My Beautiful Mate [TELAH TERB...

By Racelivv

6.1M 349K 16.3K

TERBIT Oleh Glorious Publisher Dingin, datar dan kejam. Itulah sifat yang menggambarkan sosok Luke, pangeran... More

Mate part 1; Elena widley
Mate part 2 ; Istana Darwisen
Mate part 3 ; Para Pangeran
Mate part 4 ; Mate Albert
Mate part 5 ; Tertangkap
Mate part 6 ; ruangan penjara
Mate part 7 ; Kepergian Luke
Mate part 8 ; penyerangan
Mate part 9 ; Keputusan mutlak
Mate part 10 ; hukuman mati
Mate part 11 : dia mateku
Mate part 12 ; Menemukan mu
Mate part 14 ; Sifat beda Luke
Mate part 15 : kekurangan Luke
Mate part 16 ; Luke possesive
Mate part 17 ; Black Forest
Mate part 18 ; Permohonan Exel.
Mate part 19 ; Bencana
Mate part 20 ; Berkumpul
Mate part 21 ; Usaha Luke
Mate part 22 ; perhatian
Mate part 23 ; penolakan
Mate part 24 ; dua pilihan sulit
Mate part 25 ; keputusan Elena
Mate part 26 ; Menyadari
Mate part 27 ; Keberhasilan
Mate part 28 ; Kecewa
Mate part 29 ; Menyerah
Mate part 30 ; Perpisahan
Mate part 31 ; Kembali
Mate part 32 ; Kebahagian Luke.
Mate part 33 ; Demam
Mate part 34 ; perbedaan
Mate part 35 ; Sebuah fakta
Mate part 36 ; penggalan sebuah mimpi
Mate part 37 ; Melamun
Mate part 38 ; First kiss Elena.
Mate part 39 ; Kembali ketus
Mate part 40 ; Menara istana
Tokoh MBM
Mate part 41 ; Tempat Spesial Luke
Mate part 42 ; Hilangnya Exel.
Mate part 43 ; Jason, Jovin dan Aland.
Mate 44 ; Tanda tanya
Mate 45 ; Kesedihan Aland.
Mate part 46 ; Kerja sama
Mate part 47 ; penggalan kisah Hanes
Mate part 48 ; Ancaman
Mate part 49 ; Kebenaran
Mate part 50 : Keluarga baru.
Mate part 51 ; Kegelapan.
Mate part 52 : Ketidak setujuan
Mate Part 53 : Janji
Mate part 54 : Kehancuran
Mate Part 54 ; Akhir dari sebuah cerita
Mate Part 55 : Ending
Mate Part 56 : Indah (Extra Part)
Berita Penting
Pertanyaan <> Jawaban
VOTE COVER!!
OPEN PRE-ORDER
Novel MBM tersedia di Shopee
PRE-ORDER KE-2
SPOILER TANGGAL
SPOILER SPESIAL PART!
PRE ORDER MBM NOW!!

Mate part 13 ; kesadaran Elena

139K 9.5K 286
By Racelivv

Luke melesat sepanjang koridor yang menghubungkan ke sebuah ruangan, tadi Albert mendatanginya dan berkata bahwa dirinya di panggil oleh Lord Edmans, Ayahnya. Sejujurnya Luke sangat tidak ingin menemui Lord Edmans yang sudah menyakiti mateya, Luke takut dirinya akan kehilangan control dan kembali menyerang ayahnya itu.

Dan dengan sangat terpaksa dirinya harus meninggalkan matenya sendirian, tetapi. Sebelum Luke meninggalkan ruangan nya ia terlebih dahulu memerintahkan beberapa prajurit untuk menjaga pintu masuk kamar Luke, dan beberapa pelayan wanita Luke perintahkan untuk memperhatikan kondisi matenya, pelayan wanita yang Luke perintahkan untuk segera melaporkan jikalau matenya sudah sadar.

Beberapa pelayan memberi hormat pada pangeran mahkota istana Darwisen ini dengan cara menundukan kepala mereka dengan sopan, Luke menjawab semua sapaan dari pelayan dan pengawal yang berpapasan dengan nya hanya dengan anggukan singkat, dirinya sedang terburu-buru menemui Lord Edmans dan akan cepat pula dirinya kembali ke kamarnya yang sekarang akan menjadi kamar milik matenya juga.

Luke sampai di ruangan yang Luke yakini adalah ruangan pengobatan, Luke menarik nafasnya. Luke tidak boleh terbawa emosi kembali saat ada ibunya di dalam ruangan itu. Luke membuka pintu berwarna putih polos dengan kasar, beberapa penghuni ruangan berwarna serba putih itu tampak terkejut karena pintu terbuka secara kasar. Sementara Luke hanya memasang wajah datar khas dirinya tanpa merasa terganggu dengan berbagai tatapan dari keluarganya.

"Luke, tidak bisa kah kau menerapkan kesopananmu pada kami!" Tanya Queen Klarisa dengan tatapan marahnya .

"Maaf ibu, aku hanya tidak ingin membuang waktu berhargaku." Jawab Luke singkat.

Queen Klarisa menghembuskan nafasnya kasar, ia harus memaklumi sifat yang sudah mendarah daging di tubuh Luke.

Luke menatap Lord Edmans yang tengah terbaring di atas tempat istirahat di ruangan pengobatan ini, rupanya luka yang telah di berikan Luke pada Lord Edmans belum sembuh secara total.

"Cepat katakan inti dari pembicaraanmu, aku tidak punya banyak waktu." Ujar Luke dengan suara dingin nya tanpa menatap si lawan bicaranya.

Lord Edmand mencoba duduk agar berbicara masalah penting dengan Luke lebih nyaman. Namun, Lord Edmans tampak kesusahan, lantas Queen Klarisa membantu suaminya untuk duduk.

"Aku ingin bertanya padamu Luke, apa benar gadis manusia itu adalah matemu?" Tanya Lod Edmans yang langsung masuk ke inti pembahasan.

Luke mengangguk singkat, dan tidak ada niat untuk sekedar mangatakan 'iya' karena baginya pertanyaan Lord Edmans sangat membuang banyak waktunya, tetapi Luke tetap harus sopan terhadap ayahnya itu.

"Kau tidak salah? Aku tau Luke bahwa kau tidak menyukai manusia sedari kecil Luke." Ucap Lord Edmans yang masih mengingat Luke mengatakan bahwa dirinya tidak menyukai manusia.

"Tetap saja dia adalah mate yang telah aku tunggu selama bertahun-tahun, satu lagi aku akan menarik semua ucapanku sekarang. Dan aku akan menjadikan mateku menjadi sepertiku." Balas Luke tenang, ia tidak masalah bahwa matenya adalah seorang manusia.

Lord Edmans mengangguk mengerti "Baiklah jika itu maumu, tetapi aku akan tetap mengingatkanmu bahwa kau tidak harus menjadikan matemu seperti bangsa kita secepat itu Luke, kau harus tetap menjaga identitas bangsa kita setelah waltunya tiba." Ujar Lord Edmans secara detail.

"Aku tau Lord." Balas Luke ketus.

Queen bangkit berdiri dan mengusap kepala Luke walau sedikit kesusahan karena tubuh Luke sangat tinggi, melebihi tingginya. "Ibu mengerti apa yang kau lakukan, kau hanya melindungi matemu bukan?" Luke mengangguk.

"Ingat lah ucapan ayahmu, Luke. Buatlah matemu merasa aman dan nyaman berada di sampingmu, jangan terlalu terburu-buru Luke." Pesan Queen Klarisa. Luke mengangguk singkat.

"Sudah selesai? Jika sudah aku akan kembali ke kamarku." Tanya Luke yang merasa dirinya terlalu lama meninggalkan matenya. Lord Edmans dan Queen Klarisa mengangguk dan mempersilakan Luke agar keluar dari ruangan pengobatan.

Namun, ketika Luke baru melangkahkan kakinya beberapa langkah dari tempatnya berpijak sebelumnya. Langkahnya terhenti spontan saat Albert menghadang jalan nya. Luke menaikan sebelah alisnya tanda bertanya pada Albert yang menghadang jalan nya.

"Urusanmu belum selesai Luke," Ujar Albert. Luke hanya diam saja menunggu ucapan selanjutnya yang akan di lontarkan adiknya itu.

"Kau harus memaafkan ayah dan juga Exel, kau tau. Exel terluka parah karena ulah dirimu, sebelumnya Exel tidak tau bahwa gadis itu adalah matemu." Albert melanjutkan ucapan nya.

Luke membuang pandangan "Aku tidak peduli." Balas Luke cuek, Luke tidak suka jika nama orang yang sudah membuat matenya menderita di sebutkan di depan nya.

Albert memegang pundak Luke, Namun Luke mengelak dan memundurkan posisinya."Luke, apa kau tega memutuskan hubungan dengan nya? Dia sudah berbakti dan melayani mu dari kecil, dia selalu menjalankan perintahmu dengan patuh, dan Exel adalah orang yang paling sabar menghadapi sikap keras kepalamu Luke." Batin Luke berkata ada benarnya perkataan Albert, sudahlah ia akan memutuskan nya nanti. Kesengsaraan harus di balas dengan kesengsaran juga tentunya.

"Sudah kubilang bahwa aku tidak ingin membahas hal itu lagi, Albert." Setelah mengatakan kalimat tajamnya, Luke langsung pergi dari ruangan itu dengan membanting pintu bercat putih itu.

Lord Edmans memandang pintu yang telah tertutup secara kasar oleh Luke. "Bagaimana aku meminta maaf pada Luke." Tanya Lord Edmans merasa putus asa saat melihat sikap Luke terhadap dirinya.

Queen Klarisa mengusap lengan Lord Edmans "Kau tidak boleh putus asa sebelum mencoba, Lord."

"kau hanya perlu mencoba, Ayah." Timpal Albert.

Lord Edmans mengangguk senang saat keluarganya mendukung nya disaat dirinya kehilangan kepercayaan dari salah satu putranya, saat ini dirinya harus memastikan bahwa kondisi tubuhnya sudah pulih. Setelah itu Lord Edmans akan mencoba agar bisa mendapat kepercayaan dari Luke kembali.

🏰🏰🏰

Elena meringis saat merasakan seluruh tubuhnya terasa sakit, tak berselang lama. Elena mengerutkan kening nya bingung, mengapa saat ini Elena merasa seperti berbaring di sebuah tempat yang nyaman dan hangat, perlahan Elena berusaha membuka matanya dan setelah kelopak yang menutupi bola mata Elena terbuka, barulah Elena melihat tempatnya berada sekarang. Elena menatap sekeliling dengan pandangan heran.

Ruang tempat Elena berada sangatlah besar dan mewah, desain unik di setiap sisi ruangan menambah kesan indah di dalam nya dengan perpaduan warna yang setara. Elena menatap tempatnya berbaring, Elena tidur di sebuah peraduan berukuran besar. Jika di simpulkan Elena yakin bahwa ini adalah sebuah kamar yang pemiliknya ada seorang pria, terlihat dari warna kamar yang di dominasi warna gelap khas pria, dan juga kamar ini beraroma maskulin khas seorang pria.

Namun, berbagai pertanyaan menghantui Elena, bagaimana bisa dirinya berada di dalam kamar seorang pria yang tak di kenal olehnya. Dan mengapa dirinya masih hidup setelah dirinya kehabisan nafas saat menjalani hukuman dari pemimpin yang kejam itu. Elena baru menyadari bahwa luka yang terdapat di tubuhnya sudah di obati, dan juga baju Elena yang sudah rusak pun sudah berganti menjadi sebuah baju kuno seperti baju seorang putri raja.

Elena menggerakan pelan kakinya. Namun, dirinya kembali meringis saat kakinya terasa nyeri ketika di gerakan, kaki kiri Elena masih terasa sakit akibat terkilir saat dirinya berlari menghindari serigala liar di hutan, dan luka serigala di kakinya belumlah puih.

Elena ingin keluar dari kamar yang tidak di ketahui siapa pemiliknya. Namun, dirinya tak mampu hanya sekedar bangkit berdiri pun. Dengan sangat terpaksa dirinya hanya bisa berdiam diri saja menunggu seseorang menyelamatkan nya.

Suara derit pintu yang dibuka oleh seseorang langsung mengganggu fokus Elena untuk tertuju pada pintu masuk kamar asing ini, disana Elena melihat seorang pria dengan tubuh tinggi tegap nya serta terpancar aura berwibawa memasuki kamar asing ini, tatapan mata nya yang tajam mengarah pada Elena, wajahnya rupawan. Hanya saja wajahnya datar dan dingin.

Siapa laki-laki itu? batin Elena mulai merasa ketakutan, fikiran aneh langsung memenuhi kepala nya. Kejadian saat dirinya di siksa oleh pria yang tak di kenalnya menghantui fikiran Elena.

Elena memundurkan tubuhnya saat pria itu mulai mendekat ke arahnya, Elena tidak memperdulikan rasa sakitnya, untuk saat ini ia harus menjauh dari orang yang akan menyiksanya kembali. Luke menahan lengan Elena, karena jika ia tak melakukan itu maka Elena akan jatuh, dlihat dari posisinya sudah berada di ujung ranjang. Dan Elena tak menyadari itu semua.

Elena meronta sekuan tenaga saat lengan nya di cekal oleh tangan kokoh milik pria berwajah datar itu, Elena takut jika pria ini akan menyiksanya tanpa ampun lagi. "Lepas! Kumohon jangan sakiti aku, jangan membunuhku." pinta Elena sambil menangis dan terus meronta.

Luke menjadi bingung sendiri dengan sikap matenya, ia berfikir apakah matenya ini tak mau menerima dirinya, namun fikiran itu hilang saat seorang vampire penyembuh mengatakan bahwa Elena mengalami trauma akibat kejadian tempo hari. Tanpa aba-aba Luke menarik Elena untuk masuk ke dalam dekapan eratnya. Elena langsung shock karena mendapatkan pelukan secara tiba-tiba dari lelaki di depan nya ini, terlebih lagi tubuh pria yang memeluknya sangat dingin, sedingin sebuah es yang membeku. Namun, Cukup ia akui bahwa ia nyaman dengan pelukan lelaki ini.

Luke dapat mencium aroma matenya yang begitu tajam menusuk indra penciuman nya dari jarak sedekat ini. Ia sungguh ingin mencicipi darah matenya yang begitu mengunggah selera nya. Tetapi ia urungkan niat itu sementara. Bukan saat yang tepat untuk saat ini. Luke harus kuat menahan hasrat nya akan darah agar tidak menghisap darah matenya tanpa sadar. Kulit Luke seperti tersengat listrik aliran kecil saat bersentuhan langsung dengan kulit matenya.

Elena lagi -lagi meronta dalam pelukan Luke. "Sttt, tenanglah. Mate." Luke berkata dengan lembut tepat di samping telinga Elena. Diusapnya rambut Elena dengan lembut seakan tindakan kecil itu bisa membuat gadisnya tenang.

Elena tetap saja berusaha membebaskan tubuhnya dari kurungan pria yang memeluknya ini "Aku mohon jangan sakiti aku lagi." Lirih Elena.

Luke mengusap puncak kepala Elena berusaha membuat gadisnya merasa tenang, Bedebah kau Exel yang telah membuat matenya seperti ini, Batin Luke menggeram.

"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu, Elena. Aku akan melindungimu." Ujar Luke dengan sangat hati-hati, perlahan Luke merasa bahwa Elena tidak lagi memberontak dalam pelukan nya. Setelah di rasa Elena sudah tenang, Luke pun melepaskan pelukanya dan menatap Elena yang sedang menunduk sambil meremas pakaian yang di pakai nya.

Luke tersenyum simpul, entah mengapa saat bersama matenya hati Luke sangat damai dan bahagia. Perasaan hangat langsung melingkupi ruang hati Luke. Luke menarik dagu Elena agar gadis itu mendongak menatapnya, mau tak mau Elena mendongak menatap wajah tampan Luke yang berada cukup dekat dengan wajahnya. Tak ada sedikitpun ekspresi di wajah rupawan dari pria di depan nya ini.

Dia manusia atau batu? tak berekspresi. batin Elena merasa aneh.

Luke berusaha menahan mati-matian senyuman yang akan terbentuk di bibirnya, ia mendengar batin Elena mengatai nya manusia atau batu. Yang jelas Luke bukan manusia dan juga bukan batu.

Luke menjepitkan ibu jari dan telunjuknya di dagu Elena kembali. "Apa yang sedang kau pikirkan? Elena." Tanya Luke mencoba berbicara lembut dan menghilangkan sikap ketusnya.

Elena mengerutkan kening nya, mengapa lelaki ini bisa tau nama nya. Yang Elena ingat Elena tak pernah memberi tahu nama nya pada pria di depan nya.

"Jelas aku tau semua tentangmu, Kau berada di sini karna rasa ingin tau mu yang besar, kau melihat sebuah istana megah dari pasar itukan? Dan kau sekarang berada di istana yang kau lihat beberapa hari itu" ujar Luke lancar, Luke sudah mengetahui kejadian dimana matenya berada di sini, bagaimana Luke bisa mengetahui itu, tentu saja karna ia memiliki kekuatan yang bisa menerawang masa lalu seseorang hanya dengan tatapan mata langsung maupun tak langsung.

Elena mencoba memberanikan dirinya untuk bertanya. Sebelumnya ia sudah memantapkan hati bahwa pria di depan nya ini tidak akan berbuat jahat padanya "Kau siapa?" tanya Elena meskipun suaranya terdengar terbata bata.

"Perkenalkan aku Luke Darwizen, aku adalah putra pertama dari Lord Edmans dan Queen Klarisa." Luke memperkenalkan dirinya sendiri kepada Elena.

Elena mengerutkan kening nya, ia sungguh tak mengerti apa yang dimaksud Luke. Jika difikir-fikir nama yang di sebutkan Luke seperti nama para pemeran tokoh di dongeng penghantar tidur. "Apa yang kau maksud? aku tak mengerti!"

Luke baru saja mengetahui bahwa matenya itu terlalu polos untuk memahami setiap ucapan nya "Kau akan tau dengan sendirinya nanti." jawab Luke, Ia bingung pada manusia seperti Elena, para leluhur kaum immortal sudah membuat dunia nya ini tak terlihat atau tak bisa dimasuki manusia manapun, tetapi. Mengapa Elena dapat menembus perisai itu?

Elena menunduk kembali "Apakah kau akan menghukumku lagi?" pertanyaan polos dari Elena membuat Luke langsung menatap sepenuhnya pada Elena tangan Luke sudah tak berada di dagu Elena lagi sehingga gadis itu bisa leluasa menunduk tanpa adanya gangguan.

"Tidak, sayang." Entah mengapa Luke merasa nyaman dengan panggilan sayang nya itu. Dan kata itu meluncur begitu saja dari mulut seorang Luke Darwizen yang dingin dan angkuh.

Elena merasa bertambah yakin bahwa pria di depan nya ini orang yang baik, terlihat dari sikapnya terhadap Elena yang terkesan lembut dan tidak kasar.

Elena menatap wajah Luke seperkian detik "Apakah di wajahmu itu tak memiliki sedikitpun senyuman?" tanya Elena, tentu saja Luke merasa tersindir dengan perkataan Elena, wajahnya dari dulu memang tak pernah ada senyuman.

"Apa kau mau melihat senyuman ku?" Tanya Luke, Elena langsung mengangguk lalu menatap wajah tampan Luke kembali.

Luke akan melakukan apapun demi membuat Elena merasa nyaman berada di dekatnya, jika harus tersenyum setiap harinya. Luke akan menyanggupi semua hal yang di inginkan matenya. Sekalipun harus menerbitkan senyuman di wajahnya setelah sekian tahun tidak pernah ia lakukan.

Perlahan Luke menunjukan senyuman tipisnya walau agak kaku untuk melakukan itu, dan Elena mengakui bahwa ketika Luke tersenyum ketampanan Luke bertambah dua kali lipat dari biasanya. Elena juga membalas senyuman Luke, Tanpa Elena sadari hati Luke berteriak karena senyuman Elena begitu manis dan membuatnya lupa akan kesadaran dirinya, Luke terpaku pada mata indah Elena.

Aku tak akan melepaskanmu Elena, Batin Luke bersumpah.

_________________TBC_________________

Masih ada yang pantengin layar hp masing-masing? Maaf yah atas ketelambatan saya untuk up. , maklumin aja saya masih seorang pelajar heheh☺ Oh yah makasih yang udah baca cerita aku dan aku berterima kasih pada kalian yang sudah meluangkan waktu untuk commen and vote. Commenan kalian membuat saya semangat mengetik ceritanya nya heheh. Oke sampai di sini terus tungguin saya up part selanjutnya yah

Salam manis dari aku bye😀

Continue Reading

You'll Also Like

16.8K 2.9K 42
Di dunia ini terdapat tiga ras yang mendominasi untuk saat ini, ras iblis, ras vampire dan satu lagi manusia, ketiganya memiliki perbedaan yang signi...
27.3K 3.1K 34
Katanya aku perempuan secantik matahari terbit, nyatanya aku tidak seperti itu. Alih-alih matahari, mungkin aku lebih mirip seperti bulan. Batuan gel...
18.7K 423 2
"Bilang ke Tuhan mu aku hanya mencintai umatnya, bukan hendak merebut mu darinya." #Cinta Beda Agama~
9.3K 1.1K 19
Cover by pinters Terinspirasi dari novel cry even better if you beg Eun hye merasa dirinya kehilangan kewarasannya sesaat ketika menyadari bahwa har...