Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]

Oleh Anindana

11.4M 734K 20.6K

Megan Penelope dimata Alceo Tyler adalah seorang perempuan yang sangat menyebalkan di kehidupannya. Disaat se... Lebih Banyak

Prolog
BadBoy 1
BadBoy 2
BadBoy 3
BadBoy 4
BadBoy 5
BadBoy 6
BadBoy 7
BadBoy 8
Badboy 9
BadBoy 10 (1)
BadBoy 10 (2)
OPEN PO FATED!!!
BadBoy 11
BadBoy 12
BadBoy 13
BadBoy 14
BadBoy 15
BadBoy 16
BadBoy 17
BadBoy 18
BadBoy 19
BadBoy 20
BadBoy 21 (1)
BadBoy 22
BadBoy 23
BadBoy 24
BadBoy 25
BadBoy 26 (1)
BadBoy 26 (2)
BadBoy 27
BadBoy 28
BadBoy 29
BadBoy 30
BadBoy 31 (1)
BadBoy 31 (2)
BadBoy 32
BadBoy 33
BadBoy 34 (1)
BadBoy 34 (2)
BadBoy 35
BadBoy 36
BadBoy 37
BadBoy 38
Badboy 39
BadBoy 40
BadBoy 41
BadBoy 42
BadBoy 43
BadBoy 44
Epilog (End super End!)

BadBoy 21 (2)

195K 13.5K 188
Oleh Anindana

"Kau berkata kalau itu adalah ide yang bagus dan kau sangat menantinya," gumam Gary sambil menatap laki-laki di hadapannya dengan ekspresi bingung.

Laki-laki itu tiba-tiba saja datang dan menodongnya dengan pertanyaan tidak penting setelah sekian lama menghilang.

Kalau di perhatikan, penampilan laki-laki itu sama sekali tidak terlihat biasa.

Alceo, laki-laki yang menodongkan pertanyaan atau lebih tepatnya, fakta, kepada Gary barusan memucat. Kapan ia pernah setuju dengan ide gila untuk mengabadikan aktivitas ranjangnya selama ini?! "Oh My God, i'm screw..." ia menekan kedua sisi kepalanya dengan kencang.

"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Gary prihatin melihat sahabat yang juga Bosnya.

Alceo masih menggerutu sendiri. Ia mengabaikan pertanyaan Gary hingga Gary tiba-tiba menggoyang tangannya dan berbisik, "lebih baik kau berbalik dan lihat siapa yang sedang berjalan menuju kemari."

Alceo mengadahkan kepala dan berbalik dengan cepat.

Suasana kafe malam itu ramai, tapi keramaian itu tidak membuat Alceo kesulitan menemukan siapa yang Gary maksudkan.

Ia mengira kalau ia telah mabuk hanya dengan mencium wangi alkohol saat melihat wanita itu berjalan menghampirinya dengan wajah kikuk dan kini terlihat menyesal setelah Alceo mendapati kehadirannya.

Dari 1 sampai 1000 kemungkinan, Alceo yakin kalau tidak ada satupun kemungkinan yang dapat membuat wanita itu menghampirinya tanpa perintah. Jadi wajar bagi Alceo yang tidak percaya saat wanita itu kini sudah berada di sebelahnya dan duduk di kursi kosong.

"Apa disini ada orang?" Tanyanya pada Gary.

"Tidak, Miss. Silahkan." Gary mempersilahkannya untuk duduk sambil melirik kearah Alceo, menunggu persetujuan. "Mau memesan minum, Miss?" Tanya Gary berbasa-basi.

Wanita itu melirik kearah meja Alceo, lalu bergidik. "Berikan aku yang sama sepertinya."

Gary terdiam sebentar dan kembali melirik Alceo yang sama sekali tidak melepaskan pandangan dari Wanita itu sedetikpun. Gary menunggu kata keberatan dari Alceo, tapi tidak ada. Maka Gary hanya mengangguk dan membuatkan pesanan wanita itu.

Alceo tidak percaya dengan daya imajinasinya. Apa ia sebegitu frustasinya sampai bisa membayangkan hal yang paling mustahil terjadi seperti ini?

"Kenapa kau melihatku seperti itu? Kau keberatan aku duduk disini?" tanya wanita itu sambil menyipitkan matanya.

Alceo sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. Spontan ia menggeleng dan tergagap, "a-ah tidak... kau... apa yang kau lakukan disini?" Tanya Alceo bingung.

Bertepatan dengan itu, Minuman pesanan wanita itu disuguhkan oleh Gary.

Melihat keseriusan dari mata Alceo, Gary memutuskan untuk tidak ikut campur dan melayani pengunjung lain.

Wanita itu menatap gelas berisi cairan bening dan potongan jeruk nipis di sampingnya ragu. Ia sendiri tidak tahu apa yang membawanya kesana, menghampiri Alceo, dan duduk lalu memesan minum yang sama dengannya seakan ia mengharapkan waktu berbincang yang lama setelah ini.

"Megan," panggil Alceo membuat wanita di sampingnya menoleh. "Kau benar Megan, kan?"

Wanita bernama Megan itu mencibir atas pertanyaan Alceo. Kenapa laki-laki itu masih perlu bertanya? "Bukan, aku kembarannya!" Jawab Megan ketus.

"Benarkah?" Tanya Alceo terkejut.

"Tentu saja tidak, Mr.Tyler! Lagipula mana ada orang yang berwajah mirip? Meskipun kembar, pasti ada yang sesuatu yang bisa membedakannya," gerutu Megan.

Alceo tersenyum dan menopang sisi wajahnya. "Benarkah? Ada yang bisa membedakan?" Megan mengangguk yakin mendengar pertanyaan Alceo. "Kau belum bertemu dengan kembaranku berarti."

"Sudah," jawab Megan spontan.

Alceo mengernyit dan mengulang jawaban Megan dengan penuh rasa penasaran. "Sudah?"

Megan terdiam beberapa detik. Ia salah berbicara. "Ah maksudku... k-kalian cukup terkenal, jadi aku pernah melihatnya di majalah. Atau televisi? Atau selembaran? Entahlah," bohong Megan. Ia tidak bisa mengatakan kalau pagi tadi ia baru bertemu dengan kembaran laki-laki itu.

Akibat salah tingkah, ia langsung menyambar gelas di hadapannya, meneguknya hingga tandas dan meringis sambil mengernyit. "Pahit..."

Alceo menyerahkan potongan jeruk nipis yang langsung disambar Megan untuk menetralkan rasa tidak karuan di dalam mulutnya.

Begitu merasa lebih baik, Megan langsung menatap Alceo dengan kening berkerut. "Kenapa kau memesan minum seperti ini?" Protesnya.

Alceo terkekeh menanggapi protesan Megan. "Kenapa juga kau tidak memesan minuman lain?" Alceo balas bertanya.

Megan berdecak dan tidak lagi menjawab pertanyaan Alceo. Ia menggeser gelas kosong itu sejauh-jauhnya sambil sesekali ia bergidik membayangkan rasa minuman itu.

"Kau belum menjawab pertanyaanku. Apa yang kau lakukan disini?" Alceo mengulang pertanyaannya. Ia meneliti raut wajah Megan dari samping.

"Ini tempat umum," jawab Megan.

"I'm aware of that," gumam Alceo menahan senyumnya ketika melihat Megan bergerak gelisah mencari sebuah alasan. "Tapi kau pasti mengerti kalau aku bukan menanyakan alasan yang itu, kan?"

Megan meringis. Tentu saja ia tahu. Bahkan ia juga tidak mengerti kenapa ia memilih menghampiri Alceo ketimbang bersenang-senang dengan teman-temannya di lantai atas.

"Kau ingin bicara sesuatu denganku, Ms.Penelope? Sepertinya kau... terlihat ingin menyampaikan sesuatu padaku sejak berpapasan di lift pagi tadi," tebak Alceo. "Atau hanya perasaanku saja?"

"Hanya perasaanmu," jawab Megan dengan sangat cepat.

Reaksi spontan Megan barusan membuat Alceo menarik sudut bibirnya dan semakin memperhatikan Megan yang kini sudah menunduk seakan menyesali jawabannya.

Kenapa wanita acuh yang selalu melawan ucapannya dan membuatnya terus menerus mengelus dada, mampu membuatnya nyaman dan tenang disaat pikiran dan hatinya kacau?

Kehadiran Megan membuat Alceo menjadi suka berandai. Suatu hal yang sama sekali bukan mencerminkan dirinya yang selalu berpikir secara realistis.

Andai ia bertemu Megan lebih cepat. Andai ia tidak sebrengsek ini, apa Megan mungkin bisa menerimanya?

Pengandaian itu kembali membawa Alceo ke beberapa jam yang lalu di Apartemennya.

Perbincangan, atau lebih tepatnya Alceo katakan bisikan setan, yang hampir membuatnya pasrah dan menjadi laki-laki lemah yang terjadi di antara ia dan Barbara, kini membuatnya mengalami dilema yang besar.

"Temani aku..."

Alceo menghentikan gerak tangan Barbara tepat sebelum tangan itu menyentuh sesuatu yang telah menimbulkan masalah pelik sekarang ini.

Barbara menatap Alceo dengan tatapan menggoda dan senyuman manisnya. "Kenapa?"

"Semua ini salah, Barbara," gumam Alceo sambil melepaskan diri dari kuasa Barbara. "I can't, i'm sorry. Kau mungkin salah paham atas perlakuanku selama ini, tetapi, i never love you. I can't marry you and i..." mata Alceo turun mengarah ke perut Barbara. Ia meragu.

"Aku tahu kau tidur dengan banyak wanita, Marvel. Aku juga tidak berharap cinta darimu." Setelah cukup lama terdiam, Barbara kembali bersuara. "Tapi anakmu tumbuh disini. Apa kau tega menelantarkannya?"

"Kalau dia memang anakku, aku akan membesarkannya. Tapi tidak akan ada pernikahan," ujar Alceo.

Barbara meringis. Detik kemudian Barbara tertawa dan tawanya semakin kencang. "Itu lelucon terlucu yang pernah kudengar," sahut Barbara ditengah tawanya. "Apa yang kau harapkan sebenarnya? Let's say, aku bersedia menjual anak ini padamu-"

"Bukan menjual, Barbara! For God sake! Apa yang kau bicarakan?!" Tanya Alceo murka.

"Lalu kau mengira aku akan membiarkanmu mengambil anak ini secara gratis? Setelah aku mengandungnya selama 9 bulan?" Tanyanya menantang. "Pilihannya hanya dua, kau menikah denganku, atau kau membeli anak ini."

"Kau gila!!" Teriak Alceo. "Ibu mana yang mau menjual anaknya sendiri?!"

"Well, itu gunanya anak ini pada dasarnya. Untuk mendapatkan uangmu," jawabnya santai sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Kembali lagi, kalaupun kau mengasuh anak ini, apa kau yakin, wanita-wanitamu yang lain tidak akan keberata dengan statusmu yang sudah memiliki anak?" Ia tersenyum meremehkan. "Kau akan kehilangan pesonamu, Alceo. Sedangkan kalau kau menikah denganku, kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan dengan mudah. All you need to do is ask. Maka aku..." Barbara kembali berjalan mendekat dan melarikan jemarinya ke sepanjang dada bidang Alceo kemudian berbisik, "akan dengan senang hati memuaskanmu."

Tubuh Alceo menegang. Barbara menarik diri sambil tersenyum penuh kemenangan. "Mudah,kan? Kau puas, aku bahagia dengan kekayaanmu, dan anak ini memiliki keluarga."

Wanita ular itu tidak waras kalau mengira Alceo akan dengan mudah menerima tawaran itu. Meskipun Barbara adalah wanita terakhir di dunia ini, Alceo tidak akan lagi masuk ke perangkap wanita licik yang rela menjual anak hanya demi uang.

"Hei, Mr.Tyler! Hei!!" Teriak Megan berkali-kali sambil mengguncang tubuh Alceo. Mencoba menarik Alceo dari alam bawah sadarnya. Ketika Alceo mengerjap dan merespon panggilannya, Megan menghela nafas lega. "Hampir saja aku memanggil sekuriti untuk menyadarkanmu. Lagipula, bagaimana bisa kau melamun ditengah suara bising seperti ini? Dasar orang aneh!"

Alceo tersadar kalau ia sudah cukup lama melamun. Apa yang telah ia lewatkan, ia tidak tahu. Tapi melihat wajah kesal Megan, sepertinya cukup lama hingga kesabaran wanita yang selalu berusaha mempertahankan keprofesionalannya itu hancur berantakan.

"Apa aku melewatkan sesuatu?" Tanya Alceo ragu-ragu.

"TIDAK ADA!" Jawab Megan ketus. Ia menbuang wajah meronanya ke arah lain lalu ia berbisik sambil bergumam sendiri, "sepertinya dia tidak mendengarnya. Ya sudahlah, lagipula apa gunanya? Siapa juga yang akan percaya kalau aku bilang perasaanku yang membawaku kemari karena mengkhawatirkannya? Yang ada dia akan menertawakanku dan merasa menang. Perasaan bodoh! Kenapa juga aku mengira hidung belang ini sedang ada masalah dan butuh teman bicara?!"

Seluruh bisikan itu dapat didengar jelas oleh Alceo yang saat ini tidak bisa menahan senyumannya. Perasaan Megan yang membawanya kemari? Jawaban macam apa itu?

"SUDAHLAH, AKU KEMBALI SAJA! BYE!!!" Megan tiba-tiba berbalik hingga Alceo secara spontan menarik diri sedikit kebelakang. Wanita itu kembali dalam mode galaknya setelah misuh-misuh sendiri beberapa detik lalu.

Megan turun dari kursi bar sambil meraih tas tangannya.

Alceo memperhatikan gerak Megan dan sebelum Megan melangkah lebih jauh, Alceo ikut turun dari kursi bar, menarik tangan Megan dan memeluk wanita itu erat.

"Apa-apaan in-"

"Mungkin perasaanmu benar. Aku memang memiliki masalah," bisik Alceo.

Megan terbelalak. Wajahnya kembali terasa panas yang Megan yakini, bukan efek dari alkohol yang baru ia tenggak.

"Tapi aku memerlukan sandaran untuk saat ini," ucap Alceo membuat Megan urung mendorong tubuh Alceo menjauh. "Biarkan aku memelukmu. Aku tidak akan macam-macam, aku janji," sambungnya.

Megan membiarkan dirinya hanyut di dalam pelukan Alceo sekali lagi. Ia mencium aroma tubuh laki-laki itu dalam-dalam, menikmati hangat yang menjalar ke hatinya.

Perlahan, Megan menggerakkan tangannya melingkar di balik bahu Alceo, membalas pelukannya.

"Terima kasih... Megan. Terima kasih karena sudah mengikuti perasaanmu dan datang menemuiku," bisik Alceo tepat di telinga Megan.

Megan semakin menenggelamkan wajahnya di dada Alceo. Pikirannya tahu ia salah dengan memeluk Alceo, memenuhi ucapan Auryn yang ternyata memiliki efek lebih parah dari yang ia kira. Tapi hatinya menolak untuk menguraikan pelukan ini dan memaki laki-laki itu.

Ia lelah berlari. Ia lelah menjadi pengecut yang terus menghindari perasaannya dan membohongi dirinya.

Kedua tangannya meremas kemeja bagian belakang Alceo. Meskipun sudah sejauh ini, sepertinya masih sulit bagi Megan untuk mengatakan kalau ia ternyata peduli akan apa yang sedang menimpa Alceo saat ini.

Maka Megab hanya bisa membiarkan Alceo memeluknya hingga laki-laki itu kembali tenang dan menceritakan apa yang ingin ia ceritakan nanti.

***

Tbc

Maaf kalau membosankan 🙏🙏🙏

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

21.2M 751K 68
[[Tidak diRevisi]] [[Completed]] 21+ Ada beberapa part yang berunsur dewasa. Dimohon menjadi membaca yang bijak. Nichole Scrott adalah anak dari pa...
1M 62.7K 43
Bos gue ganteng, tapi sifatnya.... MASYA ALLAH..... mau nangis aja rasanya :( Dalam proses editing per chapter untuk publish ulang. Receiving 1.2M re...
3.6M 17.3K 6
*** Di usia yang masih belum genap 17 tahun lesy sudah harus menjadi istri dari wali kelasnya sendiri. Selisih usia yang terpaut cukup jauh, membuat...
1.1M 52.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...