Silence

By 0101dark

92 1 1

Cerita pendek, saya tidak akan menceritakan detailnya seperti apa. Semoga kalian menikmatinya. More

Silence

92 1 1
By 0101dark


Mawar liar tumbuh di belantara tak tampak sang nur

Kelam terjeruji antara pohon yang menjulang tinggi

Berakar parasit dalam batang yang menjulang

Sang nur mencoba menggapai tapi apa daya

                        Kesejukan dan kelembapan membuat nyaman

                        Antosianin tak dapat terurai dengan semestinya

                        Mendatangkan kepekatan yang jelas

                        Sampai kelopak berguguran dan mengering

Sore ini mentari tak sesuai waktu yang telah di atur dan awan abu-abu yang mendekati hitam ini datang menutup jalan gelombang cahaya menjajaki bumi . Termenguh di bingkai jendela menatap kelamnya sang langit berharap ada yang menarik disana, tapi sayang yang terlihat hanyalah gumpalan-gumpalan awan hitam yang sudah tidak kuat unruk menumpahkan hujan. Huft, sudah berapa kali aku menghela nafas, seandainya benar adanya orang yang sering menghela nafas akan cepat menuju kematian mungkin sekarang aku sedang berada pada urutan 10 besar orang yang akan dijemput malaikat maut. Memang benar adanya cuaca sangat mempengaruhi suasana hati manusia. Beban pikiran yang tidak tau dimulai kapan dan berakhir kapan, hanya diam tidak tau apa yang harus ku perbuat. Melihat keadaan mu yang kacau seperti ini aku tidak ingin menanyakan penyebabnya.

"sepetinya akan hujan, langit makin pekat." kau berbicara bagaikan mayat hidup, kosong.

"sepertinya sih begitu"

Kesunyian datang kembali, kami kembali menikmati mendung ini. Sepertinya mendung adalah fenomena alam yang sangat menarik untuk saat ini. Ya menikmati mendung tapi aku benci akan keheningan ini.

"Tumben? memang gak kuliah?" aku mencoba menghilangkan keheningan ini.

"Pengen main aja, uda lama aku gak main kesini"

Ku lihat jarum jam di tangan ku, ternyata masih menunjukan pukul 3 sore lewat sedikit tapi langit semakin pekat seperti jam 6 sore. Huft, satu kali lagi aku menghela dan umurku berkurang kembali. Aku berbalik menatap mu dan duduk di kusen jendela. Kesunyian datang lagi. Aku bukannya manusia yang kekurangan kosakata atau tak pandai merangkai kata tapi aku tak mau memulainya, melihat keadaan mu saja sudah membuat aku merasakan apa yang kamu rasakan walaupun aku tidak tau alasannya apa dan kenapa.

"sudah berapa bulan kita gak bertemu?" kau mulai lagi dan itu merupakan pertanyaan yang sangat basi untuk di ajukan.

"mungkin sudah 63-an kolom kalender yang sudah kau coret jika itu cara mu menghitung"

"sudah berapa digit angka timbangan mu yang berkurang, tubuhmu semakin kering," teliti mu.

"dan kau semakin kacau" jawabku langsung karena sudah tidak tahan melihat keadaan mu.

"hehehe" tawa mu sangat kentara terpaksa

"seberat apa yang kau pikul"

"biasa saja"

"tapi wajah mu menjawab tidak ada yang biasa"

"bisakah sekali saja aku bisa membohongimu" kau tundukan kepala mu.

"dari sebelum akikah terjadi aku sudah mengenal kamu, jadi ada apa?" Ok mungkin aku orang munafik yang berjanji tidak memulai pembicaraan tapi sekarang apa yang aku lakukan? aku menanyakannya, sial!

"Dia" suara keterputus asaan itu keluar dari bibir mu.

Pertahanan akan dirimu goyah, roboh dan hancur. Bibirmu bergetar. Sudah ku duga, kalau aku mempertanyakannya akan memperburuk keadaan. Melihat wajah mu tertunduk lesu dengan rambut yang acak-acakan membuat hati ini semakian perih dan ngiluh. Apalagi mendengar dan melihat langsung tangis mu.

"percayalah, aku adalah pendengar yang baik" tawar ku.

Aku bangkit dari duduk ku dan memilih disamping mu bersandar pada tembok, posisi yang lebih dekat agar setiap kata yang terucap dari mu tidak akan terlewat. Aku tidak ingin ada kesalah pahaman dari apa yang akan kau ceritakan nantinya.

"Ardi" aku tahu sekarang arah cerita dia akan ke siapa

"kamu masih dengan dia?" kau sandarkan kepala mu. Aku dapat mencium bau wangi rambut mu, lembut.

"ia"

"kemarin aku pergi ke Gramedia" lanjutnya

".........."

"ingin membeli sebuah novel"

"....."

"di selah rak kulihat dia menggandeng tangan wanita lain" Sekacau itukah yang terjadi? Ku hanya bertanya pada diriku sendiri.

"........"

"mereka bercanda dan saling berangkulan, awalnya aku anggap hanya teman tapi dugaan ku salah"

"........"

"dia mencium rambut wanita itu"

"........"

"katanya kuliah, tapi...." pecah juga tangisan mu dan mengalah kandatang hujan yang tak kunjung menurunkan air.

Sudah lah jangan menangis kau buat aku semakin piluh merasakannya, aku tahu dan merasakan apa yang terjadi padamu. Hanya diriku yang sanggup mendengarkan kalimat yang aku katakan.

"aku mencintainya" hancur sudah tembok pertahanan mu yang kau jaga untuk terlihat kuat.

"aku lebih mencintaimu" tapi sayang bibirku kelu untuk sanggup mengatakannya.

"semua pria brengsek"

"aku bukan salah satunya" jawabku hanya bisa diam.

"tidak ada yang bisa setia"

"tau kah kau, aku setia menunggumu" ok, aku benci dengan keadaan ini kenapa mulutku tak bisa berucap. Apakah mendung juga sanggup melumpuhkan pita suara?

"sakit, disini rasanya sakit banget Den sakit" kau tunjuk letak jantung mu dengan tangis mu yang semakin menjadi-jadi menggantikan hujan.

"aku tahu ,aku tahu dan merasakannya itu semua" ku usap rambut mu yang panjang, tapi bibir tak sanggup bergerak

"dia menyakiti ku"

"aku tak akan, akan ku lakukan yang terbaik untukmu" jawabku dalam kebisuan

Keheningan kembali tercipta di antara kita. Bukannya aku tak bisa membuat lelucon tapi sepertinya tidak tepat untuk melakukannya. Ku biarkan kau menangis karena ku harap dengan menangis bebanmu akan sedikit berkurang. Aku bingung kenapa setiap kau menangis pasti aku merasakan kesedihan yang kau rasakan.

Aku hanya merenung melihat mendung dan menikmati kesakitan yang kau rasa. Bila boleh memilih aku tidak mau membuat perjanjian yang konyol dengan mu dulu.

-----Flash back-------

"hahhahhaha" tawa kita berdua saat istirahat

"Den, uda ngerjain PR Bahasa Indonesia belum?" tanya mu.

"sudah, kenapa? pasti mau nyontek! Dasar" jawabku yang kubuat kesal.

"hahaha, tau aja!" jawabmu dengan senyum yang menderetkan gigi putih.

"hei Nisa,hei Deni ciee dari orok sampai sekarang berduaan mulu ,kenapa sih kalian tidak pacaran aja?"

Darimana datang nya manusia tak di undang ini dengan ringannya menempati kursi kosong dianatar kami, dia Leni.

"Mang, baksonya satu ya!" teriak Leni.

"hahaha, kamu ini ada-ada aja sih Len. Asal kamu tau yah kita sudah jadi teman eh tidak sahabat eh tidak saudara walaupun beda orangtua so kita gak akan pacaran" klarifikasi Nisa

"hahaha, ia deh tapikan enak kalau kalian pacaran gak perlu pakai siklus orang pacaran dulu"

"memang siklus orang pacaran gimana Len?" tanya ku penasaran.

"Emmmmm, kenalan, tukeran kontak, chattingan, teleponan, video call-an, ketemuan, jalan bareng, mesra-mesraan, jadian deh hehehehe. Kalau kalian kan sudah melewati siklus itu semua tinggal menunggu Deni aja nembak"

"nanti dimarahi Tuhan lagi, masa saudara pacaran. Aku dan Deni sudah janji kalau kita gaka akan pacaran, ia gak Den?" kilah Nisa

"He'em" jawabku dengan penuh keraguan, padahal kita sebelumnya belum pernah membuat perjanjian secara visual maupun tertulis, tapi dengan entengnya Nisa melontarkan perjanjian sepihak ini.

"kenapa emangnya kalau nanti kalian pacaran?" kejar Leni. Andaikan aku sekarang membawa isolasi maka akan ku lakban mulut cewek ini tapi aku tidak sejahat itu.

"kita kan sudah jadi sahabat dari kecil jadi kalau pacaran gak enak, nanti kalau putus gak akan bisa bersama lagi, ia gak Den?" jawaban Nisa yang klise.

"he'em" jawab ku khawatir sampai bakso di depan ku tak menggugah selerah lagi

"nanti kalau kuliah kalian bersama-sama lagi gak?"

"Ya Tuhan Leni kita masih kelas 3 SMP sudah bahas Kuliah, mending kita bahas UN yang bentar lagi!" jawab Nisa dengan mata memutar ke atas

---End Flash Back---

Kau masih menangis dan aku semakin merasakan piluh di hati ini. Kenapa dengan mulut ini, setiap implus yang dikirim otak tak sanggup tersampai dengan baik. Aku kesal dengan keadaan ini, kenapa aku harus merasakan hal ini disaat waktu yang tidak tepat. Bagai menulis di atas kertas putih dengan tinta putih. Bagai pidato kepada orang tuna rungu. Bagai membuat puisi untuk orang buta.

Tangis mu tak kunjung berakhir dan aku hanya sanggup terpaku mendengarkannya. Andai aku sanggup, aku akan menggantikan semua orang yang menyakitimu, akan ku buat kau selalu tersenyum, akan ku jaga diri mu, akan ku lindungi dirimu, tak akan ku buat goresan luka di hati mu tapi apa daya aku tak memiliki hak sepenuhnya untuk melakukannya. Ngilu rasanya seperti tertusuk ribuan jarum dan di tambah dengan tetesan asam, perihnya tak sanggup untuk terucapkan dengan kalimat mungkin hanya aku yang mengetahui sebesar apa kadar sakit ini. Melihat mu menangis dan terluka membuat hati ini semakin sakit dan perih.

"maaf aku mengotori kaos mu" ucapnmu setelah sekian menit menangis

"tak apa, aku masih punya stok banyak di almari"

"makasih atas waktunya"

"kau sudah baikan?" tanya ku khawatir, meneliti setiap raut wajah mu.

"sedikit" senyum dengan penuh paksaan dan aku yakin hatinya masih menangis.

"aku pulang dulu, sepertinya sebentar lagi hujan akan menggantikan tangis ku" lontaran sebuah lelucon tapi apa yang kurasa, kesakitan yang terjadi.

"sebentar, mungkin tisu ini akan sedikit membantu memperbaiki wajah mu dan lihatlah sedikit wajah mu di cermin, mungkin ada yang perlu diperbaiki" ku serahkan kotak tisu yang tidak jauh dari posisi ku duduk.

"makasih, tidak perlu aku pulang langsung saja, takutnya hujan tidak ada waktu untuk menunggu ku" jawab mu sambil beranjak menuju pintu mobilmu yang terparkir di pekarangan kos-an.

Ku ikuti langkah mu sampai depan pintu kamar kos. Dari punggung mu saja aku masih melihat begitu besar rasa kecewa mu dan kesedihan yang kau rasakan. Sial kenapa kau yang merasakannya tapi aku juga merasakan sakit ini. kenapa bukan aku saja yang merasakan kesakitan itu, biar kau selalu tersenyum dan bahagia dan hal itu akan membuat ku bahagia sehingga rasa sakit itu akan hilang.

"apa kau tak ingin pulang?" tanya mu dengan menurunkan kaca mobil

"gak, sepertinya aku menunggu UAS selesai baru akan pulang"

"padahal rumah dekat tapi tidak pernah pulang, ya sudah aku pulang dulu makasih atas waktunya kau memang sahabat yang baik"

"Ya hanya sahabat, sebatas itu" jawabku dalam hati dengan kepiluhan

"ati-ati, jangan ngebut mau hujan" hanya kata ini yang telontar di mulutku tak singkron dengan kalimat yang tertahan di otak.

"bye bye" kau lambaikan tangan mu dan melaju pergi meninggalkan pekarangan kos ku

"hati-hati, sahabat aku mencintaimu" akhirnya kata itu terlontar tapi sialnya kau sudah jauh pergi.

Hahaha menertawakan kekonyolan ini. Kenapa rasa ini hanya aku yang merasakannya. Apa kau juga tak pernah terbesit merasakan apa yang kurasa? Seeprtinya tidak. Kulihat langit mulai menurunkan hujan dengan derasnya, akupun masuk ke kamar. Aku hanya berdo'a Ya Tuhan tolong hembuskanlah angin untuk menghapus lukanya dan turunkanlah hujan untuk membawa cinta baru untuknya.

Beridiri ditengah gurun Sahara

Terkurung terpenjara di angkasa

Bersembunyi dalam dasar lautan samudra

Terbelenggu dalam rimbunan kebohongan

                    Sehebat apapun selat Gilbrata tak akan menyatu samudra

                    Membuat dinding walau tak pernah ada sengketa

                    Makna logika dan fakta yang berbeda

                    Membuat sebab dan akibat yang tak terjawab

Syaraf Nervus Hipoglosus mati tak berfungsi

Mungkin hanya dapat terucap dalam hati

Taukah kau teman?

I LOVE YOU

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 17.5K 3
*Wattys 2018 Winner / Hidden Gems* CREATE YOUR OWN MR. RIGHT Weeks before Valentine's, seventeen-year-old Kate Lapuz goes through her first ever br...
4.1M 198K 101
โœ… "We always long for the forbidden things." ๐๐ฒ๐ฌ๐ญ๐จ๐ฉ๐ข๐š๐ง ๐ง๐จ๐ฏ๐ž๐ฅ โ†ฏ โš”๏ธŽ ส™แดแดแด‹ แดษดแด‡ แด€ษดแด… แด›แดกแด แด„แดแดส™ษชษดแด‡แด… โš”๏ธŽ ...
194M 4.6M 100
[COMPLETE][EDITING] Ace Hernandez, the Mafia King, known as the Devil. Sofia Diaz, known as an angel. The two are arranged to be married, forced by...
681K 2K 49
๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž warning sex!! you can cancel if you don't like it.This is only for the guys who have sensitive desire in sex.๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž