"May, makan dulu yuk" Ajak Asyla pada Mayda yang sejak tadi mager ditempat tidur
Mayda menggeleng, ia sama sekali nggak nafsu makan.
"Yaelah, makan dulu kali may, ini udah siang, dari tadi pagi kamu belum makan, lagian pura-pura bahagia itu butuh banyak tenaga, buruan makan, kalau nggak kuusir kau dari rumahku" Omel Asyla yang sudah mirip emak-emak.
Tangan Asyla menarik tangan Mayda dan memaksanya berjalan ke meja makan.
Asyla yang dulu mirip nenek lampir, kini malah menjadi ibu peri baik hati yang menolong Mayda.
Rumah Asyla cukup luas, kalau dilihat-lihat, rumahnya cukup sepi, tak ada orang tua Asyla yang terlihat mondar-mandir didalam rumah, hanya ada satu orang pembantu rumah tangga.
"Syl, bokap sama nyokapmu kemana?" Tanya Mayda penasaran
"Bokap gue di korea selatan kalau nyokap lagi pulkam ke rumah kakek gue" Jelas Asyla
"Oh, pantes sepi, jadi aku bisa nginep disini seterusnya ya?" Mayda mengedipkan kedua matanya, memohon sebisa mungkin
"Enak aja! Ya kagak! Gue nggak mau tau, besok lo harus pulang!" Perintah Asyla kasar
"Pelit lu Syl!, Orang pelit matinya susah lo!" Ancam Mayda
"Gue yang mati kok lo yang repot" Tolak Asyla setengah mateng
Madya enggan berdebat lagi, jadi ia memutuskan untuk makan dengan tenang dan cepat lalu kembali mager di kamar Asyla.
Saat sampai dikamar Asyla, Mayda menghempaskan tubuhnya di tempat tidur Asyla. Sesaat ia ingat dengan hp di sakunya. Dirogohnya saku Mayda, mencari hp yang sejak tadi dimatikannya. Ia berusaha menghidupkannya lagi, mungkin mas Darma menelfon dan mengiriminya banyak sms.
Hp Mayda menyala. Sekitar 35 pesan wa masuk. Dan 100 panggilan tak terjawab (?)
Dibukanya pesan itu, ada sekitar 20 pesan dari Sisil, 10 pesan dari bumer dan 5 pesan dari mas Darma. Beneran cuma 5 pesan???. Emang dasar nggak peka!
Tangan Mayda membuka pesan mas Darma terlebih dahulu, ia benar-benar penasaran.
Mas Darma :
May, kamu dimana?
May, ini foto mas pas nyempatin liburan di korea lo, keren kan?, katanya mau liburan ke sana bareng, pulang dulu gih...
Benar-benar hanya 5 pesan dari mas Darma, 2 pesan berisi tulisan dan 3 pesan lainnya foto pamernya mas Darma. Yang sumpah, ganteng banget, eh enggak banget maksudnya.
Mayda mematikan hp nya cepat dan melemparnya kasar. Pesan dari Sisil dan bumer tak ia buka.
'Ah, kalau saja kemarin tangan jahil Mayda tak berusaha membuka brankas itu pasti hari ini akan jadi hari paling bahagia untuk Mayda dan Darma' Sesal Mayda dalam hati.
Tapi bagaimanapun juga, sepahit apapun kenyataan itu kalau dikasih gula pasti akan jadi manis (emangnya kopi???). Mau nggak mau Mayda harus tetap menerima tadir yang dibuat Tuhan untuknya.
Terdengar suara pintu dibuka.
"May, keluar gih, mager mulu" Perintah Asyla yang maen nyelonong masuk.
"Eh ketuk pintu dulu dong kalau mau masuk!" Protes Mayda mengingatkan.
Asyla yang oon menurut saja.
"Oh, iya ya, aku ulangi lagi deh" Sahut Asyla yang diikuti langkah kakinya keluar kamar
Tok tok tok
Asyla mengetuk pintu.
"May, boleh masuk nggak???" Teriak Asyla dari luar kamar.
"Iya... Masuk aja, nggak dikunci kok" Mayda balik berteriak
Asyla langsung masuk ke kamarnya setelah mendapat persetujuan Mayda.
Sesaat otak Asyla berfikir, kenapa dirinya harus mengetuk pintu dan harus izin ke Mayda, kan ini kamarnya.
"Eh, kutu kupret! Ini kan kamar gue, kenapa gue harus izin sama lo?!" Omel Asyla setelah sadar akan tindakan bodohnya.
"Lho, coba dipikir dulu deh syl, yang dikamar siapa?" Sahut Mayda
"Elo"
"Jadi ini kamar siapa?"
"Elo!, eh enggak, kamar gue dong, enak aja!" Sungut Asyla kesal.
Mayda malah ngakak melihat tingkah Asyla.
°°°
Disisi lain Darma galau sejak tadi. Belum ada kabar dari bodyguardnya atau dari Sisil mengenai keberadaan Mayda.
Setelah dari rumah Sisil, Darma langsung pulang, tak berusaha mencari ditempat lain karena ia tak tau akan tujuannnya pergi, kemana kakinya harus melangkah, ia rapuh.
Darma langsung naik ke kamarnya, berusaha mencari Mayda disana, karena mungkin saja Mayda sedang bermain petak umpet dengannya dan sekarang sedang bersembunyi dibawah kolong tempat tidur (emangnya tikus???).
Disisi lainnya, Darma tak tega melihat mama nya menangis akibat kehilangan Mayda. Papanya juga sibuk menelfon bodyguardnya sejak tadi untuk mengetahui perekembangan perncarian mereka. Sedangkan Doni, ia sibuk maen game, tak peduli dengan keadaan rumah yang kacau. Sekipun ada hujan badai dan petir, tetap saja ia tak akan peduli dan asik sendiri dengan dunianya.
Darma mengganti jas nya dengan kaos biasa. Lalu duduk dipinggir tempat tidurnya.
Pikiran Darma jauh menerawang memikirkan tentang Mayda. Sejak tadi pesannya dan telfonnya belum dibalas atau diangkat oleh Mayda. Entah dimana istrinya itu, mungkinkah ia dibawa wewe gembel? Atau ditaksir pocong? Atau mungkin dedemit lainnya?. Kan wajah Mayda serem jadi pasti yang naksir cuma sebangsa makhluk goib.
Perlahan air mata Darma jatuh saat menatap surat gugatan cerai yang ada diatas tempat tidur, ia tak menyangka istrinya memutuskan secara sepihak, bahkan Darma tidak tahu apa masalahnya dan apa salahnya. Meski belum ada persetujuan cerai dari Darma sehingga mereka belum bisa benar-benar bercerai tapi tetap saja rasanya sakit.
Tak pernah Darma merasa sesakit ini karena kehilangan orang yang sangat dicintainya. Mungkin ini yang disebut orang dengan 'sakit tapi tak berdarah'. Rasanya seperti ada jutaan jarum menghujam jantung, tidak membuat orang itu mati, tapi hanya merasakan sakitnya.
Sejenak Darma teringat akan Adam, karena dia adalah satu-satunya manusia laki-laki yang masih hidup dan bernafas yang menyukai istrinya itu. Mungkin saja dia yang menculik Mayda.
Diambilnya kunci mobil Darma lalu turun dari kamar, menuju ke mobil dan menjalankan mobilnya secepat mungkin menuju rumah Adam.
Sekitar 10 menit kemudian Darma sampai. Ia menggebrak pintu rumah Adam. Emosinya memuncak, sudah seperti orang yang kerasukan setan.
Adam segera membuka pintunya, sebelum pintu rumahnya benar-benar rusak.
"Dokter Dar... " Baru juga Adam berucap, sebuah bogem dari Darma sudah mendarat di pipinya.
Bughhh!!!
Tubuh adam jatuh tersungkur ke lantai rumahnya, "Dokter tunggu dulu... Saya salah apa?!" Sahut Adam mencoba mencegah pukulan kedua Darma.
Darma mencengkram kerah baju Adam, "Mana Mayda?! Kamu sembunyikan dimana?!" Bentak Darma
"Saya nggak tau dokter, seharian ini saya dirumah lagi maen game legenda mobil" Jawab adam berlagak bodoh
Darma semakin mencengkram kuat kerah baju Adam.
"Mau mati ya?, Pilih harta atau nyawa?!" Ancam Darma dengan tatapan tajam
"Saya pilih atau aja deh dokter" Timpal Adam masih berlagak oon.
Perlahan Darma melepaskan pegangan tangannya dari kerah baju Adam. Ia duduk diatas lantai. Matanya mulai berkaca, lalu cairan bening jatuh dari sudut matanya.
Adam yang melihat kondisi Darma malah mengejeknya.
"Ciyeee... Nangis ciyeee... " Ejek Adam, tapi Darma tak berusaha menghentikan tangisnya
"Duh, maaf dokter, saya cuma bercanda, dokter jangan nangis ya, saya kasih tau dimana Mayda deh" Seru Adam yang langsung menghentikan tangis Darma
"Jadi bener, kamu yang nyulik Mayda?!" Tanya Darma kembali emosi
Adam kelabakan, "i...ya, eh enggak dok, saya cuma disuruh Mayda buat bawa dia pergi dari rumah dokter kok" Jawab adam setengah gagap
"Jadi ini salah kamu kan!?" Sahut Darma yang kembali melayangkan bogem ke arah Adam.
Adam mengelus pipinya yang tadi kena bogem.
"Duuhhh... Wajah ganteng gue..." Rintih Adam yang masih sempat-sempatnya memikirkan soal wajahnya
Mendengar rintihan itu membuat Darma makin kesal. Ia kembali melayangkan bogemnya, tapi kali ini di tangkis oleh Adam.
"Stop! Cukup! Lo yang salah kok gue yang lo pukul!?" Protes Adam yang tak lagi menghormati Darma dengan memanggilnya dokter
"Emangnya siapa yang bikin Mayda kabur dari rumah lalu melayangkan gugatan cerai???" Bentak Adam
"Aku???" Sahut Darma seolah tak bersalah, karena memang ia tak tahu apa kesalahannya
"Bukan, buaya buntung yang salah" Jawab Adam asal
"Oh~" Darma malah ber oh ria
"Ya lo lah, gara-gara dokter nabrak keluarga Mayda?! Hingga Mayda jadi kayak orang bego yang seolah-olah dipermainkan olehmu dan keluargamu" Jelas Adam meluap-luap
"Tunggu, jelaskan semuanya padaku" Pinta Darma
Adam bangkit dari lantai.
"Yaudah ayok, sambil ngopi ya dok" Sahut Adam setuju
"Oh, mau kopi apa dok?" Tawar Adam
"Kopi yang lagi hits itu loh, kopi tuwak" Timpal Darma
"Kopi luwak dok" Sahut Adam membenarkan
"Tapi dok, kopinya nggak ada kayaknya, adanya cuma air putih" Sahut Adam setelah ingat kalau kopi dirumahnya habis
"Yaudahlah nggak papa, kalau gitu kita ngutih aja lah" Ucap Darma yang seenaknya menggabungkan kata
Adam menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Apaan tuh ngutih?"
"Kalau kopi ditambahi imbuhan ng didepannya maka menjadi..." Darma menggantung perkataannya, membiarkan adam menjawab
"Ngopi" Jawab adam singkat
"Kalau putih ditambah imbuhan didepannya maka menjadi..." Tanya Darma lagi
"Ngutih..."
"Jadi orang yang nongkrong sambil minum air putih namanya..." Darma kembali bertanya
"Ngutih.... Oh iya ya, dokter pinter ternyata, yaudah ayok ngutih deh" Ajak Adam
Dan mereka berdua berbincang-bincang sangat panjang, sepanjang jalan kenangan, author pulang, enggan mendengar perbincangan antar lelaki itu.