Undetected Love

kuroshironekore tarafından

44.9K 2.4K 242

Ketika kesetaraan secondary sex telah terjadi dimana alpha tidak lagi di segani oleh dunia. Baik alpha, beta... Daha Fazla

Meet You
Our Bond
You're mine now!! R-??
Don't worry
Just black again
I Want You
-Ekstra R???-
Bright and Cloudy

Big Brother

3.9K 205 17
kuroshironekore tarafından

Meja persegi berwarna hitam itu tertata tiga cangkir berisi teh hijau. Aromanya sangat menenangkan. Terbalik dengan suasana ruang makan sekaligus dapur itu. Tegang. Satu orang yang sudah sangat matang, dan juga alpha yang disegani. Didepannya duduk sepasang remaja yang baru menginjak tangga dewasa, sepasang mate, alpha-omega. Layaknya seperti hendak menghakimi yang muda. Hening dan tegang. Ketiganya tidak ada yang membuka suara setelah mereka makan.

Itachi mengambil cangkir itu lalu meminumnya. Lalu ia mengambil kacamata di saku kemejanya dan mengenakannya. Mata kelamnya memandang lurus kedua orang di depannya. Tak lama ia memejamkan matanya sambil menghela nafasnya. Sebuah senyum tipis terlukis membuat kerutan di wajahnya makin jelas.

"Ani—"

"Yokatta ne, Sasuke. Kau baik-baik saja.", potong Itachi. Ia menunduk melihat teh hijau yang tenang.

"Hn,", jawab Sasuke singkat. Ia tahu kakaknya pasti telah mengetahui insiden kemaren. Keluarga utama Uchiha tidak mungkin tidak menanyakan keberadaannya kepada Itachi. Tangan mungilnya meremat pelan celana panjang hitam yang ia kenakan. Kesal. Sesak. Sasuke menundukan kepalanya frustasi.

Hening kembali, tak ada yang bersuara. Hanya bunyi denting jam dinding yang terasa. Suasana terasa suram. Rasanya untuk mengambil sebuah nafas begitu terasa sulit. Naruto memperhatikan omeganya. Entah mengapa dadanya sakit dan sesak. Ia merasa tidak tahan jika harus berlama-lama dengan suasana seperti ini.

"Ano-saa... Ku yakin kau ke sini tidak hanya untuk mengecek keadaan adikmu kan?", Ucap Naruto buka suara, dengan berani menatap alpha dewasa di depannya. Sebelah tangannya menggenggam tangan Sasuke. Sontak omega cantik itu langsung menoleh ke arahnya.

Itachi membalas tatapan alpha muda itu. Lalu ia tersenyum dan menyandarkan punggungnya di kursi itu.

"Yah, kau benar Naruto. Ada beberapa hal yang ingin ku katakan pada kalian berdua.", kata Itachi pelan sambil memandang langit-langit ruang itu.

"Kalau begitu katakan saja. Jangan bersikap ragu-ragu seperti itu.", Balas Naruto. Ia tahu dari tadi Itachi mengulur-ulur waktu. Menimbang-nimbang apa yang ingin ia sampaikan.

Itachi kembali tersenyum dan menghela nafasnya. Benar. Saat ini ia tidak boleh ragu. Lagipula Sasuke bukan anak kecil lagi. Walau ia memang naif dan labil. Setidaknya adiknya itu cukup mengerti apa yang ia akan sampaikan.

"Baiklah. Pertanyaan diajukan di akhir.", Ucap Itachi dengan tenang. Kedua orang di depannya mengangguk. "Pertama, sebenarnya pertemuan kalian aku dan nyonya Namikaze yang menyusun. Aku juga yang mendaftarkan Sasuke di tempat kuliah yang sama dengan Naruto. Membuatnya bisa keluar dari 'kurungan' itu.", ucap Itachi.

"Ap—"

"Sasuke.", panggil Naruto dengan menarik tangan Sasuke dan menatapnya.

"Khh..". Sasuke menoleh lalu menundukan kepalanya.

"Awalnya aku berharap setidaknya Naruto akan melindungimu, tapi ternyata kalian adalah sepasang mate dan membuat ikatan mate tanpa ikatan hukum terlebih dahulu. Jujur itu diluar prediksiku.", lanjut Itachi. Naruto berdeham sementara Sasuke menahan malunya, rasanya pipinya terbakar.

"Tapi tak apa, kami mendukungmu Sasuke.", Kata Itachi sambil menatap tegas wajah adiknya.

"Kami? Maksudmu Tou-sama juga?", tanya Sasuke ragu.

"Yah, orang tua mana yang tidak senang anaknya menemukan pedamping hidupnya.", Jawab Itachi dengan tenang. Mata Sasuke membola tidak percaya. Ayahnya yang tidak peduli itu kini peduli dengannya. Dunia akan segera kiamat?.

"Kau pasti bercanda an—"

"Yang kedua.... Menghindarlah dari Obito.", Ucap Itachi pandangannya mendingin dan menggelap. Seakan-akan menusuk hingga ketulang. Sasuke dan Naruto menegang mendengar nama itu. "Apapun caranya, jangan sampai kalian bertemu dengannya. Dan jangan biarkan ia menyeretmu kembali ke sana Sasuke.", tambah Itachi.

"Lalu, terakhir.. Cepatlah ganti margamu dan temui Tuan dan Nyonya Namikaze. Ah, jangan lupa sampaikan salamku dan Tou-san kepada mereka.", Kata Itachi dengan tersenyum lembut. Sasuke sudah berubah menjadi tomat, sedangkan Naruto hanya tersenyum bodoh sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.

Dalam hatinya Itachi, berharap semoga kali ini adiknya benar-benar bahagia. Dan kali ini ia pastikan 'orang-orang itu' tidak menyentuh adiknya lagi. Tanpa sadar tangannya mengepal keras. Apapun yang dialami Sasuke semuanya masuk ke telinganya dengan jelas.

Ia tidak bisa melakukan apa-apa. Menyebalkan. Di saat kau tahu apa yang terjadi dan ingin segera menolongnya tapi tindakanmu itu akan mengakibatkan bencana bagi orang yang kita tolong. Dan pilihan yang tersisa hanyalah menjahit rapat-rapat mulut serta mata. Menunggu saat yang tepat untuk memburu. Menghabisi pihak yang merendahkan.

Kali ini Itachi tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Bagaikan singa kelaparan bersabar mengendap-endap menunggu mangsanya lengah. Di saat itulah ia akan bereaksi. Membalikkan keadaan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tempat itu, biasa digunakan orang-orang penting serta pejabat untuk membicarakan berbagai persoalan. Baik politik, proyek beratus juta yen, hingga perbuatan kotor juga dilakukan. Restoran bergaya tradisional itu memiliki berbagai macam ruangan dengan design inferior yang berbeda-beda.

Ruang yang berukuran kecil beralaskan tatami dengan meja kayu persegi berkaki pendek. Ada dua bantal duduk yang saling berhadapan. Vas bunga berisi ranting hitam dengan bunga sakura diletakan di tengah-tengah meja itu. Dua buah cangkir berisi teh dan berbagai kudapan tradisional manis seperti manju, wagashi, daifuku.

Seseorang telah tiba terlebih dahulu. Duduk dengan tenang sambil menikmati teh yang tersaji. Membiarkan lidahnya mengecap rasa pahit teh.

Grrreeekkkkk....

Pintu shoji dibuka pelan. Seorang berpakaian rapih dengan jas hitam membalut tubuhnya. Ia kemudian membungkukkan badannya.

"Maaf atas keterlambatan saya, Sa—"

"Silahkan duduk, Obito-san.", Perintah orang itu dengan tenang. Obito langsung duduk di depan orang itu dan menatap lurus ke wajah orang itu.

"Maafkan, karena kelalaian salah satu pelayan yang tidak becus, membuat 'itu' pergi.", Ucap Obito.

"Hmm... Sayang sekali. Padahal sedikit lagi aku bisa menyentuhnya.", Kata orang itu dengan nada kecewa.

"Maaf, tapi kali ini saya akan segera mendapatkannya kembali. Dan langsung menyerahkannya pada anda.", Balas Obito dengan lantang. Orang itu mengulum senyum.

"Pastikan kau mendapatkan boneka cantik itu kembali. Rasanya aku sudah tidak sabar untuk memainkannya." Ucap orang itu dengan seringai yang makin terlihat jelas.

"Ha'i.", jawab Obito sambil menundukan kepalanya. Orang itu mulai terkiki geli. Tiba-tiba orang itu beranjak dari tempatnya dan berjalan ke pintu shoji. Lalu orang itu menoleh ke arah Obito.

"Karena kau sudah banyak membantuku di 'belakang', pencarian buktinya sudah separuhnya.", Ucap orang itu. Lalu ia membuka pintu shoji dan tersenyum kembali.

Grrreekkk...

"Kurasa dari situ kau dapat mengetahui pelakunya. Tapi bukti untuk menjatuhkannya masih kurang.", Kata orang itu pelan. Mata Obito terbuka lebar. Ia langsung menoleh tapi orang itu telah pergi. Menyisakan suara langkah kaki yang makin lama menghilang.

"Dan kau pasti tidak akan menyangkanya, Obito-san."

Disisi lain di sebelah ruangan yang dipakai Obito. Ada pemuda yang mencuri pembicaraannya. Tanpa ia sadari.

"Souka na. Sepertinya hal ini harus segera dilaporkan kepada Itachi-sama. Ano Hyuuga-senpai sepertinya tidak niat mendengarkan pembicaraan tadi.", Ucap seseorang pemuda dengan tersenyum palsu sambil menulis laporan.

"Seperti biasa omonganmu sangat pengertian Sai.", Balas Neiji ketus.

"Arigattou, senpai.", Kata Sai singkat. Neiji menghela nafasnya. Sai adalah salah satu orang kepercayaan Itachi setelah Neiji. Ia bertugas mengawasi gerak-gerik orang-orang 'dalam'.

"Kita harus bergegas melaporkan hal ini kepada Itachi. Kalau mereka sudah mulai akan bergerak.", Ucap Neiji dengan air muka yang serius. Sai hanya melirik Neiji, ia juga setuju dengan Neiji.

Kemudian kedua orang itu pergi setelah mendengar pintu shoji terbuka. Secepat mungkin mereka harus melaporkannya. Sebelum semuanya terlambat. Mengacaukan segalanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jendela yang tertutup gorden hitam itu nampak bercahaya. Langit senada dengan warna gorden tersebut hanya ditambah dengan serbuk bintang yang tersebar tipis. Lampu belum dimatikan, menandakan pemilik apartemen itu belum menyentuh kasurnya. Mengistirahatkan tubuhnya.

Tik.. Tik.. Tik...

Bunyi denting jam dan jentikan jemari manis mengetik beradu cepat. Kacamata berbingkai hitam menempel manis di wajahnya. Mata bulat kelam itu menatap serius layar laptop di atas meja pendek. Di samping laptop itu kertas dan buku-buku berserakan. Tugas yang menumpuk dengan deadline yang dibilang singkat mulai mengejar.

"Sasuke.", Panggil seseorang sambil menyodorkan mug berisi coklat panas.

Sasuke menoleh didapatinya alphanya tengah tersenyum cerah dengan dua mug di tangannya serta asap yang mengepul keluar. Omega itu tersenyum tipis. Lalu mengambil mug itu.

"Sankyu..", Ucapnya pelan. Uap panasnya menerpa wajah Sasuke. Ia memejamkan matanya. Menikmati hangat dari uap itu.

"Nee, Sasuke. Obito itu siapa?", tanya Naruto pelan. Sasuke langsung menoleh menatap Naruto dengan pandangan 'bukannya kau sudah tahu yang mana' . Ia pun menghela nafasnya berat, alphanya memang rada go-ehem maaf Kuro engga bermaksud mengatai Naru tapi dia kan emang bo-*diamuk massa.

"Obito-nii, kakak sepupuku.", Ucap Sasuke dingin. Kedua tangannya memegang mug itu makin erat. Matanya menggelap. "Yang kemarin mengejar dan memaksaku kembali.", tambahnya sambil menunduk menatap coklat panas di dalam mug itu. Pandangannya terasa dingin.

"HAH?! Orang aneh yang memakai topeng itu??", kata Naruto setengah berteriak tidak percaya. Sasuke hanya mengangguk pelan.

"Mungkin kali ini ia akan melakukan apa saja untuk menyeretku kembali ke sana lagi.", Ucap Sasuke dingin. Tangannya makin memegang erat mug itu. Sedikit bergetar. Tiba-tiba salah satu tangan omega itu ditarik. Digenggam erat.

"Kalau begitu aku juga akan melakukan apapun untuk menghalanginya merampasmu dariku!", Balas Naruto dengan nada tegas. Sasuke menoleh ke arah Naruto. Biru dan hitam. Saling menyelidiki perasaan masing-masing. Mencari celah kebohongan yang ditutupi.

Tidak ada. Hanya ada perasaan tulus dan egois.

Lelehan bening hangat meluncur. Bergulir dengan banyak. Membasahi pipi yang memerah. Rasa dingin itu terasa mencair digantikan rasa hangat yang melegakan. Rasa aman terlindungi. Kepercayaan yang tinggi. Tidak ada dusta. Tidak ada pengkhianatan. Tubuh mungil itu terisak dan bergetar pelan.

Naruto menarik pelan tubuh omeganya. Ia mendekapnya hati-hati seperti benda yang rapuh. Membiarkan Sasuke menangis di dadanya. Ia tahu omeganya masih ketakutan dan syok. Naruto membisikkan kata-kata yang menenangkan.

"AH! TUGASKU BELUM SELESAI!". Tiba-tiba Sasuke berteriak dan langsung kembali berkulat kepada laptop dan lembar-lembar kertas tugasnya. Naruto melongo kemudian menggelengkan kepalanya. Omeganya di saat seperti ini masih saja memikirkan tugas.

Naruto mendekatkan dirinya duduk di sebelah Sasuke. Diambilnya selembar kertas tugas Sasuke. 'Uwwwaahh apa ini? Kok sepertinya tidak ada yang kumengerti.' batinnya. Lalu ia menoleh ke arah Sasuke. Alpha muda itu tersenyum. Lihat saja penampilan omeganya. Dahi berkerut. Mata sembab tapi terfokus. Pipi dan hidung yang masih memerah dan jejak air mata. Bibir merah yang mengecut kesal.

"Sasuke, kau tidak mau cuci muka dulu?", tanya Naruto yang masih menatap wajah Sasuke.

"Hmm... Nanti saja.", Jawabnya cepat tanpa menoleh.

'Dia ini mengerikan sekali. Mengerjakan tugas seperti sedang memainkan game dengan tingkat kesulitan yang tinggi.' batin Naruto ngeri. Ia menghela nafasnya.

"Ya, sudah tunggu sebentar.", Ucap Naruto beranjak dari situ.

"Hn."

Tak lama Naruto kembali. Ia membawa handuk kecil yang sudah dibasahi terlebih dahulu. Tanpa aba-aba ia menarik wajah Sasuke.

"Naru ap—"

"Kalau kau tidak mau, aku yang akan melakukannya. Lagipula kalau dibiarkan besok pagi matamu bisa bengkak.", Ucap Naruto lembut sambil mengelap wajah Sasuke. Sasuke menghela nafasnya. Membiarkan Naruto mengelap wajahnya.

"Sudah selesai?", Tanya Sasuke pelan.

"Sedikit lagi. Yosh, selesai.", Balas Naruto sambil tersenyum puas. Sasuke mendengus, lalu membenarkan letak kacamatanya yang sempat bergeser tadi. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

"Sasuke.", Panggil Naruto lagi.

"Hn."

"Ada yang bisa ku bantu?", Tanyanya.

"Memangnya ada yang kau mengerti dari soal-soal itu?", Balas Sasuke tanpa menoleh.

"Ugh.. Tidak ada.", Jawab Naruto pelan.

"Kalau begitu sana tidur. Jangan menggangguku.", Kata Sasuke tegas. Keduanya pun terdiam.

"Sasuke.", Panggil Naruto lagi. Omega cantik itu menghela nafasnya sambil menoleh ke arah alphanya. Dirinya cukup kesal. Bagaimana tidak saat ia sedang fokus untuk mengerjakan tugas tapi banyak gangguan yang membuat fokusnya terpecah-pecah.

"Apa lagi?", Tanya Sasuke kesal.

"Kau tahu tidur sendirian itu tidak menyenangkan.", Ucap Naruto dengan senyum-bukan seringai yang tipis.

"Hah? Kau sudah dewasa Naru, jadi tidur sana sendiri apa susahnya. Lagipula aku mas—".

Naruto membungkamnya dengan ciuman. Ia menarik dagu omeganya. Memperdalam ciuman itu.

"Na—ahnnn—!", desah tertahan. Sebuah daging tidak bertulang menyusup masuk. Hampir membuat tersedak.

'Orang ini...' batin Sasuke waspada. Lidah itu mengajaknya menari. Saling mengait dan menarik. Kedua tangan Sasuke berusaha mendorong dada bidang Naruto. Untuk melepas ciuman panas itu.

"Hmm—nnggg—mm..". Hampir kehabisan oksigen. Sasuke memukul-mukul Naruto. Tak lama alpha muda itu melepaskan ciumannya. Sasuke terbatuk-batuk dan sesegera mungkin mengambil nafas.

"Sasuke, ayo lanjut ke kamar.", Ajak Naruto sambil tersenyum—seringai.

"Uhuk—hh—uhuk.. Haah?". Rasanya kepintaran Uchiha berkurang sejenak. Sasuke belum mencerna apa maksud Naruto. Ia kebingungan. Tiba-tiba didapati dirinya tengah-tengah digendong oleh Naruto.

"Ayo!", Seru Naruto girang.

"Eh? Eh? Apa? Naru! Turunkan!", Kata Sasuke panik. Dengan refleks ia langsung mengalungkan kedua tangannya ke leher alphanya.

"Sudahlah, nanti kau juga menikmatinya.", Ucap Naruto gemas.

"Me—menikmati... Apa?", Tanya Sasuke pelan. Rasanya ia punya firasat yang buruk. Duh pengen kuro jitak palanya deh sas..

"Permainan...", Kata Naruto dengan nada jahilnya. Dengan cepat ia berlari ke arah kamar. "..panasnya!", tambahnya. Sasuke berteriak horor. Yah besok pagi mungkin akan terasa sakit 'sedikit' saat berjalan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Jadi begitu. Selama ini ia melakukan hal-hal itu.", Ucap Itachi sambil membaca laporan yang di tulis oleh Sai

"Ha'i. Sepertinya ia juga tidak mau namanya tersebut dan menyebutkan waktu dan tempat pertemuannya selanjutnya.", Kata Sai dengan tenang.

"Orang itu cukup hati-hati.", Tambah Neiji.

"Kita hanya bisa mengandalkan informasi dari Sai soal pertemuan selanjutnya. Sai aku mengandalkanmu.", Kata Itachi sambil menatap Sai.

"Ha'i Itachi-sama, akan kulakukan.", Jawab Sai dengan cepat sambil tersenyum.

"Neiji tolong awasi Sasuke dan kalau ada hal mencurigakan seperti keberadaan Obito dan orang itu segera laporkan kepadaku. Ku yakin orang itu juga mengincar Sasuke dan Naruto.", Kata Itachi dengan tatapan dingin.

"Baiklah, Itachi.", Jawab Neiji singkat.

"Ah, kau juga bisa meminta bantuan Kakashi dan aku titip salam untuk Gaara dan Tsubaki-chan.", Tambah Itachi lembut. Neiji mengangguk pelan sambil tersenyum.

"O,ya Tsubaki-chan. Sudah lama aku tidak melihatnya. Senpai, ku boleh mampir ke rumahmu sebentar?", Celetuk Sai sambil menatap Neiji. Neiji hanya mendengus.

"Bilang saja kau mau numpang makan dan bermalam di rumahku lagi.", Kata Neiji ketus.

"Aku tidak berniat begitu. Lagipula Gaara-san yang menawarkan, tidak enak menolak ajakannya.", Elak Sai dengan tenang.

"Ck.. Terserahlah.", Ucap Neiji menyerah. Sai tersenyum penuh kemenangan. Sai memang pintar menarikan lidahnya. Bermain-main dengan kata-kata. Tidak ada yang bisa membantah kata-katanya.

"Kalau begitu kami permisi.", Ucap Neiji. Itachi hanya mengangguk sambil tersenyum. Kedua orang itu langsung keluar dari ruangan Itachi. Suasana kembali hening dan suram.

"Hmmm... Permainan apa lagi yang ingin kau lakukan pada Sasuke, Obito.", Kata Itachi dengan tatapan yang tajam dan dingin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Uchiha-san, kau baik-baik saja?", Tanya Kiba khawatir.

"Tidak apa-apa.", Jawab Sasuke singkat.

"Biar kutebak pasti kepala kuning mengganggumu semalaman.", Ucap Shikamaru cuek. Sasuke terdiam sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Kau menyelesaikan hampir semua tugas pengganti sewaktu kau absen. Padahal kemarin baru seperempatnya.", Kata Neiji sambil merapikan alat tulisnya.

"Kurasa Naruto tidak mungkin membantumu. Yah mungkin tepat jika Naruto datang bagaikan badai.", Tambah Gaara dengan wajah polosnya.

"HEI! KALIAN SEENAKNYA!!", Seru Naruto. Ia meledak. Dari tadi ia hanya menahan diri tapi ternyata semua teman-temannya makin menyudutkannya. Semuanya langsung menoleh ke arah Naruto, sedangkan Sasuke hanya memalingkan wajahnya.

"Apanya? Yang kukatakan itu benar. Lihat ada garis hitam di bawah kedua matanya dan lagi pula Uchiha-san tidak membantahnya. Kalau kau membantunya setidaknya ia tidak selesu ini.", Ucap Gaara panjang lebar tajam menohok. Naruto tidak bisa mengelak. Yang diucapkan Gaara ada benarnya.

"Su-sudahlah, ayo ke kantin! Nanti penuh kita makan di mana?", Ajak Kiba dengan semangat. Ia tidak suka suasana yang tegang begini.

"Kantin itu banyak, setiap fakultas mempunyai kantin masing-masing.", Balas Neiji tenang.

"Hei, maksudmu kita harus berjalan lebih jauh lagi?", Ucap Shikamaru dingin. Rasanya ada aura membunuh.

'Aahh.. Tuan Besar Nara kambuh lagi.' batin semuanya.

"Eh.. Bukan maksudku—"

"Apa maksudmu kalau begitu?", Potong Shikamaru dengan tatapan tajam.

"Ck... Ayolah Shika! Kau jangan menghambat kita ke kantin.", Celetuk Kiba sambil melipat kedua tangannya. Shikamaru menoleh lalu menghela nafasnya panjang.

"Haaaah.. Iya iya.. Ayo pergi.", Ucap Shikamaru dengan malas. Semuanya beranjak pergi ke kantin, termasuk Sasuke dan Naruto.

Begitu sampai di kantin, mereka langsung duduk di meja yang kosong. Cukup ramai, tapi tidak sampai memenuhi jalan. Mungkin tepat jam makan siang. Kantin juga dipenuhi staff pengajar dan petugas-petugas lainnya.

Naruto dkk memesan berbagai makanan. Mereka makan dengan cukup tenang. Tidak mungkin untuk tidak tenang sama sekali.

"Sekitar pertengahan sampai akhir musim gugur ya persalinannya?", Ucap Gaara pelan.

"Um!", Balas Kiba dengan semangat.

"Bukannya itu dekat dengan ujian musim dingin? Kau tidak apa-apa?", tanya Sasuke.

"Yah, mau bagaimana lagi..", Jawaban Kiba dengan cengirannya dan mengaruk kepalanya.

"Aku akan mengawasinya belajar, supaya lulus ujian nanti.", Ucap Shikamaru santai. Kiba merinding dan ketakutan.

"Se-selain itu, Gaara ada yang ingin ku tanyakan!", Seru Kiba.

"Ya, silahkan."

"Ummm... Itu.. Katanya.. Sakit sekali... Saat persalinan.. Ap-apa itu benar?", Tanya Kiba pelan dengan takut-takut.

"Oh.. Iya, rasanya sakit sekali—", Ucap Gaara dengan tenang. Seketika wajah kiba menjadi pucat pasi. "Tapi setelahnya ada rasa lega dan bahagia yang memenuhi.", tambah Gaara dengan senyumam lembut.

Semua orang yang ada disitu terkagum-kagum dengan senyuman lembut Gaara. Seperti tersihir.

"Gaara... Kau pasti jadi ibu yang hebat.", Ucap Kiba dengan mata berbinar-binar. Gaara hanya membalasnya dengan anggukan.

"O,ya Naruto kapan kau menikahi Sasuke?", Tanya Shikamaru.

"Secepatnya.", Jawab Naruto lantang dengan senyuman cerahnya.

"Uwaahh jangan lupa undangannya.", Kata Kiba semangat.

"Lebih baik ingatkan terus Naru, dia sangat pelupa.", Celutuk Sasuke sambil melirik Naruto.

"Saran yang bagus Uchiha-san.", Sahut Neiji.

"Setuju.", Ucap Gaara dengan tenang.

"Ck...  Mendokkusai. ", Keluh Shikamaru.

"Kalian ini benar-benar...", Ucap Naruto. Rasanya kesabarannya tinggal diujung.

"Sudahlah... Kalian ini suka sekali mencari masalah. 15 menit lagi masuk kelas berikutnya.", Kata Kiba menengahi. Ia mulai beranjak dari meja makan lalu di susul oleh Tuan nanas.

"Sasuke, nanti kita beli bahan makan malam lagi!", Kata Naruto dengan senyuman cerahnya.

"Hn."

Naruto, Shikamaru, dan Kiba bergegas pergi ke kelas mereka selanjutnya. Sementara Sasuke, Neiji, dan Gaara masih duduk di kantin. Karena kelas mereka mulai satu jam lagi.

"Uchiha-san kau tidak keberatan menikah dengan Naruto?", Tanya Neiji pelan.

"Hmm.. Tidak, lagi pula ikatanku itu dengannya bukan dengan orang lain.", Jawab Sasuke dengan senyum lepas.

"Soukka na.", Ucap Neiji dengan senyum tipis. 'Sayang sekali Itachi dan Naruto tidak melihat senyuman Sasuke tadi' batin Neiji.

"O,ya bagaimana rasanya punya bayi?", Tanya Sasuke penasaran.

"Rasanya menyenangkan, walau kadang ingin menyerah.", Jawab Gaara dengan jujur.

"Bagaimana kalau kapan-kapan ke rumah kami. Ah ya Uchiha-san belum bertemu Tsu-chan kan?", Tawar Neiji.

'Tsu-chan? Siapa?' batin Sasuke bingung.

"Tsu-chan. Tsubaki, puteri kecil kami. Sekaliam ajak Naruto kalau mau ke rumah.", Jelas Gaara seakan-akan membaca pikiran Sasuke.

"Eh? Baiklah.", Jawab Sasuke terheran-heran.

Sebuah meja tak jauh dari meja makan Sasuke dkk. Seseorang mengawasi dari jauh. Senyum licik menghiasi wajahnya.

"Hooo... Pesonanya makin terasa jika makin dekat. Uchiha Sasuke kau menarik sekali."


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
or
😇😇😇😇😇😇😇😇😇
😕😕😕😕😕😕😕😕😕

Haaaaallllllloooooo Kuro balik lageeehhh minnaaa-saaann maaafff baru bisa update... Rencananya kuro mau up pas sebelum magang eh ada masalah wpnya 😑😑😑 udah cape" ngetik malah ga bisa ke save... Ya udahlah ya...

Trus pas magang... TANGANKU TERGIGIT KUCING PAS DI PERGELANGAN TANGAN 😭😭😭😭😭 lumayan dalam tapi engga sampai dijahit... Hiks... Tapi tapi.... Tanganku jadi kaku. Jari"nya juga engga bisa digerakin serasa kram nyut"an... 

Alhasil kuro engga bisa ngetik... Yakali ngetik pake satu jari di hp... Kapan kelarnya... Sekarang aja masih sakit... Kecepatan menurun dan typo mengingkat.... Hahahaaa..

Karena udah janji diusahakan yaaa dan ingatkan kurooo huweee... Suka lupa... Kadang mau ngetik pas buka hp lupa mau ngapain wkwk dan idenya ilang juga wkwkwk.. Heheheee.. 😋😋😋

Terimakasih yang mau baca dan votmen huuwaaa terimakasiiihhh kuro sayang kaliaaannn 😘😘😘

Silahkan di tunggu chap selanjutnya dalam beberapa hari ke depan ((diusahakan 3 hari kedepan))  hehehehee..

Jaaa naaa

kuroshironekore

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

197K 9.7K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
1.7M 18.4K 40
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING 🔞!!! Yg penasaran baca aja Ini Oneshoot atau Twoshoot ya INI HASIL PEMI...
487K 48.9K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
54.9K 8.5K 52
Rahasia dibalik semuanya