Bahasa Indonesia - Struggle B...

By Cyrena0819

36.8K 2.8K 325

Language : Bahasa Indonesia Genre : Romance/Drama/Ghost-Ships WARNING! This full of MATURE and The ending is... More

Part 1 - What an Accident
Part 2 - Everything is a Joke
Part 4 - Another Color Story
Part 5 - The Taste of Lust
Part 6 - Decision to Make
Part 7 - The Coldest Night
Part 8 - Yesterday Heart Beat
Part 9 - Frame on the Past
Part 10 - One Foot in Two Boats
Part 11 - Love is Hurt
Part 12 - The Next Step of Love
Part 13 - The Love Challenges
Part 14 - The Lustful Break Up
Part 15 - Unexpectedly Life Drama
Part 16 - Love is a Bet
Part 17 - The Best Wedding Gift
Part 18 - Newly Life Couple
Part 19 - The Love Strategy
Part 20 - Have a Nice Dream
Part 21 - The Acted Never Lie
Last Part - My Answer for You
Bonus Part - The First Day of Honeymoon

Part 3 - The Different Story

2.1K 157 16
By Cyrena0819

Setelah Krist meninggalkannya, Singto sama sekali tidak pergi mencarinya atau menelponnya meminta penjelasan. Ia kembali bekerja seperti biasa, namun moodnya tidak sebagus biasanya.

"Ai'Sing, kau baik – baik saja? Kau tidak enak badan?" Tanya dokter Pha yang menyapanya di ruang loker.

"Aw, Pha..selamat pagi." balas Singto dan berpura – pura senyum.

Phana ada Dokter Specialis Tulang dan salah satu teman baik Singto di rumah sakit.

"Kau sudah sarapan pagi ini? Wajahmu pucat, kau tidak tidur tadi malam?" pria itu menghampirinya dan menyentuh dahinya, namun Singto segera menepis tangannya.

"Aku baik - baik saja, hanya sedikit masalah, masalah pribadi.."

"Ada yang bisa kubantu?" Pha tampak khawatir.

"Kurasa tidak, masalah perasaan, tidak ada yang bisa membantu...akan kuatasi sendiri.."

"Menarik.." komentar Pha singkat. "Masalah perasaan memang kompleks, kalau kau butuh teman untuk minum, aku bisa menemanimu.."

"Minum? Kau ingin mengajakku ke bar?" Singto tiba-tiba teringat akan Krist yang bekerja di Night club, "Akan kupikirkan...."

Pha kemudian berjalan menghampiri Singto dan merangkulnya sembari menepuk pundaknya ringan. "Aku hanya bercanda, aku tau kau tidak punya kebiasaan mengunjungi bar.."

"Bagaimana kalau makan siang bersama?" tambah Pha.

"Makan siang? Di kafetaria?" Singto meliriknya dengan mengangkat sebelah alisnya. "Kau tidak takut aku akan menarik perhatian semua fans mu?"

"Aku bisa berbagi denganmu..."

"Terima kasih, aku tidak akan menolak...." sahut Singto mengimbangi candaan Pha.

"Atau kau ingin makan diluar?" Tanya Pha mengalihkan topik.

"Kau mau mentraktirku?"

"Aku ingin makan berdua saja denganmu.."

"Kau sedang merayu wanita atau aku?" Tanya Singto menaikkan sebelah alisnya. "Hampir saja jantungku berhenti berdetak..."

Keduanya tertawa bersama dan berpamitan menuju ruangan praktek masing-maisng.

--------------------------------------------------------------------------

Seusai praktek, Singto berjalan menuju tempat parkir dan menyalakan mobilnya. Namun ntah nasib sial apa yang menimpanya, berulang kali ia menyalakan mesin mobilnya namun gagal. Tidak jauh dari tempatnya, Pha yang sedari tadi memperhatikannya berjalan keluar dari mobilnya seraya menghampiri Singto dan mengetuk jendela mobilnya.

"Kutebak, enginenya tidak mau menyala.."

"Kau pernah? Kau tau bagaimana mengatasinya?" Tanya Singto.

Pha menggeleng pelan.

"Kalau kau butuh tumpangan, aku dengan senang hati mengantarmu kemana saja kau mau." tawar Pha sambil menunjuk mobilnya.

Singto meliriknya sekilas, merasa tidak punya pilihan lain ia pun turun dari mobilnya dan mengikuti Pha.

"Langsung pulang?" Tanya Pha kembali. Singto meresponya dengan mengangguk ringan. "Atau mau makan malam bersama sebelum pulang?" tambah Pha.

"Kau terus mengajakku kencan hari ini..." balas Singto tanpa basa basi

"Kalau kau menganggapnya begitu juga tidak apa-apa..."

"Hari ini aku sudah cukup merepotkanmu, kau tidak takut seterusnya aku akan bergantung padamu?"

Pha memicingkan matanya memandangi Singto. "Aku tidak keberatan..."

"Jangan menggodaku..." ujar Singto.

Setelah itu, keheningan panjang mengisi perjalanan mereka menuju restoran yang tidak jauh dari rumah sakit. Setelah makan Pha kembali mengantarkan Singto pulang.

"Kemarin aku mempelajari sebuah hal..." Singto mengangkat topik tiba – tiba.

"Apa?" pria yang tinggi terdengar bingung.

"Memaksakan sesuatu hal yang mustahil, kedengarannya sangat konyol..."

"Ha? Aku tidak mengerti..."

"Aku juga tidak...haha.." lanjut Singto tertawa garing. "Lupakan kata-kata ku barusan...kurasa aku butuh minum.."

"Kau butuh psikiater?"

"Kau pikir aku tidak waras?" tukas Singto menyengir tipis. "Kau bisa mengantarku kembali ke rumah sakit?"

"Kembali ke rumah sakit?" Tanya Pha ragu, "Kau yakin?"

Singto mengangguk ringan. "Kau ada urusan apa di sana? Ingin mengecek mobilmu lagi?" Pha bertanya penasaran.

"Tidak, turunkan aku di depan Seven Day Pub..." balas Singto.

"Ha? Night club?" seru Pha kaget. "Bukankah...katamu minum di Pub sungguh merepotkan? Kenapa tidak minum di rumah saja?"

"Aku hanya ingin ke pub, bukan mabuk..."

Pha memutar bola matanya sejenak dan tampak bingung. "Tidak mengajakku?"

"Kalau kau ingin ikut ya ikut aja. Aku malah senang ada yang menemani.." ujar Singto, Pha mengangguk ringan

Setelah memarkir mobil, keduanya berjalan masuk ke dalam Pub, saat itu waktu menunjukkan pukul delapan lewat dua puluh.

Suara music yang dibawakan oleh band Krist menggema ke seluruh ruangan di dalam Pub tersebut. Singto dan Pha mengambil tempat duduk di depan meja bartender sehingga bisa memesan minum sambil menyaksikan pertunjukan musik.

Mereka tampak menikmati penampilan yang di bawakan oleh Krist dan group bandnya, musiknya terdengar bersemangat. Krist tampak kaget dengan kehadiran Singto di cafe tempat ia bekerja. Ia tampak tertegun sejenak, jari-jarinya berhenti di udara. Namun sedikit dari tamu-tamu yang menyadarinya karena ia hanyalah pemain drum.

"Krist, kau kenapa? Kau seperti melihat hantu?" Tanya salah satu gitaris.

"Eh? ti-tidak apa-apa...maaf..." sahutnya terenyak dan kembali bermain.

Pha mengorder dua gelas Classic Martini untuk mereka. "Cheers!" serunya sambil menyodorkan minuman pada Singto. Mata Singto tertuju pada vokalis band yang sedang bernyanyi, ia berusaha untuk tidak memandang ke arah Krist.

"Kau kenal dengan vokalisnya?" Tanya Pha mengikuti arah pandangan Singto. Singto hanya menggeleng pelan menanggapi pertanyaan Pha dan melanjutkan minumnya.

"Kau tertarik dengannya?" Tanya Pha lagi.

Singto mengalihkan tatapannya pada Pha dan menyahut. "Kalau aku menatapmu seperti ini, apakah menurutmu aku tertarik padamu?"

Pha membersihkan tenggorokannya dengan gugup. "Kalau kau melakukannya lebih dari sepuluh detik, aku bisa saja salah paham..."

Singto tersenyum sinis lalu kembali mengorder minuman dari bartender dan menghabiskannya dalam sekali teguk kemudian memesan kembali.

"Hey, kau bisa mabuk!" seru Pha berusaha merebut gelas di tangan Singto namun segera di tepis olehnya.

"Yang menyetir kan kau.." protesnya.

"Ya...tapi kau ini dokter, ingat?" tukas Pha lagi.

"Kau berhak menegurku kalau ini di rumah sakit..." balas Singto tidak mau kalah. "Tapi ini adalah Pub, jadi jangan menghalangiku..."

Pha tidak dapat berbuat apa-apa selain memandangi Singto yang meneguk gelas demi gelas. Tidak jauh dari mereka terdapat sepasang mata yang juga menatap lurus ke arah mereka.

Singto yang sudah tidak sadarkan diri,  terhuyung jatuh dari kursi yang ia duduki, namun segera di sambut oleh Pha yang berada di dekatnya. Setelah membayar tagihan, pria itu segera memapah Singto keluar dari tempat tersebut dan membaringkannya di kursi penumpang.

Pha mengantarkan Singto kembali ke rumahnya dan mengeluarkan Singto dengan susah payah dari dalam mobil karena pria itu tidak berhenti menggeliat. Ia memapahnya Singto berjalan terhuyung-huyung sampai di depan pintu elektronik, lalu menjulurkan tangan Singto untuk membuka pintu dengan fingerprint. Setibanya di dalam mereka harus menuruni anak tangga untuk mencapai kamar tidur Singto. Pha pun kemudian mengangkat tubuh Singto dengan gaya bridal dan menuruni anak tangga dengan hati-hati.

"Jangan bergerak atau kita akan jatuh bersama!" seru Pha bercucuran keringat.

"Aku haus...tuangkan minuman untukku....cheerss...!!!" Singto menggeliat di dalam dekapan Pha hingga membuat langkah pria itu sempoyongan.

"Ai'Sing!!!"

"Aku seperti sedang terbang...hahaha...eh bukan aku sedang berenang..." Singto menggerakkan tangannya kesegala arah.

Pha mempercepat langkahnya dan berharap segera tiba di lantai dasar, namun saat menginjak anak tangga terakhir ia kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur. Pha jatuh dengan posisi di atas Singto dimana tangan kanannya berusaha melindungi kepala Singto dari benturan dan tangan kirinya mendekap pinggang Singto erat. Ketika tersadar, wajahnya tepat berada di depan wajah Singto yang merah merona karena mabuk.

"Ugh....!!!" Singto meringis kesakitan dalam tidurnya.

Pha menatap mata yang terpejam itu lama, lalu perlahan turun ke bibir. Jantungnya berdegup kencang, sambil menjilati bibirnya yang kering tanpa sadar dan merasa haus.

"Ai'Sing...apakah kau menyadarinya?" bisik Pha. "Aku memiliki perasaan padamu sejak lama, aku berharap bisa memberitahumu, tetapi aku tidak tau caranya..."

Perlahan ia menurunkan kepalanya dan menyentuh bibir Singto dengan bibirnya. Ia terpaku selama beberapa detik, matanya menatap lurus ke arah Singto yang terpejam, lalu perlahan ia mengesap bibir pujaan hatinya pelan tanpa suara. Semakin lama gerakannya semakin intense, ia berusaha memaksa lidahnya untuk masuk ke dalam mulut Singto.

Sementara itu Singto yang tidak sadarkan diripun menuruti instruksinya, keduanya berciuman selama beberapa menit di lantai yang dingin. Tanpa disadari tangan Pha bergerak dari pinggang merayap masuk ke dalam T-shirt Singto. Ia meraba beberapa titik sensitive di tubuh Singto dan membuat Singto terangsang dan mendesah pelan.

Ketika hendak melepaskan T-Shirt Singto, Pha menyadari jika sekeliling mereka tidak aman dan tidak nyaman. Ia pun segera berdiri dan mengangkat tubuh Singto menuju kamar tidur dan membaringkan tubuh pujaan hatinya di atas kasur yang empuk.

Sebelum melampiaskan hasratnya, ia terlebih dahulu melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan boxer. Ia juga tidak lupa melepaskan pakaian Singto. Selanjutnya ia merangkak perlahan ke atas Singto dan kembali mencumbuinya sambil menyentuh seluruh tubuh pria di bawahnya dengan jari tangannya. Singto tampak menikmati pelayanan yang diberikan Pha dalam tidurnya dan tidak berhenti mendesah.

Setelah cukup bermain diatas tubuh bagian atas Singto turun perlahan ke bawah menelusuri lekuk tubuh Singto menuju ke selangkangannya. Pha mengusap junior Singto yang masih terbungkus boxer dengan lembut sambil mengulum bibir sexy Singto, membuat pria yang tidak sadarkan diri itu mengerang nikmat.

Pha dapat merasakan junior Singto mulai bangun perlahan, ia menggerakkan matanya ke bawah, melepaskan boxer dan memposisikan dirinya untuk mengeksplornya. Kini Singto sepenuhnya telanjang di depannya dengan junior yang berdiri tegak di depan wajahnya. Pha meraih batangnya dan memasukkannya kedalam mulutnya perlahan, membuat Singto mendesah lagi.

Tampak seulas senyuman terukir di wajah Pha saat melakukan itu. Ia lalu menggerakkan lidahnya di dalam untuk memijat titik sensitive Singto, sesekali meremasnya, menghisapnya kuat dan menggerakkan kepalanya, seolah – olah pria yang satunya sedang memompa di dalam mulutnya. Setelah beberapa saat, Singto akhirnya mengeluarkan cumnya.

Pha dapat merasakan juniornya yang menegang utuh dibalik boxernya dan menunggu giliran untuk dimanja. Ia menyambar lubricant di laci disisi tempat tidur dan mempersiapkan semuanya dengan cepat.

Singto terenyak seketika ketika jari-jari Pha menusuk bokongnya dan mencoba melakukan stretching, namun efek alcohol melemahkan saraf di sekujur tubuhnya, ia membuka mata dan melihat samar-samar pemandangan di depannya, meskipun kabur, namun ia bisa merasakan nyeri pada tubuh bagian bawahnya dan berteriak seketika.

Singto berusaha menarik tangan Pha, namun Pha segera mengunci tangannya erat di sisi kepalanya dan mengarahkan ujung membernya di depan jalan masuk setelah mengeluarkan jarinya.

"Pha?! Apa yang kau lakukan?" tanya Singto syok.

Namum belum sempat ia menyadari apa yang terjadi, Pha segera mendorong ujung membernya masuk ke dalam hole Singto, membuat pria itu berteriak kesakitan hingga ia mendorong membernya masuk dengan sempurna.

"Kau gila?! Apa yang kau lakukan padaku?!" Singto meringis kesakitan. "Keluar sekarang!!!" ia berteriak sambil berusaha mendorong tubuh Pha, namun Pha segera mengunci tangannya ke atas kepalanya. Singto tidak bisa melawan karena masih berada di bawah pengaruh alcohol dan mabuk berat.

"Ssshhh!!!" Pha mencoba menenangkannya. "Biarkan aku menyelesaikannya, Sing! Kumohon!"

"Kau mabuk?!"

"Aku akan menjelaskannya nanti!" ujar Pha lalu mulai menggerakkan pinggulnya dengan ritme sedang, mendorong dengan kuat dan dalam menubruk prostate gland di dalam tubuh Singto dan membuatnya mengerang nikmat.

"Relax, Sing!" Pha berbisik di telinganya sambil menaikkan ritme gerakannya.

Singto yang sadar tidak dapat berbuat apa-apa akhirnya mengunci rapat mulutnya dan membiarkan Pha menyalurkan hasratnya sambil menikmati service. Ketika hampir mencapai klikmaks, Pha memaksa menciumnya dengan penuh gairah dan menstimulasi juniornya agar cum bersama.

Setelah membersihkan diri dan membereskan sisa kegiatan mereka, Pha dan Singto duduk bersama di tepi kolam renang dengan kikuk. Singto bersandar di meja sambil menekan kepalanya yang terasa berat oleh alcohol menolak melihat Pha.

"Aku...ingin mengakui sesuatu padamu..." ujar Pha membuka pembicaraan.

"Kau gay?"

"Bu-bukan begitu!" Pha berkata dengan gugup. "Aku tidak tidur denganmu karena aku gay...aku..." Pha merasa risih dengan label 'gay' yang dituduhkan oleh Singto padanya.

"Jangan menyebutku gay...karena aku bukan!" tukas Pha.

"Lalu kau pikir aku wanita?"

"Aku tau ini tidak masuk akal...tetapi...aku sungguh tertarik padamu, aku sudah mencoba memendam perasaanku sejak tiga tahun yang lalu...""

Singto tersenyum menyeringai dan membalas. "Hoo...apakah penampilanku seperti wanita sehingga membuatmu tertarik?"

"Oke, anggap saja aku benaran gay, tetapi kau adalah satu – satunya pria yang membuatku tertarik!" Pha menegaskan. "Lalu apa pointnya? Memangnya ada yang salah?"

Singto menatap pria itu lurus, pikirannya melayang memikirkan Krist. 'Pha benar, memangnya salah jika menyukai seseorang meskipun hal itu melanggar kodrat. Bukankah dirinya juga tertarik pada Krist pada pandangan pertama, padahal ia pikir dirinya bukan gay, mungkin naluri pria dapat berubah dengan mudah..'

Kini ia sadar jikalau ia sedang menerima karma akibat perbuatannya. Apa yang Pha lakukan padanya sama seperti apa yang ia lakukan pada Krist. Mungkin ia pantas mendapatkannya, pikir Singto.

"Ai'Sing, kau mendengarkanku?" Tanya Pha menyadarkan Singto dari lamunannya.

"Sejak kapan?" tanya Singto. "Kau...menyukaiku?"

Pha berhenti sejenak sebelum membalas. "Kau ingat saat kau mengalami kecelakaan tiga tahun lalu?" tanya Pha. ""Ketika aku berada di sisimu sebagai dokter pribadimu waktu itu, merawatmu, membantumu menjalani terapi jalan, aku tidak tahu bagaimana perasaan itu muncul, semuanya muncul begitu saja..."

"Mungkin aku sedang berduka dan merasa kesepian pada waktu itu, karena nenekku baru saja meninggal..." ia berhenti.

"Kenapa kau tidak memberitau ku selama ini?" lanjutnya bertanya.

"Huh?"seru Pha kaget dan tidak menyangka Singto akan bertanya seperti itu. "Bagaimana caranya aku jujur padamu? Kita sama-sama pria, kau pasti akan syok dan menganggapku gila..bahkan kau mungkin akan menendangku keluar dari rumahmu atau rumah sakit..."

"Dan aku tidak ingin itu terjadi, aku tidak ingin berpisah darimu...atau kau membenciku... jadi aku berusaha mencoba menjadi temanmu, agar aku bisa tetap dekat denganmu..."

Singto memicingkan mata menatapnya. "Lalu sekarang kau pikir aku tidak akan melakukan hal yang sama? kau bahkan sudah bertindak terlalu jauh! Apa yang telah kau lakukan? Memperkosaku saat mabuk?! Aku tidak bisa mempercayai ini!" bentak Singto dengan emosi.

"Maafkan aku" ujar Pha menyesal. "Aku tidak bisa mengontrol diri..."

"Tidak bisa mengrontrol diri?"" ulang Singto. "Haha... jawaban yang bagus..." Singto tertawa.

"Aku benar-benar menyesalinya, Ai'Sing! Aku minta maaf!"

"Sudah terlambat untuk menyesal! Katakan apa yang kau pikirkan? Apa rencanamu selanjutnya?"

Pha menatap pria di depannya serius dan menggenggam tangan Singto erat. "Aku akan bertanggung jawab, berkencanlah denganku!"

Mata Singto terbelalak lebar dan terkejut dengan pengakuan Pha, ia kembali teringat percakapannya dengan Krist beberapa waktu lalu di tempat yang sama.

"Aku tahu hubungan kita tidak akan bisa sama seperti dulu lagi, setelah apa yang kulakukan padamu, tetapi aku tidak ingin kehilanganmu sekarang, aku juga tidak akan kehilangan persahabatan di antara kita, aku mencintaimu, dan aku berharap kita bisa melangkah tahap hubungan berikutnya... "

Singto tidak menjawab, dia mencoba menenangkan dirinya sendiri dan membiarkan Pha meyakinkannya.

"Aku tau ini kedengarannya tidak masuk akal dan hubungan seperti ini tidak mudah, dan aku tau kau masih tidak dapat menerimanya..." Pha berhenti sejenak dan menambahkan. "Kita bisa merahasiakan hubungan ini...sampai suatu hari nanti saat kita sudah siap untuk memberitahu dunia..."

Kini ia tau apa yang dirasakan oleh Krist waktu itu. Krist mungkin juga syok sama sepertinya dan mungkin ia juga tidak memliki perasaan yang sama padanya, namun terpaksa menyetujui idenya karena sesuatu alasan yang tidak ia ketahui.

Singto tenggelam dalam perasaannya sendiri selama beberapa saat sebelum ia membuka mulut merespon pernyataan Pha padanya.

"Baiklah, aku setuju..." jawab Singto ragu-ragu. "Kita bisa mencobanya..."

Tampak seulas senyuman terukir di wajah Pha mendengar jawaban Singto, ia pun langsung menarik tubuh Singto dan memeluknya erat.

Singto sadar bahwa keputusannya sangat bodoh, ia berharap bisa melupakan Krist atau sesungguhnya ingin mengetahui apa yang Krist rasakan saat berada di posisinya, ia ingin mencari tau jawabannya.

to be continue..... 

Continue Reading

You'll Also Like

242K 17.9K 67
Disini aku cuma nge TL Bagi kalian yang gak suka Homo/Gay,kalian bisa pergi dari sini Demi kenyamanan bersama Synonyms: 光响 Author: D-kun/D-Jun Transl...
87.1K 3.9K 25
Wajib follow sebelum baca 💕 [Sebagian dimasukkan dalam draft karena proses revisi] Rara menghembuskan nafasnya kasar, rasa cemas berkecamuk di bena...
63.8K 4K 15
Kami saling mencintai, saling memiliki, dan saling melengkapi. Tapi cinta tidak semuanya harus memiliki, kadang juga harus melepaskan. Aku selalu be...
5.4K 370 11
A story and inspiration from ' Trust In Me Again' by @ManiakKrisHun Cerita ini terinspirasi dari salah satu FF favoritku. Ketika kompensasi yang di b...