimatnya terputus, takut akan menyakiti.

Dia sudah terlalu sering menyakiti lewat kata-kata.

"Aku tentu tahu Tae, maka dari itu aku mau menikah denganmu, ini impianku, karna aku mencintaimu, aku ingin memberimu seorang anak. Tapi kenapa sulit sekali memberiku kepercayaan dengan menyembunyikan segala kegelisahanmu sendiri?" Nada serak itu menggedor pintu jiwa Taehyung begitu keras, merasa gagal sebelum melangkah. Secara tidak langsung sikapnya menyakiti Yoongi lagi.

"Kenapa kamu selalu diam, kenapa harus aku yang harus selalu memulai? Seakan-akan aku pihak yang paling sering memaksa disini?" Taehyung diam seribu bahasa, paru-parunya berkerut seakan oksigen enggan mengisinya lagi, terlalu menakutkan, terlalu beracun. Ucapan Yoongi seperti racun, Taehyung takut mati menghirupnya, anggap dia hiperbolis.

"Sekarang kutanya, apa menikahiku hanya demi perusahaan?"

"Astaga, demi Tuhan bukan!"

"Lalu kenapa diam, hanya iming-iming agar aku mau saja kan? Sedari dulu, kamu emang gak berubah Taehyung--ah, atau aku yang berubah? Terlalu banyak menuntut." Yoongi bangkit dari tempat tidur, memaksa kaki-kakinya memakai sendal rumah kumamon sebelum sendal itu terlempar dan terlupakan karna terlalu sulit menjejalkan kakinya disana. Ingin mengejar juga percuma, api bila disiram minyak tanah hanya akan jadi kebakaran. Biarkan dulu mereda sebentar, Taehyung tahu kalau Yoongi pasti akan menangis. Maka biarkan air matanya meredupkan api itu.

Ini lebih baik daripada menyamperi dan membuat perdebatan makin keras kepala lagi.

Taehyung tidak salah diam.

Yoongi tidak salah mengambil kesimpulan sepihak.

Waktu yang salah tidak pernah berusaha menengahi ego keduanya.

Taehyung rasa dia mulai sakit kepala.

Fajar beberapa jam lagi menjemput, dan Taehyung masih terus berkutat pada sakit kepalanya, beberapa orang kurang ajar menelpon malam-malam memohon padanya untuk datang pagi ke kantor, dan Yoongi yang pasti terisak kedinginan diruang tengah. Tubuhnya terhuyung kelemari, berjalan perlahan dikegelapan rumah menuju sofa empuk tempat dimana ia atau Yoongi membaring diri sejenak bersama gulungan selimut diapitan. Cahaya malam dari luar memancar lembut kewajah istrinya, jejak-jejak kecil air mata Yoongi membuktikan betapa menyakitkan sikapnya belakangan.

Kapan beku ini akan mencair, Taehyung saja tidak tahu. Tidak ada yang bisa disalahkan.

"Kamu selalu cantik,"

Selimut berkibar diudara hitam lalu mendarat memeluk tubuh mungil merengkut diatas sofa, membuat rengkutan itu melemah oleh kehangatan. Taehyung jadi tidak tega, sofanya memang empuk, tapi kasur mereka jauh lebih empuk. Maka tanpa berpikir bahwa Yoongi akan terbangun--berhubung Yoongi ini sulit sekali kalau dibangunkan--mengangkatnya kekamar takkan menimbulkan masalah apapun.

"Lebih nyaman, 'kan?" Taehyung bicara pada angin ruang, dengkuran imut istrinya semakin semarak terdengar. Tanda dia sangat nyenyak terlelap.

"Maaf, ya."

Satu kecupan lagi diberikan, pada bibir merah muda kesukaannya. Walau belum sanggup membuang kegelisahan yang akan jadi mimpi buruk malam ini.

.

Mungkin aku pulang malam hari ini. Jangan menungguku, makanlah tepat waktu.

Hanya itu yang ditinggalkan dipintu kulkas tepat pukul tujuh pagi, stickey notes. Yoongi menempelnya kembali dengan datar dan segera membuat sarapan--untuk dirinya sendiri karna Taehyung sudah menghilang bahkan sejak matanya terbuka. Semalam itu... Apa dia terlalu berlebihan?

Ya, rasanya.

Dan dengan baik Taehyung mengembalikannya ke kasur. Yoongi mengacak rambut basahnya, dia pusing sendiri.

"Halo, Jimin. Aku mau ke butik sekarang, Jungkook susah kubungi tadi--apa? Ganti nomer? Bahkan aku yang kakaknya tidak diberi tahu. Iya, tolong ya Jimin, kunci butik ada padanya..." Setelah mengambil kunci mobil, pintu apartemen ia banting.

.

.

.

.

.

.

"Mamih suka banget Yoon..."

Baekhyun mengangkat tinggi-tinggi fur coat mahakarya menantunya kagum. Dimusim yang mulai mendingin seperti sekarang mantel bulu memang fashion yang pas dan cocok begitu pula dalam penyesuaian suhu. Selain merasa hangat juga tetap bisa tampil trendy. Baekhyun beruntung sang menantu adalah designer cukup mahsyur di Seoul. Style nya setiap musim selalu apa yang Baekhyun suka. "Mamih mau yang ini ya.."

"Siap, Hoseok tolong dibungkus ya."

"Oke kak."

Yoongi tersenyum menata beberapa baju sembari melihat kegemaran ibu mertuanya dalam belanja. Hampir seisi butiknya dijarah habis tak tersisa hari ini, tapi fur coat yang tadi memang Yoongi buat khusus untuk Baekhyun. "Buat Mamih?" Ekspresi excited menggelitik Yoongi untuk tertawa manis. "Iya, buat mamih..."

"Mamih juga punya sesuatu buat Yoongi sama Taehyung nanti. Sesuatu buat cucu mamih." Senyuman Yoongi meluntur perlahan, dia bahkan gak tahu jelas Taehyung mau punya anak atau enggak, Yoongi tidak mau memastikan apapun. "Mamih udah siapin bahkan sebelum kalian menikah kemarin loh--eh ini udah sore kamu gak pulang?"

Langit mulai abu diatara kerumunan salju jatuh, sudah mau malam lagi dan itu selalu terasa lama. Yoongi tidak suka malam. Mengingatkannya pada Taehyung. Sama gelapnya, sama dinginya. Hal yang belum Yoongi tahu adalah, bahwa malam menyimpan ribuan bintang indah, malam punya bulan bersinar dijantungnya. Hanya saja awan-awan beku terlalu kuat menutupi segalanya. Suatu hari pasti akan pudar, itu pasti.

Selain waktu, tak ada hal yang mampu membuktikan.

Baekhyun sudah berpamitan sedari tadi, kegiatan Yoongi didominasi lamunan kental, Jungkook menyuguh teh hangat dimeja kopi rendah--mendahului minum tanpa harus repot menawarkan kakaknya sendiri.

"Pulang sana, kak Taehyung nelpon aku dari tadi, makannya bawa charger."

Yoongi mendesis malas, aneh kenapa Taehyung menelpon padahal dia bilang hari ini pulang malam. Dan yang lebih mengejutkan lagi "bahkan dia lebih dulu tahu nomer barumu, ketimbang aku. Kakakmu sendiri Min Jungkook."

Jungkook menggaruki kepalanya, nyengir. "Hehe, kirain kak Tae langsung kasih tau."

"Terserah kalian berdua."

Sebelum jalan bertambah licin dan gelap menganggu perjalanan, Yoongi menyambar kunci mobilnya, mengabaikan secangkir usaha Jungkook yang mengepul hangat, "E-eh kak mau kemana? Minum dulu.."

"Merampok bank, ya pulang lah idiot. Aku udah minum tiga gelas tadi terimakasih."

.

"Aku pulang,"

Napas Yoongi tercekat. Ini baru pukul delapan dan Taehyung sudah pulang. Dia belum mempersiapkan apapun setelah kemarin, niatnya ingin minta maaf, tapi kalau mendadak bingung juga. Padahal dalam ekspektasi dia akan pulang larut bersamaan ketika Yoongi mengunjungi mimpi dan pergi lagi sebelum terbangun. Yoongi belum sempat merangkai kata-kata. Sementara dirinya berjalan kepintu masuk mengabaikan rontaan dikepala yang memuakkan, seperti biasanya. Mengambil tas Taehyung, dan lupakan sejenak kecupan selamat datang.

Taehyung melonggarkan dasi dengan mata lekat menatap Yoongi yang mondar mandir tidak tentu, menyadari sikap sang suami. "Tidak kedinginan seperti itu?" tidak ada jawaban.

Mulai menyadari penampilan, Yoongi menyeruput kopi hangat di mug nya--belagak--tenang. Hot pants hitam berpadu kemeja tipis putih tulang dan tak ada lagi apapun menghiasi Yoongi di musim salju begini, mungkin pemanas apartemen mereka cukup bekerja bagus dalam menormalkan suhu ruang, sehingga dingin menggigit kulit diluar sana tidak mampu menembus dinding-dinding kokoh rumah mereka.

Ya kalau tidak begini untuk apa Taehyung buang-buang uang.

"Sudah makan?" Taehyung berusaha mendekat alih-alih Yoongi mencari celah untuk kabur dan berpura-pura sibuk, tak dengar. "Yoon.."

Jika seperi ini bagaimana dia bisa menyelesaikan masalah? Taehyung benar-benar tidak bisa meluruskan kalau Yoongi diam saja, lebih baik ia menerima ribuan huruf terucap membenturi gendang telinga seperti kemarin ketimbang menerima senyap dari istrinya. Yoongi menenggelamkan diri dalam selimut, mencoba tidur agar komunikasi yang berusaha Taehyung jalin terputus oleh mimpi, tapi muatan berat tiba-tiba jatuh keatasnya seperti karung beras dimana Yoongi terkejut itu adalah Taehyung.

"Ngapain?"

Garis rahang, semua lekukan dan pahatan wajah Taehyung begitu sempurna dari dekat. Walau nuansa kamar tidak cukup terang benderang, Taehyung tetap tampan tak main-main. Jantung Yoongi berdegup walau berkali-kali melihatnya. Mata elang itu berusaha menyerap Yoongi pada bayang-bayang beku yang menggeliat kedinginan, tapi Yoongi sudah cukup biasa pada cuaca dingin dimata suaminya.

Tak mau berlama-lama terkunci disana.

Dua belah bibir tipis itu bergerak pelan, siap menyerbu dengan seribu satu ocehan dan Taehyung langsung menguncinya dalam lumatan erat, berbeda dari cara-cara sebelumnya mencium Yoongi. Kali ini lebih dalam, lebih menyatu, basah. Membuat sosok dibawah perlakuannya kalang kabut dan mendesis-desis disela dua labium yang bertemu heboh. Taehyung tidak pernah menciumnya senafsu ini. Setiba-tiba ini.

Bahkan telapak besar nan hangat mulai menggerayang dari betis bebas Yoongi yang tak terbalut apapun hingga pinggang, mengurung Yoongi pada kuncian kuat Taehyung dan tak memberi sedikitpun celah untuk oksigen pada keduanya diatas sana.

Taehyung dari sisi lain yang tak pernah Yoongi temui.

Satu persona lagi ia koleksi darinya. Bangun dari tumpukan salju.

"Taehh?"

Kepala Yoongi mulai berputar kala kecupan-kecupan kalut Taehyung tumpahkan pada leher, bahu hingga dada, mengukir ruam-ruam dengan berbagai volume. Jemari panjang dari tangannya yang lebar menggelitik kulit-kulit halus punggung Yoongi dengan emosi yang memabukkan. Tanpa sadar remasan bingung Yoongi berikan pada helai-helai maskulin Taehyung lalu memeluki erat bahu kuatnya seakan-akan hampir jatuh dari ketinggian.

Keduanya half naked tanpa sadar, dan lebih dari setengah jam Taehyung memutar balik lambung Yoongi hanya dengan sekedar kecupan.

Ini tidak pernah terjadi.

"Aku hanya tidak mau.." Taehyung berusaha bernapas diudara segar, begitu pula Yoongi yang sedari tadi tak membuka mata. "Kamu kenapa-napa, makanya... Aku selalu menunggu. Tidak apa."

Kecupan diberikan lagi, dikedua kelopak mata sehingga sang empunya membuka.

Manik Taehyung terlihat lebih hangat, berbinar setitik. Agak resah juga.

"Kamu siap mengandung anak kita? Itu tidak mudah sayang, aku hanya--" Dengan manis Yoongi mengangkat kepalanya, mengecup disertai gigitan kecil pada bibir bawah Taehyung yang membuatnya kaget tak karuan. "Tidak ada yang mudah sayang. Tapi aku sudah siap sekalipun itu sulit, sama seperti menikah dengan kulkas berjalan sepertimu."

Yoongi tidak yakin kalau Taehyung tersenyum manusiawi, tapi satu ujung mulutnya naik. Smirk.

"Kulkas ya? Apa harus tunjukan kompor dalam diriku? Penasaran seberapa panasnya?"

"Kamu bilang kompor aku jadi lapar.."

"Aku juga lapar, apa aku boleh makan?"

"Aku belum masak Taehyung, mau makan apa?" Yoongi tadinya hendak bangkit, tapi tidak jadi karna Taehyung memeluknya makin erat.

"Tidak perlu, aku mau makan kamu.." Bariton yang berhasil meremangkan bulu kuduk Yoongi.

Belum sempat protes Taehyung kembali menyergap garis manis merah mudanya dengan lumatan yang sama rakusnya, tapi lebih lembut, sepenuh hati, tanpa ragu Yoongi imbangi.

Keputusan sudah tertanam dibenak masing-masing. Membuka jalur kepercayaan yang diimpikan. Biarkan saja salju yang mengetuk-ngetuk jendela tahu bahwa keduanya ingin bersatu. Sentuhan dalam Kim Taehyung, segalanya.

"Oke, bisa daddy mulai sekarang?"

"D-Daddy?!"

Kim Taehyung dengan segala rahasia mengejutkannya.

.

.

.

.

.

Congratulations for BTS atas segala penghargaan yang kalian raih di tahun ini, always proud of you

Stay healt and love yourself.

📍

Saturday, 02 December 2017

.

To Be Continue

Continue Reading

You'll Also Like

723K 58.1K 63
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...
136K 13.5K 25
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
562K 57.2K 28
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
152K 11.6K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...