Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]

By Anindana

11.4M 734K 20.6K

Megan Penelope dimata Alceo Tyler adalah seorang perempuan yang sangat menyebalkan di kehidupannya. Disaat se... More

Prolog
BadBoy 1
BadBoy 2
BadBoy 3
BadBoy 4
BadBoy 5
BadBoy 6
BadBoy 7
BadBoy 8
Badboy 9
BadBoy 10 (1)
BadBoy 10 (2)
OPEN PO FATED!!!
BadBoy 11
BadBoy 12
BadBoy 13
BadBoy 14
BadBoy 15
BadBoy 16
BadBoy 17
BadBoy 18
BadBoy 19
BadBoy 20
BadBoy 21 (1)
BadBoy 21 (2)
BadBoy 22
BadBoy 24
BadBoy 25
BadBoy 26 (1)
BadBoy 26 (2)
BadBoy 27
BadBoy 28
BadBoy 29
BadBoy 30
BadBoy 31 (1)
BadBoy 31 (2)
BadBoy 32
BadBoy 33
BadBoy 34 (1)
BadBoy 34 (2)
BadBoy 35
BadBoy 36
BadBoy 37
BadBoy 38
Badboy 39
BadBoy 40
BadBoy 41
BadBoy 42
BadBoy 43
BadBoy 44
Epilog (End super End!)

BadBoy 23

194K 13.6K 461
By Anindana

"Apa yang kau lakukan barusan?!" Teriak Alceo pada ponselnya. Matanya tidak lepas dari layar tablet di pangkuannya sejak beberapa menit yang lalu.

"Aku hanya bersikap sepertimu, apa itu salah?" Tanya laki-laki di seberang sana dengan santainya.

"SALAH BESAR!!!" Teriak Alceo lagi.

"Sudahlah, jangan ganggu aku. Kau memintaku untuk membantumu, jadi jangan ikut campur. Selesaikan urusanmu di D.C, kita bicara lagi setelah itu. Aku tutup!"

"Sial! Austin! AUSTIN, KAU TUTUP AKU AKAN-" terlambat. Koneksi benar-benar telah di putuskan oleh laki-laki di seberang sana.

Alceo menatap kesal kearah tabletnya yang memperlihatkan gambar cctv lobby kantornya dimana seorang laki-laki yang baru saja menutup telepon darinya, kini berjalan santai menuju ke lift.

"Sial!!" Umpat Alceo sekali lagi sambil membanting ponsel dan mengganti layar tablet ke cctv ruangan kerja Megan.

Ia benar-benar kesal melihat kembarannya itu merangkul Megan dengan begitu santainya, sementara dirinya selalu mendapat tendangan kalau berani menyentuh wanita itu.

Apa Megan tidak sadar kalau itu bukan aku?! Umpat batinnya tidak rela.

Ia dan Austin memang kembar identik. Tidak jarang mereka sering bertukar peran saat mereka sekolah dulu. Dan kebanyakan adalah, Austin yang menggantikan Alceo disaat laki-laki itu membuat masalah. Seperti saat ini.

"Kita sudah sampai, Tuan." Suara seseorang mengintrupsi keheningan Alceo.

Alceo mengadahkan wajahnya dan menoleh kearah luar jendela mobil, menatap pesawat pribadi keluarganya yang sudah siap, lalu beralih ke arah wanita yang baru saja melangkah masuk kedalamnya.

Ia terdiam dan kembali menatap tablet di tangannya, melihat Megan yang tengah berdiri kaku di depan kamera pengintai seakan ia sedang benar-benar menatap Alceo, lalu Alceo mematikan layar tabletnya.

"Benar, aku harus segera membereskan kekacauan ini, dan kembali untuk menendang bokong kembaran durhaka itu!" Putusnya bulat.

***

Megan setengah melamun sambil mengaduk mac and cheese di depannya. Ia menghela nafas sesekali, mengabaikan topik pembicaraan yang sedang koleganya bicarakan

"Boleh saya bergabung?" Seru sebuah suara yang seperti palu godam yang langsung membuat Megan tersadar dan menahan nafasnya.

Nampan berisi salad dengan cesar dressing bergabung dengan nampan milik Megan tanpa wanita itu maupun orang-orang disana setujui.

"Kalian sedang membicarakan apa?" Tanyanya tanpa menyadari keterkejutan yang sedang terjadi di meja makan itu setelah kedatangannya. Semua orang mendadak berhenti makan dan menatap kearahnya yang terlihat masa bodo.

Megan yang tadinya tidak memperhatikan, mendadak langsung memasang telinga tajam-tajam untuk mendengar percakapan itu. Kepalanya juga berputar, mencoba mengingat apa yang terakhir kali mereka bahas sebelum Megan melamun.

"Ehm..." Regina, Marketing Manager yang menggantikan tugas Ed setelah dipindah ke D.C angkat bicara. "Kami hanya membahas hal diluar pekerjaan, Sir. Tidak ada yang penting."

"Benarkah?" Tanyanya sambil mengaduk saladnya. "Mengenai apa?"

Melihat Laki-laki itu melahap saladnya dengan santai, orang-orang yang tadi berhenti makan, kini mulai ikut melanjutkan makannya dengan lebih pelan. Hal itu bertujuan untuk menjaga image di depan bos besar mereka yang tiba-tiba bergabung.

"Mengenai makan malam perpisahan untuk Megan dan Claire," jawab Regina lagi.

Megan sendiri baru tahu kalau mereka sedang membahas mengenai hal itu.

"Perpisahan?" Ulangnya menghentikan suapan saladnya dan menatap Megan yang lebih memilih menatap makanan di mejanya.

"Megan dan Claire akan menyelesaikan magangnya bulan depan, Sir. Jadi kami -sebenarnya, Ed-berencana membuat pesta perpisahan itu untuk mereka, atas dasar kontribusi yang mereka berikan pada divisi Marketing." Regina menjelaskan sambil memberikan senyum terbaiknya yang membuat Megan mual.

"Begitu..." laki-laki itu mengangguk.

Diam-diam Megan memperhatikan raut wajah laki-laki di sampingnya. Tapi sial, mata mereka tanpa sengaja bertemu dan memaksa Megan harus berpura-pura melihat kearah lain. Lalu setelah merasa apa yang ia lakukan adalah hal bodoh, Megan memutuskan untuk menyantap mac and chessenya dengan satu suapan penuh.

Laki-laki itu memperhatikan semuanya, dan itu membuatnya menahan tawa. Ini menarik, batinnya. Ia berdeham dan kembali menatap Regina sambil tersenyum ramah. "Count me in."

Megan mendengarnya dan tersedak.

Claire yang duduk di sebelahnya langsung menyodorkan segelas air putih pada Megan. Sedangkan Alceo kembali menatap Megan dengan pandangan tertarik.

Awalnya, ia tidak mengerti dengan permintaan kembarannya untuk menggantikan posisinya sementara di perusahaan. Terlebih kembarannya itu menyebutkan lebih spesifik lagi untuk menjaga image baik di depan seorang karyawan bernama Megan Penelope. Ia cukup beruntung karena ia tidak perlu membuat Auryn mengantarnya menemukan Megan karena wanita itu sudah menunjukan diri lebih dulu pagi tadi.

Dilihat dari ujung kaki hingga kepala, tidak ada yang terlihat spesial dari wanita itu dibandingkan wanita yang selama ini dipacari Kembarannya. Tapi sepertinya ia mengerti sekarang. Megan memang sederhana, namun wanita itu juga terlihat unik dan menarik dengan caranya sendiri.

"Megan." suara laki-laki itu kembali membuat Megan tersedak. "Apa kau punya acara setelah ini?"

"Ti-ti-uhukkk-"

Laki-laki itu menyunggingkan senyum, merasa terhibur dengan kesalah tingkahan Megan atas ajakannya.

"Tidak ada, Mr.Tyler. Tidak ada," wanita di sebelah Megan, Claire, yang menjawab mewakili Megan yang masih tersedak.

"Bagus! Kalau begitu, setelah makan siang, temani aku. Kau tidak keberatan kan?" Tanyanya sambil tersenyum.

Mata Megan membesar. Ia menggeleng, namun tidak ada kata yang bisa keluar dari bibirnya yang masih terbatuk-batuk.

Melihat gelengan Megan, laki-laki itu menyimpulkannya sebagai jawaban. Ia kembali tersenyum. "great! Aku akan menunggumu di lobby setelah ini," ucapnya, lalu ia menyelesaikan suapan terakhirnya dan berdiri. "Aku permisi."

Megan menganga lebar. Kapan ia menyelesaikan saladnya? Megan membatin sambil mengikuti punggung laki-laki yang semakin menjauh.

"Hei, hei!" Claire mengguncang tubuhnya. "Kau baik-baik saja? Bernafaslah, bernafas. Aku minta maaf, aku tidak seharusnya mengatakan kau tidak ada acara tadi. Ah aku harus bagaimana ini... kau tidak membenciku, kan?" Claire terdengar panik. Ia mengabaikan kalau bukan hanya Megan yang sedang mendengar kepanikannya, melainkan Regina dan rekan-rekan satu divisinya yang lain.

Megan berdeham. Memilih untuk tidak menjawab. Ia lalu berdiri tanpa menyelesaikan makan siangnya. "Ada berkas di mejaku. Tolong berikan itu pada Ed via Fax. Aku akan segera kembali."

Megan menggigit bibir dalamnya gusar sambil meninggalkan meja tanpa menunggu jawaban Claire.

Ini benar-benar aneh. Megan membatin sambil terus memikirkan keanehan apa yang sedang ia rasakan. Sampai ia tiba di Lobby dan melihat punggung laki-laki itu membelakanginya, keanehan itu masih sedikit terasa.

"Mr.Tyler, ada apa?" Tanya Megan berusaha bersikap normal.

"Kau sudah selesai?" Laki-laki itu berbalik mendapati Megan berada tiga langkah darinya. "Ayo, temani aku keliling. Kau tidak keberatan, kan?"

"Kelil- tunggu, Mr.Tyler!" Tanpa menunggu jawaban Megan, laki-laki itu sudah lebih dulu meninggalkan Megan menuju ke salah satu mobil yang sudah siap di depan Lobby. Megan sempat berhenti sebentar dan lagi-lagi merasakan keanehan itu ketika melihat laki-laki itu masuk kedalam mobil yang pintunya telah dibukakan oleh supir.

Apa yang aneh sebenarnya? Megan membatin bingung bercampur frustasi.

***

"Aku sudah lama tidak kemari," Austin bergumam sambil memperhatikan jalanan Holywood yang sedang mobilnya lewati. "It brings back memories."

"Lama?" Ulang Megan tanpa sadar.

Austin tersadar kalau ia sedang bersama Megan dan sedang menjalankan misi undercovernya. Dengan cepat ia berdeham dan berbalik menatap Megan. "Aku mengatakan sesuatu?"

Megan mengangguk ragu. "Something that brings back memories." Megan meneliti wajah Austin, lalu menghela nafas. "Kita mau kemana, Mr.Tyler?"

Bertepatan dengan pertanyaan Megan, ponsel di kantung jas Austin berbunyi. Nama kembarannya yang sudah Austin duga terlihat jelas di layar ponsel. Austin menarik senyumnya dan mengusap layar ke kiri untuk mengabaikan panggilan itu. Dia pasti akan meradang, tebak Austin jahil.

Megan memperhatikan itu. Ia penasaran, namun ia tidak berani bertanya. Ia tidak berada dalam posisi dimana ia dapat bertanya mengenai apapun mengenai laki-laki di sebelahnya. Termasuk, siapa yang menelepon barusan. Jadi, Megan hanya bisa berasumsi jika yang barusan menelepon adalah wanita itu.

Ponsel Austin kembali berdering. Austin ingin mengabaikannya lagi, tapi ia tahu kalau itu semua percuma. Kembarannya tidak akan menyerah.

"Ya?" Jawab Austin sambil memperhatikan Megan dengan lirikan kecil. Wanita itu terlihat muram sambil menatap jalanan.

"Sial! Oh kau mengangkatnya!" Umpat Alceo dari seberang.

"Aku juga merindukanmu, ada apa?" Ucap Austin. Ia bersumpah kalau ia bisa melihat Megan menegang di posisinya. Ia kemudian berpikir, apa ia melakukan kesalahan?

"Rindu MY ASS! Kemana kau membawa Meganku?! Kuberitahu, menikung saudara sendiri adalah hal yang paling tidak bisa dimaafkan."

Austin tertawa. "Aku akan menghubungimu lagi nanti. Aku sedang berkencan."

Megan dengan cepat menoleh sambil melotot. Berkencan?!

"Berken-? KAU BENAR-BENAR INGIN MATI, AUSTIN?! Ah tidak bisa! Aku akan segera pulang dan menendangmu kembali lagi ke Indonesia! Tunggu aku-"

"Aku sangat tidak sabar bertemu denganmu. Aku tunggu. Tapi kali ini aku tutup dulu, ya? Bye!" Tanpa menunggu Alceo, Austin sudah lebih dulu mengakhiri panggilan sambil terkekeh geli.

Ia beralih menatap Megan. Wajah wanita itu sudah sangat masam ketika Austin bertanya, "ada apa?"

Megan mengutuk dalam hati. Apanya yang aneh! Bodoh! Kenapa aku berpikir kalau laki-laki ini bukan Alceo? Jelas-jelas laki-laki hidung belang yang menelepon wanitanya, mengatakan rindu, dan lain halnya, bisa dengan santai mengatakan kalau kami berkencan?! Oh tunggu! Bukan berarti aku berharap kami benar-benar berkencan, tapi- ah persetan!

Austin memiringkan wajahnya, bingung melihat Megan yang terdiam tanpa menjawab pertanyaannya. Namun ketika ia ingin kembali bertanya, Megan mengejutkannya dengan jawabannya yang terdengar seperti bentakan. "TIDAK ADA! DASAR HIDUNG BELANG!"

Austin menggeser duduknya sedikit kebelakang, terkejut dengan teriakan Megan. Dan kali ini ia benar-benar bingung lagi, bagaimana bisa saudara kembarnya tertarik pada wanita segalak ini?

***

Tbc

Maaf banget ya aku updatenya lama :( lagi bener-bener sibuk banget. Maaf banget banget banget.

Dan maaf kalau ceritanya membosankan :(

Continue Reading

You'll Also Like

5.5M 180K 37
[Cerita Telah Dihapus] Kisah seorang gadis bernama Ana Smith; yang berjuang untuk mempertahankan pernikahanya yang semakin hari semakin rumit dan pe...
3.5M 304K 45
[Private] Gimana rasanya kalau dijodohin sama om-om posesif tukang maksa?
1.1M 52.6K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
1.1M 27.3K 49
Dia (Defran Arie Olvio) menculikku dan memaksaku menandatangani surat perjanjian yang isinyapun aku tak tahu dan dia juga memaksaku untuk menikah d...