My Beautiful Mate [TELAH TERB...

By Racelivv

6.1M 349K 16.3K

TERBIT Oleh Glorious Publisher Dingin, datar dan kejam. Itulah sifat yang menggambarkan sosok Luke, pangeran... More

Mate part 1; Elena widley
Mate part 2 ; Istana Darwisen
Mate part 3 ; Para Pangeran
Mate part 4 ; Mate Albert
Mate part 5 ; Tertangkap
Mate part 6 ; ruangan penjara
Mate part 7 ; Kepergian Luke
Mate part 8 ; penyerangan
Mate part 9 ; Keputusan mutlak
Mate part 10 ; hukuman mati
Mate part 11 : dia mateku
Mate part 12 ; Menemukan mu
Mate part 13 ; kesadaran Elena
Mate part 15 : kekurangan Luke
Mate part 16 ; Luke possesive
Mate part 17 ; Black Forest
Mate part 18 ; Permohonan Exel.
Mate part 19 ; Bencana
Mate part 20 ; Berkumpul
Mate part 21 ; Usaha Luke
Mate part 22 ; perhatian
Mate part 23 ; penolakan
Mate part 24 ; dua pilihan sulit
Mate part 25 ; keputusan Elena
Mate part 26 ; Menyadari
Mate part 27 ; Keberhasilan
Mate part 28 ; Kecewa
Mate part 29 ; Menyerah
Mate part 30 ; Perpisahan
Mate part 31 ; Kembali
Mate part 32 ; Kebahagian Luke.
Mate part 33 ; Demam
Mate part 34 ; perbedaan
Mate part 35 ; Sebuah fakta
Mate part 36 ; penggalan sebuah mimpi
Mate part 37 ; Melamun
Mate part 38 ; First kiss Elena.
Mate part 39 ; Kembali ketus
Mate part 40 ; Menara istana
Tokoh MBM
Mate part 41 ; Tempat Spesial Luke
Mate part 42 ; Hilangnya Exel.
Mate part 43 ; Jason, Jovin dan Aland.
Mate 44 ; Tanda tanya
Mate 45 ; Kesedihan Aland.
Mate part 46 ; Kerja sama
Mate part 47 ; penggalan kisah Hanes
Mate part 48 ; Ancaman
Mate part 49 ; Kebenaran
Mate part 50 : Keluarga baru.
Mate part 51 ; Kegelapan.
Mate part 52 : Ketidak setujuan
Mate Part 53 : Janji
Mate part 54 : Kehancuran
Mate Part 54 ; Akhir dari sebuah cerita
Mate Part 55 : Ending
Mate Part 56 : Indah (Extra Part)
Berita Penting
Pertanyaan <> Jawaban
VOTE COVER!!
OPEN PRE-ORDER
Novel MBM tersedia di Shopee
PRE-ORDER KE-2
SPOILER TANGGAL
SPOILER SPESIAL PART!
PRE ORDER MBM NOW!!

Mate part 14 ; Sifat beda Luke

140K 8.8K 326
By Racelivv

Sedari tadi yang hanya dilakukan oleh Luke adalah menghela nafas jengah, sejak tadi ia terus menghadiri berbagai rapat di luar istana tanpa henti, hal itu sehingga terpaksa membuatnya harus meninggalkan matenya sendirian, sedikit tak rela ia meninggalkan matenya dalam
keadaan seperti itu. Karena tuntutan tanggung jawab Luke sebagai pangeran mahkota penerus tahta istana Darwisen inilah yang membuat Luke mengikuti rapat ini.

Lagi-lagi Luke berdecak kesal.
Ia sudah pusing dengan segala perdebatan yang dilakukan para raja-raja yang berkumpul menjadi satu di ruangan megah ini, termaksud Ayahnya juga, Lord Edmans pun ikut berdebat dengan raja lain. Terlihat kondisi Lord Edmans yang sedikit membaik dari sebelumnya sehingga pria itu memutuskan untuk menghadiri rapat ini.

Luke belum berbaikan dengan Ayahnya, sehingga ia hanya diam saja selama rapat berlangsung.

Luke pun angkat bicara
"Bisakah kita akhiri segala perdebatan ini? Dan kita ambil kesimpulan dari rapat hari ini."

Seorang raja menatap Luke dengan heran "Ada yang mengganggu mu pangeran?" tanya raja itu.

"Tentu saja, aku pusing dengan segala perdebatan yang kalian lakukan." Luke menjawab dengan nada ketus dan dingin.

Lord Edmans pun berkata
"Itu wajar Luke dalam sebuah rapat pasti ada yang di debatkan dan...."

Luke langsung memotong ucapan Ayahnya "Mempertahankah ego masing-masing." Ucap Luke tajam.

Seorang pangeran yang bernama Davero pun terkekeh
"Tebakan mu sungguh benar pangeran Luke." puji Davero yang juga turut menjadi pangeran mahkota dari kerajaan seberang.

"Rapat ini tidak bisa selesai sekarang titik." tegas Lord Edmans, mau tak mau Luke harus mengikuti segala ucapan Lord besar seperti ayahnya.

🏰🏰🏰

Elena sangat bosan berada di dalam kamar yang semegah dan semewah ini secara terus menerus, ia ingin keluar untuk menghirup udara segar. Tetapi, kaki nya masih terasa sakit dan belum sembuh total.

Elena menoleh saat seseorang membuka pintu kamar yang ia tempati terbuka sehingga membuatnya menjadi waspada,

Disana Seorang perempuan yang masih sangat muda. Mungkin, seumuran dengan nya sedang tersenyum lembut ke arahnya.

Elena membalas senyuman perempuan itu. Biarpun dia perempuan Elena tetap harus waspada kepada siapa pun. Perempuan itu berjalan dengan anggun ke mendekat arah Elena,

dari bajunya terlihat glamor dan mewah tetapi desain nya terkesan sangat kuno.

Sebenarnya Elena berada di mana, ia menemukan beberapa fakta bahwa semua yang berada di sekitarnya ternyata berdesain kuno.

"Kau pasti bosan seharian berada di kamar?" Tanya Perempuan itu seraya tersenyum hangat pada Elena.
Elena menatap kagum perempuan itu, wajahnya cantik seperti seorang ratu, ditambah dengan pakaian yang di pakainya sangat indah, suaranya pun sangat merdu. Dan ia memakai sebuah mahkota di kepalanya.

Elena tersenyum canggung, tetapi ia tetap mengangguk. Perempuan itu duduk di tepi kasur tempat Elena sedang duduk bersandar di kepala kasur.

"Namamu?" tanya Perempuan itu setelah duduk di samping Elena.

"Nama ku Elena Widley."
Elena memperkenalkan diri dengan gugup.

"Tak usah canggung dengan ku." Perempuan itu berkata seakan tau apa yang Elena rasakan saat ini.
"Dan perkenalkan aku Klarisa Darwizen, aku adalah ibu dari pangeran Luke, kau bisa panggil aku ibu."

Elena menatap kaget ke arah perempuan di depan nya.
Elena fikir bahwa perempuan di depan nya ini adalah seumuran dengan nya, nyatanya ia sudah menjadi seorang ibu, dan ia tak menyangka perempuan semuda Klarisa sudah mempunyai putra sebesar Luke.

"Aku berfikir kau adalah seumuran dengan ku, ternyata kau adalah ibu Luke. kau sungguh terlalu muda untuk menjadi seorang ibu." Kata Elena merasa salah sangka.

Queen Klarisa terkekeh pelan
"Ternyata kau terlalu polos Elena, dan mungkin wajahku saja yang awet muda."

Elena menunjuk ke arah mahkota yang di pakai Queen Klarisa
"Mengapa kau memakai mahkota?"
Tanya Elena.

Queen klarisa tersenyum kembali
"Tentu saja aku memakai mahkota, karena jabatanku adalah Queen of Darwisen."

Elena mengerutkan keningnya
"Maaf, aku tidak mengerti apa yang kau katakan."

"Kau akan mengetahuinya nanti."

Tangan Queen Klarisa mengusap kepala Elena yang tampak kaget
"Kau sungguh cantik." Pujinya pada Elena.

Jujur Elena jika berada di dekat perempuan ini ia merasa canggung dan kepada Luke juga ia lebih merasa canggung, apalagi Luke adalah seorang laki-laki yang tak mengerti apa yang wanita ingin kan. Dan Elena belum terbiasa untuk terbuka kepada siapapun di tempat asing ini.

"Terima kasih, tapi diriku tak secantik dirimu."

Queen Klarisa tersenyum, ia senang dengan sifat rendah diri yang di miliki Elena "Pantas saja Luke tergila-gila padamu hanya dengan sekali pandang, ternyata sikapmu rendah hati. " Elena hanya bisa tersenyum kikuk saat di puji setinggi ini oleh Queen Klarisa.

Kediaman nya tadi dimanfaatkan Elena untuk meneliti suara Queen Klarisa, Ibu pria bernama Luke. Sebelumnya Elena pernah mendengar suara lembut itu saat berbicara dengan nya. Elena ingat bahwa itu adalah suara perempuan yang memberinya minum di dalam penjara bawah tanah, saat itu ia tidak dapat melihat wajah perempuan berhati baik itu karena keadaan yang gelap. Dan ternyata Queen Klarisa adalah orangnya.

"Apakah kakimu masih sakit?" tanya Queen klarisa seraya memegang kaki Elena yang terlihat di perban.

Elena mengangguk
"Iya, kaki ku masih terasa sakit dan tak dapat di gerakan" Jawab Elena. Queen klarisa mengangguk mengerti.

"Elena, maukah kau membantuku?"

"Apa itu ibu?"

Queen Klarisa menghembuskan nafasnya "Aku ingin kau membantuku agar Luke memaafkan kedua lelaki yang berarti dalam hidupnya, bisakah kau memaafkan suamiku dan Exel, Elena?"

"Elena maafkan suamiku dan Exel yang telah memperlakukan mu secara tak layak" pinta Queen klarisa dan terlihat sedih.

Elena menunduk diam
"Mengapa harus aku?" tanya Elena lirih.

Queen klarisa tersenyum
"Tentu saja hanya kau yang bisa membujuk Luke."

"Aku bukan siapa-siapa Luke." bantah Elena, memang benar ia bukan siapa-siapa bagi Luke dan ia hanya menganggap Luke sebagai teman yang menyelamatkanya dari kematian.

Queen klarisa menggeleng pelan
"Kau adalah orang yang spesial di mata Luke. Dan kau pasti akan tau semuanya, tetapi tidak sekarang."

Elena tetap diam setelah Queen Klarisa menyelesaikan ucapan nya.

"Ya sudah ibu izin keluar yah.
Ada beberapa urusan yang harus ibu kerjakan. Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa panggil pelayan."
Elena mengangguk, lalu Queen klarisa keluar dari kamar yang Elena tempati, dan tak lupa memberikan senyuman hangat sebelum Queen Klarisa pergi dari kamarnya.

Lagi-lagi hening tak ada percakapan, Elena lebih memilih memandangi pemandangan dari jendela besar yang terlihat jauh dari tempat Elena berada.

Pintu besar itu kembali terbuka secara perlahan, namun Elena sedang memperhatikan luar melalui kaca jendela besar di kamar ini sehingga dirinya terlalu fokus pada satu arah.

Elena tersentak kaget, kedua matanya membulat sempurna, serta nafasnya langsung memburu berbanding dengan rasa takut akan kejadian tempo hari terulang lagi.

Pria itu, pria kejam yang dengan sadisnya melempar tubuhnya dan mencambuknya tanpa ampun kini berdiri di hadapan nya dengan tubuh membungkuk seakan memberi hormat di hadapan nya, namun ada banyak luka dan perban di tubuhnya.

"Queen maafkan saya atas kelancangan saya memasuki kamar anda. Sungguh saya tak bermaksud untuk menyiksa Queen, saya sungguh tak tau mengenai identitas Queen. " Exel memohon maaf kepada Elena atas kelakuan nya bahwa ia mengira Elena adalah seorang rogue.

Tak mendengarkan ucapan Lelaki di hadapan nya, Elena meringsut mundur dari hadapan Exel, tubuhnya bereaksi dan bergetar hebat.

"PERGI!"Teriak Elena. Bayang-bayang
Saat dirinya di siksa dengan keji dan sadis berputar di kepalanya tanpa henti.

Exel mendekat ke arah Elena dan bermaksud membantu Elena karena tubuh Elena bergetar hebat.
"Queen, apa yang terjadi pada anda?"

Tanya Exel panik saat melihat Elena menarik rambutnya sendiri.

"PERGI!" teriak Elena lagi.

Elena terus mundur, meskipun kakinya tampak sakit jika di gerakan. Yang hanya ada di fikiran nya, Ia tak mau kembali ke dalam penjara bawah tanah lagi.

Brukk

"Akhh" Elena berteriak kencang saat tubuhnya terjatuh dari atas tempat tidur saat dirinya berusaha menghindar dari pria di depan nya.
Elena merintih saat kakinya yang terluka membentur ubin.

Exel menjadi panik saat Elena terjatuh, ia mendekati Elena.
"KUMOHON PERGI, JANGAN HUKUM AKU LAGI!" Teriak Elena setengah takut. Bahkan Elena tak menyadari tubuhnya bergetar hebat dan air matanya mulai menetes. Elena duduk meringkuk dengan kedua tangan yang terus menarik rambutnya.

Bayang-bayang penyiksaan itu tak mau hilang dari fikiran Elena.

"Queen saya tak akan melukai anda, percayalah, Saya hanya ingin meminta maaf, itu saja." Ujar Exel seraya memegang kaki Elena yang sakit. Ia ingin membantu Elena saat kaki Elena terasa sakit.

Elena menendang tangan Exel
"JANGAN SENTUH! PERGI!" Teriak Elena dengan kuat kali ini teriakanya bertambah histeris, ia berharap ada yang menolongnya untuk keluar dari jeratan pria yang menyiksanya.

BRUKK

"EXEL!" suara bariton dan penuh amarah memenuhi ruang kamar berwarna abu-abu dan hitam ini. Exel langsung menoleh dan mendapati junjungan nya sedang menatap marah ke arahnya.

Exel berdiri tegak dan menunduk kan tubuhnya dengan lutut sebagai tumpuan nya, ia merasa sangat bersalah dan dirinya membutuhkan sebuah pengampunan dari junjungan nya.

"Maafkan saya pangeran." Mohon Exel dengan tulus.

Rahang kokoh Luke langsung mengeras, kedua tangan nya terkepal kuat di sisi tubuhnya, tanpa aba-aba Luke menarik kerah baju Exel lalu melemparnya hingga ia terlempar menabrak pintu dan langsung tersungkur di luar kamar Luke.

Mendengar kegaduhan yang berasal dari lantai atas, Queen Klarisa pun datang dengan melesat dan berdiri di hadapan Exel yang tengah terbatuk batuk, ia mencegah Luke yang akan menyerang Exel kembali.

"Luke kendalikan amarahmu, dia adalah orang yang setia melayanimu Luke, jangan sampai kau melupakan itu. Itu murni kesalah pahaman Luke. Bukan kesengajaan." Ucap Queen Klarisa seraya mendorong tubuh Luke yang maju ingin menyerang Exel.

"Apa yang kau lakukan pada mateku?"
Tanya Luke seraya mengepalkan kedua tangan nya.

Exel menggeleng "Aku tidak menyakiti mate pangeran, aku hanya meminta maaf."

Luke membuang pandangan ke arah lain, yang jelas ia muak melihat drama kembali "Mulai sekarang jangan pernah tunjukan wajahmu itu di depanku lagi." Setelah mengatakan itu Luke langsung meninggalkan Queen Klarisa dan Exel. Luke menutup pintu kamarnya dengan kasar.

Exel menunduk sedih karena perkataan Luke yang sangat menyakitinya. Harapan nya pupus saat mate dari junjungan nya tidak memaafkan perbuatan nya. Juga Luke yang seakan membenci dirinya.

Queen klarisa membantu Exel untuk berdiri "Tenang Exel, dia tidak akan melakukan apa yang ada di fikiran mu. Dia hanya butuh waktu untuk memaafkan mu. Bersabarlah, kau bisa meminta maaf pada Elena lain kali. Tunggu saat Elena sudah sembuh dari trauma nya." Ujar Queen Klarisa seakan memberikan sebuah harapan baru pada Exel yang tengah dilanda kebimbangan.

Exel mengangguk pelan
"Iya, Queen maafkan saya. Karena sudah merepotkan Queen."

"Tak perlu seperti itu, kau sudah aku anggap sebagai anakku sendiri Exel."
Ujar Queen klarisa seraya membantu Exel untuk berjalan.

Sementara Luke langsung masuk ke dalam kamarnya dan tak lupa menutup pintu dengan keras karena kepalang kesal, Hati Luke terasa nyeri saat dirinya melihat tubuh matenya bergetat hebat dan meringkuk ketakutan. Kepala Elena tersembunyi di antara lipatan tangan nya. Dan Luke tau bahwa matenya sedang menangis.

Luke langsung mendekati Elena yang sedang meringkuk ketakutan, Ia langsung membawa Elena ke dalam pelukan nya. Elena memberontak saat tubuhnya di peluk oleh seseorang yang tak ia ketahui.

"PERGI, JANGAN SAKITI AKU!" Teriak Elena dengan suara isak tangis yang semakin kuat.

Luke memper-erat pelukanya saat Elena memberontak, akhirnya ia dapat mengunci setiap pergerakan Elena di dalam pelukan nya.
"Tenang sayang, ini aku. Luke." bisik Luke tepat di samping telinga Elena.

Elena kini mengetahui siapa yang memeluknya, tubuhnya dingin namun membawa kesan tersendiri saat Luke memeluknya. Saat ada Luke di samping nya membuat Elena merasa aman dan nyaman. Elena mencengkram baju Luke menggunakan kedua tangan nya.

Tubuhnya yang bergetar semakin lama tak bergetar hebat seperti tadi, usapan Luke di kepalanya membuat Elena merasa tenang.

"Luke aku takut." Ujar Elena dengan suara kecil nyaris seperti bisikan, beruntung Luke makhluk immortal dan pastinya mempunyai pendengaran yang sangat tajam sehingga dapat mendengar suara kecil Elena.

Luke mengusap kepala Elena dengan lembut, dibawanya tubuh Elena yang ringan ke atas pangkuan nya.
"Tenang disini ada aku, Tak akan ada yang bisa menyakitimu lagi. " Ujar Luke dengan lembut.

"Tapi ... Pria itu datang dan ingin menyakitiku lagi." Ucap Elena sesegukan.

"Ada aku yang akan siap melindungimu." Luke mencoba menghilangkan rasa trauma Elena yang kembali saat melihat Exel.

Tubuh Elena mulai tenang dan tak bergetar seperti sebelumnya, Elena melepaskan cengkaram nya di baju Luke, kemudian melepaskan pelukan nya dari tubuh Luke. Ditatapnya wajah Elena yang memerah dan pucat karena ketakutan, Luke tersenyum tipis, lalu ibu jarinya mengusap bekas air mata di pipi Elena.

Luke mendekatkan wajahnya dan mencium kening Elena lamat-lamat, lalu Luke langsung menggendong tubuh Elena dengan mudah dan mendudukan nya di tepi tempat tidur.

Luke berjongkok di depan Elena, lalu ia memangku kaki Elena yang terluka dan memijitnya perlahan. Luke tahu bahwa kaki Elena yang terluka dan terkilir terbentur ubin saat terjatuh.

"Tahan sebentar." Ujar Luke tanpa menatap Elena, Luke fokus saat kedua jemarinya mulai memijat kaki Elena secara hati-hati.

Elena meringis dan berteriak
"Luke, sakit." ujar Elena masih meringis.

Luke menatap Elena sekilas
"Maaf, tahan sakitnya sebentar saja."

Luke kembali memijat kaki Elena, dan menghantarkan rasa nyeri tepat di area yang di pijat oleh Luke. Elena menahan diri agar tidak berteriak.

"Mengapa kau begitu perhatian kepadaku?" Tanya Elena tiba-tiba,
Aneh saja ia baru bertemu dengan Luke dan pria itu begitu perhatian padanya.

Luke mendongak dan tersenyum masih dengan kegiatan nya, yaitu memijit pelan kaki Elena
"Kau akan tau semua nya, pada saat nya tepat, tidak untuk sekarang." Perkataan Luke membuat Elena penasaran, sebenarnya apa yang di sembunyikan oleh pria itu?
Dan mengapa pria itu selalu memperlakukan nya dengan baik.

"Kapan?"

"Suatu saat."

"Apakah aku tidak dapat pulang ke rumah ku lagi. Dan sebenarnya aku berada di mana?" Tanya Elena ingin mengeluarkan segala pertanyaan yang ada di fikiran nya. Elena ingin kembali ke rumahnya, Elena merasa tidak nyaman jika ia berlama-lama tinggal di rumah Luke.

Luke menyudahi aktivitasnya, lalu ia duduk di sebelah Elena dan menggenggam tangan Elena, dikecupnya tangan Elena beberapa kali. 

"Kau sangat ingin tau sekali yah?"
Ujar Luke dan berhasil merubah suasana serius yang di ciptakan Elena.
"Luke." ujar Elena kesal.

bisa bisanya pria di depan nya ini menggoda nya di saat seperti ini.

Luke berdehem lalu mengubah raut wajahnya menjadi serius
"Sebenarnya kau tak akan bisa kembali ke tempat mu berasal karena setiap orang yang berada di sini tak akan bisa keluar lagi, dengan artian kau terjebak di tempat ini selamanya"
Kata Luke berbohong, sebenarnya ia bisa mengembalikan Elena ke tempat asal nya dan itu hanya alibinya saja.
ia tak mau Elena pergi dari nya terlalu jauh.

Elena menatap Luke dengan pandangan sedih. Ia tak bisa kembali ke rumah neneknya. Sungguh Elena kangen dengan nenek dan sahabatnya itu.

"Dan kau berada di mansion ku." Lanjut Luke berbohong lagi. ia tak bisa memberi tau Elena tentang jati diri yang sebenarnya untuk saat ini saja.

Elena harus bersabar, suatu saat pasti ia bisa kembali ke rumah neneknya
"Nama mu pangeran?" Tanya Elena mengalihkan Fikiran nya.

Luke mengulum senyumnya, matenya ini begitu polos dan tak mengerti apa-apa "Nama ku adalah Luke Darwizen dan orang yang berada di rumah ini memanggil ku dengan panggilan pangeran, yah seperti panggilan khusus." Elena mengangguk mengerti.

Dan Elena ingin bertanya lagi
"Dan panggilan apa yang aku gunakan untuk memanggilmu?" Tanya Elena.

Luke tersenyum jahil
"Kau bisa menganggilku sayang, Honey, My king, My heart...."

Elena memotong ucapan Luke
"Aku tak akan memanggilmu dengan sebutan itu." lagian siapa ia bisa memanggil Luke dengan sebutan itu. Ia tak pantas untuk menjadi bagian dari hidup Luke.

Entah mengapa, suasana hati Elena yang tadinya suram kini berubah menjadi ceria saat mengobrol berdua dengan Luke.

"Kalau begitu aku saja yang akan memanggilmu dengan sebutan itu." Balas Luke.

"Tak boleh."

"Tapi aku mau."

"Aku bukan siapa-siapa bagi dirimu."

Luke tersenyum misterius
"you're mine, and always mine."

Sontak perkataan Luke yang seakan sedang menyatakan fakta bahwa dirinya adalah milik Luke seutuhnya langsung membuat jantung Elena berdetak hebat, dan Elena dapat merasakan bahwa pipinya merona karena malu.

Luke mengerutkan keningnya, ia menyentuh pipi Elena yang tampak memerah dan mengelus pipi Elena secara perlahan
"Pipimu ... Kenapa?"

Elena mengigit bibir bawahnya saat Luke mengetahui bahwa pipinya merona, ia menyingkirkan tangan Luke yang terus membelai lembut pipinya. Elena membuang pandangan agar dapat membuat pipinya tidak merona kembali.

Jantung Elena berdetak hebat saat Luke mendekatkan dirinya dan mencium pipi Elena dengan santai, seakan pria itu sudah terbiasa melakukan hal itu pada Elena.

Diusap nya pipi Elena kembali
"Eh, kenapa pipimu semakin memerah?" Tanya Luke heran, ia mencium pipi Elena dengan maksud agar membuat pipi Elena tidak merah. Namun, yang di dapatinya pipi Elena semakin memerah.

"Aku lapar Luke." Elena berusaha menyalihkan Percakapan ini dan memilih untuk meminta Luke mengambilkan makanan untuknya. Kebetulan dirinya juga merasa lapar sejak tadi.

Luke yang mengerti jalan Fikiran Elena lantas bangkit berdiri.
"Aku akan mengambilkan nya untukmu." Luke berjalan keluar dari kamar Elena dan dirinya dan tak lupa menutup pintu kamar kembali.

Elena membawa telapak tangan nya ke arah dadanya, ia merasakan bahwa jantungnya masih berdetak cepat
"Mengapa bisa seperti ini, apa yang terjadi padaku?"

_________________TBC_________________

Hello masih ada yang masih setia menunggu cerita saya?!

Maaf yah karna beberapa hari ini saya jarang up. soalnya saya sibuk banget😯

Dan makasih sama kalian yang sudah membaca. dan terima kasih atas yang sudah meneror saya untuk up. makasih banget😉

Makasih juga udah Vote cerita saya

Bakal saya usahain untuk up cepet deh, Jangan lupa vote and commen guys.

See you next time😆

Continue Reading

You'll Also Like

3.6K 234 17
''Aku tidak tahu apa yang terjadi,semenjak aku mengenal dirinya semua nya berubah dan ini pertama nya aku merasakan apa itu cinta,jujur walaupun kami...
17K 2.9K 42
Di dunia ini terdapat tiga ras yang mendominasi untuk saat ini, ras iblis, ras vampire dan satu lagi manusia, ketiganya memiliki perbedaan yang signi...
9.5K 1.2K 19
Cover by pinters Terinspirasi dari novel cry even better if you beg Eun hye merasa dirinya kehilangan kewarasannya sesaat ketika menyadari bahwa har...
3.1M 323K 30
[M] Mikasa kabur dari rumah sang Bibi yang berniat menjualnya kerumah bordil. Gadis itu berlari masuk kesebuah hutan terlarang di daerahnya. Hutan At...