Would You Still Love Me The S...

By xcumbag

174K 9.9K 309

Asya Shakila Gibran Cewek berpipi gembul yang hidupnya nggak mau menye-menye kayak perempuan yang biasanya a... More

Prolog
[Satu] Hah? Sayang?
[Dua] Asya dan Dunianya
[Tiga] Something in The Past
[Empat] Arza Hilang, Asya Tobat
[Lima] Kok Dia Lagi Sih?
[Enam] Mas? Masalah buat Asya!
[Tujuh] Kemunculan Arza dan Si Buaya Darat
[Delapan] Perasaan Apa Ini?
[Sembilan] Kata Rayhan, Resmi!
[Sepuluh] Distant Lover
[Sebelas] Wisuda Jurit
[Dua Belas] Mabuk Cinta
[Tiga Belas] Antara Gundah dan Bahagia
[Empat Belas] Sebatas Teman
[Lima Belas] Sebuah Teka-Teki!
[Enam Belas] Pernyataan Cinta
Spoiler!
[Tujuh Belas] Keraguan
Lagi Ngoceh
[Delapan Belas] Wanita dan Egonya
[Sembilan Belas] Pengajuan Nikah
[Dua Puluh] H-1 Pernikahan? Asya Ambruk!
[XXI Bagian 1] Hari Bahagia
[XXI Bagian 2] Hari Bahagia
Dream Cast
[XXIII] Pinky Promise?
[XXIV] Bitter, sweet...
[XXV] For Better and For Worse
[XXVI] Suami Idaman?

[XXII] Seoul in Love

6K 317 11
By xcumbag

Menganggap remeh sebuah ikatan pertemanan bisa saja bikin diri kita sendiri kesusahan. Kita yang makhluk sosial ini pastilah butuh bantuan dari orang lain, barang satu atau dua hal yang dapat terbantu karena uluran tangan bantuan dari teman. Rayhan sepertinya ingin hidup seperti itu. Dia bisa saja sujud syukur karena ternyata rekannya saat bertugas di Kongo, yang merupakan tentara Korea Selatan masih mengingatnya. Terlebih lagi, mau membantu Rayhan untuk memberi beberapa petunjuk selama ada di korea.

Well, jangan salahkan Rayhan yang menolak untuk menggunakan jasa biro perjalanan. Rayhan hanya ingin merasakan privasi yang tidak diatur oleh orang lain. Namanya juga bulan madu, siapa yang mau diganggu saat sedang manis-manisnya dengan pasangan?

Seorang pria melambaikan tangannya ke arah Rayhan, dengan setelan jas lengkap dengan kacamata hitam. Tubuh pria itu kekar dan kulitnya lebih gelap dibanding warna kulit orang korea pada umumnya. Potongan rambut cepak membuat penampilan pria itu garang. Dia Letnan Junsu. Teman Rayhan saat dia latihan bersama di Kongo. Tak hanya itu, Junsu juga pernah mengenyam pendidikan bersamanya saat di Amerika Serikat. Keduanya semakin dekat ketika Rayhan dipanggil untuk studi di Seoul selama tiga bulan. Junsu menjadi pusat perhatian, karena tampilannya yang sangar dan mencolok. Tidak ada yang menggunakan kacamata hitam di saat langit gelap karena mendung. Orang-orang mungkin berpikir bahwa Junsu adalah ajudan pribadi Rayhan. Membuat Rayhan dan Asya seperti orang penting yang dijemput dengan cowok ganteng menggunakan mobil mewah.

Rayhan menggandeng tangan Asya, sedikit mempercepat langkahnya dan kemudian menubruk tubuh kekar Junsu. Keduanya melakukan jotos tangan dan menghempaskan tangan di udara.

"Hey Junsu, what happened with your look today?" Rayhan menahan tawanya, begitu juga dengan Asya. Junsu terlihat sangat mencolok dengan setelan seperti itu di pagi hari.

Junsu menyeringai, dia menurunkan kacamatanya untuk sepersekian detik. "Well that's very polite, Captain. You should greet me first and introduce me to your wife. There's nothing wrong with my look, still as cool as I used to be."

Asya tidak berhenti tertawa ketika menyadari bahwa ada lagi makhluk konyol di sekelilingnya. Dia heran, kenapa juga orang yang dia kenal hanya segelintir saja yang lurus otaknya. Bisa saja Asya mengatakan Junsu waras, kalau pria itu tidak bertindak konyol dengan memaksakan diri memakai kacamata saat cuaca sedang mendung.

"Sorry not sorry, but claiming yourself handsome would make you sounds pathetic, Lieutenant," gurau Rayhan. Junsu mendecih, tanpa aba-aba menepuk dengan keras lengan Rayhan. "Take it easy. This is my beautiful wife, Asya."

Junsu melepas kacamatanya, menyimpannya ke dalam saku celana. Dengan mata sipitnya, dia memberi kedipan pada Asya. "Lee Junsu, panggil aja ganteng," ucapnya masih menyalami tangan Asya.

Sontak saja Asya terkaget ketika mendengar Junsu mengucap kalimat dalam bahasa Indonesia. "Lho? Junsu bisa bahasa?" tanyanya polos.

Sepetinya Asya belum sadar juga kalau tangannya masih menyalami tangan Junsu. Rayhan sudah memicingkan matanya geram. Sedangkan Junsu tertawa cekikikan, tanpa menyadari tatapan kesal dari kawannya. "Bisa kalau conversation-nya nggak berat. Ibuku orang Indo, dari Bontang." Jelasnya.

Kemudian Asya membentuk mulutnya menyerupai huruf O. Ternyata itu yang bisa membuat Rayhan dan Junsu sangat dekat. Sedetik setelahnya, Rayhan menepis tangan rekannya yang sebelumnya menempel pada kulit tangan istrinya. "Saekki, juk eul lae?" Rayhan melempar tatapan beringas pada Junsu. [Brengsek, mau mati, ya?]

Bukannya marah, Junsu malah tergelak melihat ekspresi yang ditunjukkan kawannya itu. Tak perlu dia tersinggung, toh guyonan seperti itu kerap hadir di kupingnya. "Sombong udah lancar bahasa Koreanya,"

Asya memijat keningnya, tidak mengerti harus bagaimana menanggapi kelakuan kekanakan yang dilakukan oleh dua pria dewasa yang ada di dekatnya ini. Menghela napas, dia pun menyuruh Junsu untuk bergegas mengantar mereka ke Myeongdong. Asya akui energinya terkuras habis setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh tepat usai resepsi pernikahannya. Dirinya butuh istirahat.

"Oke, let's drive, Newlywed!" seru Junsu.

***

"Dek, mau jalan-jalan apa tidur aja?" tanya Rayhan yang masih mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Asya yang sudah mandi duluan sekarang tergeletak lemas di atas ranjang. Tubuhnya seakan remuk. Rasanya dia ingin tidur saja sekarang. Tidak terpikirkan jalan-jalan, dia malah berpikir untuk menikmati tidur pertama kali di negeri para oppa yang dulu sangat digemarinya. "Mau tidur dulu, Mas. Nanti malam aja kita baru keluar. Males banget ini," keluhnya.

Rayhan pun mengiyakan. Dia ikut berbaring di samping tubuh istrinya, mengelus pipi tembam yang membuatnya tak tahan ingin mencubit atau bahkan menggigit. Kalau sudah seperti itu, istrinya akan mencubit pinggangnya non-stop. Membuat dia mengaduh kesakitan karena serangan ganas Asya itu. Karena gemas dengan pipi kemerahan Asya, Rayhan mengecup singkat pipi itu. Membuat Asya menggeram.

"Aku bilang aku mau tidur, malah diganggu," sungut Asya. Dia mulai memasang ekspresi sebal andalannya, mengerucutkan bibir beberapa senti. Rayhan dengan gesit mencium bibir istrinya saat itu juga.

Dengan menarik lengan istrinya, Rayhan pun membuat Asya mengalungkan tangannya ke leher Rayhan. "Aku ragu kamu bakal punya waktu cukup buat tidur. Kayaknya Mas mau sekarang, Dek."

Asya langsung melebarkan mata mendengar ucapan suaminya. Tidak terduga kalau Rayhan akan mengatakan keinginannya sekarang. Duh, Asya merasa seperti wanita terbego kali ini. Mana mungkin bulan madu diisi dengan liburan biasa tanpa hubungan intim. Poin utama dari bulan madu 'kan untuk itu. Bibirnya bergetar, gugup sekali untuk menjawab ajakan Rayhan. Bukan... Bukan dirinya tidak tergoda selama ini. Harus Asya akui, dia juga manusia yang punya nafsu. Wanita juga punya libido. Apalagi memiliki suami setampan dan seksi seperti Rayhan. Namun, banyak yang bilang kalau lepas keperawanan akan sangat sakit hingga membuat wanita tidak bisa berjalan beberapa hari. Asya takut!

"E—Ehm, harus sekarang, Mas? Anu... Asya ragu," ucap Asya lirih.

"Ragu gimana? Mas bakal bimbing kamu, nggak perlu ragu atau bingung, Ca. Sakitnya Cuma sebentar," Rayhan menarik Asya ke dalam pelukannya, menyampirkan rambut panjang istrinya ke satu sisi dan mulai menghadiahi beberapa kecupan di pundak istrinya. "Percaya Mas, 'kan?"

Asya melenguh karena bibir Rayhan sudah dengan kurang ajarnya menyapu kulitnya. Tangan suaminya itu mulai meloloskan kain yang melekat pada tubuhnya, perlahan tapi pasti hingga membuatnya polos seluruhnya. Hingga akhirnya keduanya saling bergulat mesra sore itu, mencecap rasa satu sama lain. Memadu kasih dengan menyatukan diri, keduanya seakan tak ingin berhenti memuaskan hasrat yang dipendam selama ini.

Cukup lama hingga akhirnya puncak yang dinanti tiba, tubuh sang Hawa direngkuh dengan sayang dalam pelukan Adam. Rayhan mengecup lembut dahi istrinya, berterima kasih karena Asya telah menjaga kehormatannya untuk sang suami, dirinya. "I love you, Ca." Ujarnya tulus.

Asya mengangguk malu, menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Jelas terlihat semburat merah di pipinya. "I love you more, Mas!" serunya sebelum mengaitkan tangannya untuk memeluk Rayhan.

***

Asya ingin mengutuk Rayhan dan nafsunya yang meledak-ledak itu. Mereka harus menghabiskan sore hari dengan melakukan praktek reproduksi yang melelahkan itu. Sekarang, bukan hanya lemas karena kurang tidur, Asya juga lemas karena kelaparan. Ditambah saat dia berjalan, masih ada rasa nyeri di bagian pangkal pahanya. Sekarang aktor di balik kondisi mengenaskannya itu malah cengar-cengir penuh kesenangan. Membuat Asya ingin melempar sandal ke arah wajah mulus suaminya itu.

"Katanya mau makan nasi goreng kimchi, kok masih diem aja? Kenapa, Ca?"

"Restorannya yang enak itu 'kan ada di ujung jalan, sedangkan aku masih lemes gini. Nggak kuat jalan jauh, lemes. Ngerti?" ucap Asya, menekankan akhir kalimat. Rayhan meringis menyadari sinyal emosi menjalar di tubuh istrinya.

Rayhan menarik pelan tangan Asya, membantunya untuk berdiri. "Mas gendong, ya?" tawarnya.

Asya mengangguk semangat, "Nah gitu dong. Berani berbuat berani bertanggungjawab! Gitu dong suami aku,"

Rayhan membungkukkan tubuhnya, menunggu Asya untuk naik ke punggungnya. Asya ternyata melangkah mundur seperti akan menerjang tubuh Rayhan. "Siap, ya, Mas?" Dirinya pun berlari terseok-seok hingga menubrukkan diri ke punggung Rayhan. Menyadari tingkah lucu istrinya, Rayhan pun mengulum senyum karenanya.

"Aku nggak berat kan, Mas?" tanya Asya. Dia harap Rayhan tidak kesusahan karena menggendongnya yang cukup berisi. Sebab restoran yang akan mereka tuju ada di ujung jalanan Myeongdong, cukup melelahkan kalau berjalan kaki. Apalagi sambil menggendong orang.

Rayhan memiringkan tubuhnya ke kanan, berpura-pura kesusahan menggendong tubuh Asya. Dia menaik-turunkan tubuh istrinya itu dan mengembuskan napas cukup berat, "Oh, ini ternyata yang bikin berat. Pantat kamu gede sebelah, ya, Ca?"

Doeng! Asya menelan ludah karena Rayhan pada akhirnya tahu kalau ukuran pantatnya tidak sama. Duh, dia bodoh sudah membiarkan suaminya untuk menggendong belakang dirinya. Sekarang aibnya satu lagi terbongkar. "Emang sampek berat sebelah gitu ya, Mas? Seriusan?" tanyanya polos.

"Iya, Dek. Kayaknya lemak kamu larinya ke pantat sama pipi doang ya?" gurau Rayhan. Dia menggoda Asya dengan memiringkan lagi tubuhnya ke kanan, bertingkah seolah akan menjatuhkan Asya saking beratnya. "Aduh, aduh. Berat sebelah ini!" ucapnya sambil tergelak.

Seketika itu juga Asya sadar kalau suaminya sedang menertawakannya, Rayhan berhasil menggodanya. Pukul di pundak Rayhan yang bertubi-tubi itu tidak sontak membuat Rayhan menghentikan ejekannya terhadap sang istri. "Ihh, udah! Pantat aku nggak gede sebelah!"

"Iya, gede sebelah, Dek. Nggak percayaan banget? Nih, nih. Badan Mas oleng ke kanan saking beratnya pantat kananmu," goda Rayhan tanpa henti. Sangat menyenangkan melihat istrinya yang sebal. Terlihat menggemaskan di matanya.

"Maaaaaas! Ngeselin!" teriak Asya.

***

Pagi itu jalanan Namsan Park terlihat berwarna. Di sepanjang jalan, bunga khas musim semi menampakkan keindahannya. Aroma bunga-bunga semerbak di udara, tak hanya di pemukiman yang jarang, tetapi juga di tengah keramaian tempat wisata Namsan ini. Bunga sakura yang mekarnya hanya pada musim semi itu pun ikut menyenangkan pandangan Rayhan dan Asya.

Asya mengetatkan jaketnya, udara meniup cukup kencang ke arahnya. "Hmm, kenapa pengen ke Namsan Tower, Mas?"

Sambil berjalan, Rayhan menautkan jari-jarinya untuk berpegangan tangan dengan Asya. "Kamu tahu 'kan Mas dulu sempat ada di Seoul beberapa bulan?" Asya mengangguk kemudian. "Tiap liburan, banyak orang datang ke sini. Tapi Mas belum pernah ke sini. Makanya pengen aja ke tempat ini sama wanita yang jadi istrinya Mas," jelasnya.

Mereka pun tiba di depan tangga untuk menuju ke Perpustakaan Namsan. Tempat yang cukup dikenal orang banyak karena salah satu adegan drama korea yang diambil di sana. Terlintas sebuah ide di kepala Rayhan. "Ca, mau jalan nggak sampai ke Gunung Namsan-nya?" tanyanya.

Asya langsung melotot. Dia tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui kalau perjalanan ke Namsan Tower dengan berjalan kaki itu melelahkan. Terlebih lagi, Asya sering menonton drama korea yang sering menjadikan area love lock yang penuh dengan gembok di Namsan itu untuk lokasi syutingnya. "Mas, kan capek! Naik kereta gantung aja!"

Bukan tanpa alasan Rayhan ingin mengajak Asya menyusuri jalan ke Gunung Namsan dengan berjalan kaki. Dia ingin menghabiskan waktu lebih lama hanya untuk menggandeng tangan sang istri atau menggendongnya saat kelelahan. Kalau begini, jiwa kompetitif Rayhan muncul. "Kita taruhan gimana? Kalau Mas menang, kita jalan kaki."

Asya mengangguk dengan cepat. "Oke, deal! Batu-gunting-kertas!" tangan Asya membentuk kepalan, yang artinya batu. Sedangkan Rayhan membiarkan kelima jarinya terbuka. Rayhan menang! "E—Eh, tunggu! Nggak gitu! Kalau menang, Mas naik anak tangga lima kali. Siapa yang sampai ke atas duluan, dia yang menang."

Mau tak mau, Rayhan harus mengalah. Setelah beberapa kali suit, tanpa sadar tiga kali sudah Rayhan kalah dari istrinya. Sekarang Asya sudah sampai di puncak anak tangga, membuat wanita itu memekik kesenangan.

Rayhan menggelengkan kepalanya dan cekikikan. "Iya deh, ayo naik kereta gantung." Kemudian digandenglah tangan halus milik Asya itu, seperti takut kehilangan anak kecil.

Akhirnya, Rayhan mengakui kekalahannya. Dia pun harus bersabar karena ocehan Asya yang mengejek kekalahannya. Obrolan mereka terhenti saat sudah sampai di depan toko yang menjual gembok untuk dipasang di love lock.

"Mas mau warna apa?" tanya Asya sembari melihat-lihat pernak-pernik lucu yang ada di dalam toko tersebut.

"Mau warna pink, deh." Jawab Rayhan. Asya pun terkekeh geli mendengarnya, dia sudah mengambil satu set gembok berwarna merah jambu itu. "Ca, cuma bercanda. Masa iya pink dua-duanya. Mas warna coklat aja lah."

Pasangan muda itu akhirnya sampai ke tower gembok cinta. Di sana sudah banyak berjejer gembok warna-warni yang memenuhi pagar. Pagar tersebut tampak penuh, seperti tidak ada ruang lagi untuk mengaitkan gembok lain.

Asya pun kebingungan. "Astaga naga... Penuh banget." Keluhnya, dia berjalan ke sudut pagar untuk mencari tempat mengaitkan gembok.

Rayhan mencolek pundak istrinya, "Ca, di pojok sana. Ada pagar lowong buat nyantolin gemboknya," sahutnya. Dia pun menyerahkan spidol ke tangan Asya. "Jangan lupa tulis nama kita, sama keinginan kamu di situ."

Asya S.G & Capt. Rayhan

Let's live together for a very very very long time. Always be happy for the next year, and more.

Asya sayang Mas Re!

~

Rayhan – Asya

I love her, I like her, forever will.

May Allah bless our journey of life with loads of happiness and memorable times.

M.R.R.

***

Continue Reading

You'll Also Like

608K 3.4K 24
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
934K 87K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
7.2M 352K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
17M 755K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...