Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]

Door Anindana

11.4M 734K 20.6K

Megan Penelope dimata Alceo Tyler adalah seorang perempuan yang sangat menyebalkan di kehidupannya. Disaat se... Meer

Prolog
BadBoy 1
BadBoy 2
BadBoy 3
BadBoy 4
BadBoy 5
BadBoy 6
BadBoy 7
BadBoy 8
Badboy 9
BadBoy 10 (1)
BadBoy 10 (2)
OPEN PO FATED!!!
BadBoy 11
BadBoy 12
BadBoy 13
BadBoy 14
BadBoy 15
BadBoy 16
BadBoy 17
BadBoy 18
BadBoy 19
BadBoy 20
BadBoy 21 (1)
BadBoy 21 (2)
BadBoy 23
BadBoy 24
BadBoy 25
BadBoy 26 (1)
BadBoy 26 (2)
BadBoy 27
BadBoy 28
BadBoy 29
BadBoy 30
BadBoy 31 (1)
BadBoy 31 (2)
BadBoy 32
BadBoy 33
BadBoy 34 (1)
BadBoy 34 (2)
BadBoy 35
BadBoy 36
BadBoy 37
BadBoy 38
Badboy 39
BadBoy 40
BadBoy 41
BadBoy 42
BadBoy 43
BadBoy 44
Epilog (End super End!)

BadBoy 22

195K 13.1K 227
Door Anindana

Jangan lupa Vote dan Comment ya 🙏🙏🙏

***

Perasaan Alceo jauh lebih baik ketika kembali ke mansion Keluarganya malam itu.

Megan memang hanya membiarkannya memeluk sampai ia merasa jauh lebih tenang tanpa berbicara apapun. Tepukan-tepukan kecil di bahunya juga membuat merasa lebih nyaman. Seakan Megan sedang mencoba mengutarakan kalau Alceo tidak sedang menghadapinya sendirian.

Tapi tentu saja itu hanya perasaan Alceo, karena Megan tidak tahu apa yang sedang ia hadapi. Bahkan Alceo tidak tahu apakah Megan akan berlari ribuan langkah menjauh kalau Alce memintanya menjadi ibu dari anaknya nanti.

Bicara mengenai Anak, Alceo merasa ia tidak bisa menunda lebih lama lagi proses pengecekan DNA tersebut. Ia telah menemukan rumah sakit yang tepat untuk menjalankan prosedur itu dengan usia kehamilan Barbara yang masih tergolong belia untuk menjalani proses itu.

"I'm home." Alceo berjalan menuju ke tangga mansion mewah itu sambil sibuk dengan pemikirannya.

Kalau ia membawa Barbara menjalankan prosesur itu, itu artinya ia harus meninggalkan Megan disini sendirian. Bukan berarti wanita itu tidak rela untuk ditinggalkan, bahkan mungkin Megan akan menari-nari karena tidak akan ada laki-laki yang menggodanya sembarangan lagi selama beberapa hari. Hanya saja, Alceo tidak yakin ia bisa berlama-lama berjauhan tanpa melihat perlawanan Megan.

"Marvel? Kau baru pulang?!" Suara Auryn yang tiba-tiba berlari keluar dari ruang makan dengan wajah terkejut, mengejutkan Alceo.

"Tentu saja. Kau bisa melihat sendiri aku masih memakai jas kerja, kan?" gerutu Alceo. "Kau sendiri, kenapa kau masih dibawah tengah malam seperti ini?"

"KAU BARU PULANG? KAU TIDAK SEDANG MENGERJAIKU, KAN?!" Teriak Auryn memaksa Alceo untuk bergegas mendekati gadis kembarannya itu dan membungkam bibirnya.

"Sudah malam, Auryn! Kau mau membangunkan Mommy dan Daddy?!" Omel Alceo.

Mata Auryn terbelalak dan langsung melepas tangan Alceo dengan satu hentakkan kasar. "Tanganmu bau alkohol!" Serunya.

Alceo meringis. "Apa perlu aku memberimu pengeras suara? Kau mau Mommy dan Daddy memarahiku, iya kan?" Tuding Alceo.

Wajah terkejut Auryn berubah menjadi penuh senyuman dan sedetik kemudian berubah lagi menjadi kesal. "Si bodoh itu membohongiku!" Geruru Auryn sebelum berlari meninggalkan Alceo yang kebingungan.

"Si bodoh? Si bodoh siap- Auryn kau mau kemana?!" Teriak Alceo sebelum mengikuti Auryn yang sudah berlari ke lantai dua dan menuju ke kamar yang sudah beberapa bulan belakangan ini kosong. Jangan katakan-

Untuk meyakinkan asumsinya, ia kembali melangkah setelah sempat terhenti beberapa saat untuk mengecek kebenaran dengan mata kepalanya sendiri.

***

Megan berdiri dengan gugup di depan pintu Lobby perusahaan yang sudah hampir setengah tahun ia datangi. Pandangannya menatap pantulan diri dari kaca jendela gedung.

"Meg, tenanglah sedikit. Tenanglah. Kemarin hanya pelukan. Kau bahkan pernah melakukan sesuatu yang lebih dari itu dan masih berani menatap matanya," gumam Megan berusaha mengatur napasnya. "Ah iya, kemarin hanya pelukan. Pelukan yang tidak memiliki maksud apapun. Sadarlah sedikit, Megan!!!" Tepukan kecil Megan berikan ke pipinya sendiri sebagai hukuman untuk menjadi wanita lemah.

Orang-orang yang belalu melewati Megan hanya bisa menoleh bingung melihat Megan berbicara bahkan menampar diri sendiri. Sedangkan yang di perhatikan tidak sadar kalau dirinya sedang menjadi objek tontonan.

"Hah! Baiklah. Bersikap seperti biasa, Megan!" Putusnya. Ia melangkah sekali, lalu memutar tubuhnya dan melangkah menjauh 10 langkah lalu membuka tas dan mengecek pantulan dirinya di depan cermin. "Ah sial, lipstikku terlalu pucat. Aku akan terlihat seperti hantu di CCTV nanti," gerutu Megan sambil mengeluarkan Lipstik warna lain dari dalam tas.

Semenjak Auryn memberitahunya mengenai keberadaan kamera tersembunyi itu, Megan jadi berhati-hati dalam melakukan apapun. Tidak tertawa terlalu lebar, tidak menggaruk kaki yang gatal, tidak membuka heelsnya sembarangan, tidak menguap, bahkan ketika ia tidak sengaja mengusap maskaranya, ia tidak mau terlihat panik dan segera menuju ke kamar mandi untuk membenarkan make upnya.

Jika dipikirkan sekarang, ia benar-benar bodoh.

Meski begitu, tetap saja Megan masih mencoba memperlihatkan penampilan terbaiknya. Alceo bisa saja sedang memperhatikanku. Itu yang Megan percayai.

"Megan, is that you?" Suara nyaring seseorang yang diingat Megan membuat wanita itu terkejut.

Megan segera membalik tubuhnya, menyembunyikan kaca juga lisptik yang belum sempat ia kenakan di balik tubuhnya dan kemudian suara benda yang terjatuh terdengar.

Lipstik Chanel ku!!!! Megan membatin sambil memejamkan kedua matanya. Ingin menangis saat sadar kalau benda yang jatuh barusan adalah lisptik kesayangannya yang ia beli dengan harga mahal.

"Apa yang kau lakukan disana?" Tanya Wanita cantik berambut cokelat dengan wajah ramah kepada Megan yang masih sibuk mengutuk kecerobohannya.

Megan membuka mata dan melihat Auryn juga Alceo berdiri di hadapannya dengan wajah kebingungan. Alceo sempat melirik kearah Lipstik Megan yang terjatuh sebelum Megan meraih benda itu dengan sedikit meringis dan menjejalkannya ke dalam tas.

"Tidak ada," jawab Megan berusaha tenang disaat ia sudah ingin berteriak kalau baru saja nyawanya hancur. Berlebihan memang menyamakan nyawa dengan lisptik, tetapi mengingat harga dan biaya hidup yang harus ia korbankan selama ini, itu cukup masuk akal.

Mata Megan kemudian bertemu dengan Mata Alceo yang menatapnya datar. Wajahnya kembali merona mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Megan segera menunduk untuk menghindari tatapan matanya dengan Alceo, lalu bergumam, "Mister dan Miss Tyler, saya hampir terlambat. Permisi."

"Memalukan!" Gerutu Megan yang sudah berlalu sedikit menjauh dari kedua orang itu. Benar-benar memalukan memang. Untuk apa ia harus salah tingkah seperti itu? Dan untuk apa jantungnya harus bertingkah seperti baru saja lari marathon 500 meter?

Tubuh Megan mendadak menegang ketika ada seseorang yang merangkulnya dari belakang. Disusul kemudian, wangi musk dan tubuh tegap seseorang yang dikenalnya, berdiri di sisi Megan tanpa ragu. "Kenapa tidak keatas bersama-sama?" Tanya Alceo.

Jantung Megan hampir copot mendapat rangkulan tiba-tiba seperti itu. Terlebih, di depan orang-orang yang sedang sibuk mengejar waktu di dalam lobby perusahaan. Semua mata jadi tertuju pada mereka.

Megan dengan cepat berhenti melangkah dan menepis tangan Alceo, lalu menatapnya tajam.

"Ada apa? Ada yang salah?" Tanya Alceo bingung.

Megan menggigit bibir dalamnya, menatap ke kanan dan ke kiri. Mata-mata itu masih menatap kearahnya ingin tahu.

Kalau ia menendang Alceo disana, tentu ia akan langsung menjadi musuh terbesar di perusahaan itu. Megan bisa membayangkan poster wajahnya terpampang di depan pintu masuk dengan tanda silang merah yang besar.

Tapi hati tatapan mata biru itu, sepertinya ada yang aneh.

Alceo masih menatap Megan dan baru akan berbicara sebelum seorang wanita tiba-tiba datang dan merangkul Megan, mengintrupsi keduanya.

"Kenapa melamun?" Tanya Claire. Ia menoleh mengikuti arah pandangan Megan dan tergagap. "A-ah, Selamat pagi, Mr.Tyler," sapa Megan.

Alceo memandang datar kearah Claire dan Megan bergantian. Ia lalu tersenyum dan mengangguk. "Selamat pagi."

Ketiga orang itu terdiam sampai Claire memutuskan untuk kembali berbicara, "apa kau masih mau berdiam disini, atau..."

Megan mengerjap kemudian menoleh kearah Claire. "Ah, tidak. Ayo, keatas." Megan menatap Alceo sejenak. Kemudian ia mengangguk kecil pada Alceo sebelum ia berlalu diikuti oleh Claire.

Megan sempat mendengar ponsel Alceo berbunyi sebelum ia masuk kedalam lift. Begitu mereka tiba di lantai 11, Megan tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya.

"Hei, apa menurutmu ada yang aneh pada Mr.Tyler?"

Claire yang merasa di ajak bicara kemudian menoleh dan mengangguk. "Iya, aneh!" Serunya pasti.

Megan baru akan bernapas lega karena bukan hanya ia yang merasa aneh dengan Alceo yang baru ia temui, sebelum Claire tiba-tiba melanjutkan ucapannya, "ketampanannya selalu berada pada batas maksimal setiap harinya. Aneh, apa yang menjadi rahasianya, ya?"

Megan tercengang mendengar ucapan Claire. Ia seketika berhenti melangkah, melihat punggung sahabatnya tidak percaya.

"Ada apa?" Claire berbalik dengan mimik wajah tidak bersalah.

"Aku rasa, kau yang aneh!" Gerutu Megan sedikit kesal. Ia lalu melanjutkan langkahnya dengan sedikit menghentak meninggalkan Claire yang kebingungan.

Megan tidak mengerti, tapi ia merasakan hal berbeda dengan Alceo yang ia temui tadi. Debaran itu memang masih terasa, tapi entah kenapa ia merasa hampa melihat laki-laki itu. Tidak seperti biasanya.

Atau sebenarnya, ia yang aneh?

***

Tbc

Semoga sukaaa 🙏

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

355K 12.6K 38
Mario Arkha Alexander. Cowok umur 16 tahun yang baru masuk SMA. wajahnya yang tampan rupawan membuat ia menjadi playboy tenar. Alyssa Gennifya Pradip...
2.6M 279K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
3M 47.2K 10
Shit! Aku memasuki altar pernikahan disaat aku tidak mengingat semuanya. Maksudku, aku sedang amnesia. Bahkan aku lupa siapa diriku sebenarnya tetapi...
5.5M 180K 37
[Cerita Telah Dihapus] Kisah seorang gadis bernama Ana Smith; yang berjuang untuk mempertahankan pernikahanya yang semakin hari semakin rumit dan pe...