TRS (3) - Mika on Fire

By wulanfadi

2.5M 190K 26K

Mika, cowok aneh, suka berbicara sendiri, bertingkah konyol dan berturut-turut menjadi badut kelas ternyata m... More

TRS [3] - Mika on Fire
M-J :: (1) Jam 12
M-J :: (2) Sarapan
M-J :: (3) Kenapa?
M-J :: (4) Jatuh
M-J :: (6) Dekat
M-J :: (7) Rasa
M-J :: (8) Tertangkap
M-J :: (9) Pesta
M-J :: (10) Pukulan
M-J :: (11) Berita
M-J :: (12) Ngobrol
M-J :: (13) Tau
M-J :: (14) Nyaris
M-J :: (15) Rencana
M-J :: (16) Sistem
M-J :: (17) Kejar
M-J :: (18) Kenapa?
M-J :: (19) Lagi
M-J :: (20) Makan
M-J :: (21) Pertunjukkan
M-J :: (22) After
M-J :: (23) Akhir
TRS (3) - Epilog
One-Shot

M-J :: (5) Bertukar

98.6K 7.7K 950
By wulanfadi

M-J :: (5) Bertukar

=============

M I K A

Kalau bisa gue metaforakan, bertemu Ana di tempat kayak gini, seperti nemu jarum di tumpukan jerami. Peluang nemunya 0,001 persen. Dan sekarang, cewek yang membuat gue termehek-mehek tiga hari tiga malem berada di samping gue.

Momen langka ini harus ditiup angin waktu tiga orang muncul dari balik pepohonan rimbun. Ditambah satu orang yang dateng dari perosotan, sama seperti gue dan Ana.

"Hai, Mika."

Gue menjerit. Jantung gue lari dari atas ke bawah begitu melihat orang yang menyapa gue wajahnya sama persis seperti gue. Dari mata cokelat, muka ganteng, dan rambutnya. Oh, ada yang beda. Baju orang itu kuno. Macem baju fairytale.

"Siapa lo?" tanya gue, masih dengan muka lebay. Ana menyenggol rusuk gue. "Biasa aja kali."

"Kenalkan, namaku Miles Ouston, kembaranmu," ucap cowok-yang-mukanya-mirip-kayak-gue, dia merangkul seseorang. "Dan ini, Jules."

Ana dan gue saling lirik.

"Cubit gue deh, Mik," ceplos Ana, gue nyubit pipinya, cewek itu mengaduh. "Sakit, begs!"

"Katanya disuruh nyubit," gue memutar bola mata. Ana melotot. "Gak gitu juga."

Suara dehaman membuat pertengkaran kecil kami berhenti. Kembaran Ana tersenyum pada gue, begitupun kembaran Mika dan ... Faren? Tunggu. Tadi di bantalan jelly juga ada Faren. Apa Faren bisa liat hantu juga? Tapi masa sih?

Sekilas info, Faren ini anak kelas sebelah. Orangnya asik. Temen Moureta. Baru-baru ini dia balik dari Bangkok karena mengikuti pertukaran pelajar. Faren ini desas-desusnya nembak Juliana. Gue gak tau terlalu pasti karena waktu itu gue dan Ana udah putus. Sedih.

"Mika? Ana?" dengan wajah bingung, Faren berdiri dari bantalan jelly. Dia melihat pada gue dan Ana, lalu pada ketiga orang itu.

Sekarang semua orang tatap-tatapan.

Seakan semuanya belum membingungkan, ketiga sosok lainnya melayang ke arah kami. Salah satunya gue kenal. Karin! Gue melotot ke arah Karin, begitupun Ana dan Faren.

"Karin!" gue memanggil cecunguk itu, di saat yang sama;

"Kiran!"

"Karen!"

Lagi-lagi canggung.

"Kok?" Faren menatap gue. Gue menatap Ana. Ana menatap Faren. Sumpah, ini macem acara reality show dimana semua rahasia terungkap.

"Lo indigo juga?" tanya Faren, alisnya naik sebelah. "Lo juga, Na?"

Gue dan Ana belum menjawab pertanyaan Faren karena kembaran gue menyela. "Kalian sudah kenal satu sama lain? Atau belum?"

"Dia mantan gue," kata gue sambil nunjuk Ana, yang langsung dihadiahi tinjuan maut darinya. Gue mengusap bahu bekas kejahatan Ana, sementara cewek itu memperkenalkan dirinya pada kembaran kami bertiga. "Nama gue Juliana, dia Mika, dan yang itu Faren. Gue mau nanya, di mana ini dan kenapa muka lo mirip ... kayak kita? Apa lo bisa menjelaskannya?"

Wah, mulai deh main interogasi ala Juliana.

"Sebelumnya, perkenalkan namaku Miles Ouston, sepertinya aku membuat kalian bingung ya? Ini Eddenick, tempat para peri dan kembaran manusia tinggal. Ya, muka kita sama karena memang seperti itu. Aku kembaran dari Mika Indra Astyan. Jules kembaran dari Juliana Foxes. Lalu Fortles kembaran Faren Drey," jelas Miles.

Gue menceletuk, "Gue kira Faren namanya Fales."

"Heh," Faren melotot ke arah gue, gue nyengir kuda.

Miles tersenyum simpul. "Mika dari dunia nyata memang humoris."

Anjrit, bahasanya itu loh.

Juliana bertanya lagi. "Trus kenapa kita di sini?"

"Seperti yang kalian lihat. Tiga portal menuju Eddenick dan dunia nyata terbuka--"

Penjelasan Miles gue potong.

"Jadi perosotan licin kayak dikasih oli itu portal?! Gila, itu portal nyeremin amat," gue bergidik, Ana mencubit bahu gue. Aw, jadi inget waktu Ana nyubit bahu gue gara-gara gue minta balon ke anak kecil untuk gue kasih ke Ana. Masa-masa unyu. Ana mendesis. "Jangan motong omongan orang seenaknya plis."

"Iya, Sayang," balas gue sambil mengedipkan mata. Wajah Ana memerah. "Apa sih."

Miles tertawa kecil, begitupun Jules (aneh menyebutnya Jules disaat gue memanggil Ana sebagai Jules juga). Hanya Fortles (atau Fales? HAHA) yang tidak tertawa. Fortles hanya berdiri di samping Jules dengan mata menatap lurus ke arah Ana.

Ada apa ya, hayo.

"Aku tidak menyangka Mika yang asli selucu ini," ucapan Miles membuyarkan lamunan gue. Cowok itu melanjutkan ucapannya lagi, kali ini dengan nada serius. "Portal yang ada di sana harusnya tertutup. Orangtua kalian sebenarnya tahu akan hal itu. Tapi tiba-tiba saja ada suatu masalah di ingatan orangtua kalian sehingga mereka lupa menutupnya. Dan sampai enam belas tahun, kami, orang-orang Eddenick dilanda kecemasan. Portal tersebut bisa saja digunakan untuk hal jahat."

"Hal jahat apa?" tanya Faren, akhirnya itu cowok bersuara juga.

"Menguasai dunia kalian?" sekarang, Fortles yang bersuara. Dari suara dan intonasinya, dia berbeda jauh dengan Faren. Menurut gue, suaranya lebih dalam dan berat. Merinding disko jadinya.

"Ya, salah satunya itu," Miles mengangguk setuju. "Baru-baru ini ada seseorang yang secara ilegal masuk ke dalam portal. Sekarang orang itu berada di dunia nyata, tersembunyi di antara kalian semua."

Serem abis.

"Karena itu, aku, Jules, dan Fortles ingin bertukar posisi dengan kalian untuk mencari orang itu. Aku yakin, orang itu punya maksud jahat terhadap manusia di dunia nyata," mata Miles bersinar serius. Jules menambahkan. "Dan di dalam kerajaan Eddenick pun sedang ada perbedaan pendapat. Aku, Miles dan Fortles terpaksa kabur dari kerajaan karena mereka memaksa kami untuk menyuarakan pendapat. Kami menganggap kedua belah pihak salah, jadi kami tidak melakukan apa-apa. Aku harap kalian bisa membantu kami."

"Boleh tanya?" tanya Faren, sok cool amat.

Jules mengangguk.

Faren bertanya. "Memangnya hanya tiga orang itu yang bisa nutup portal? Kenapa gak yang lain?"

"Hanya mereka. Karena hanya mereka yang tau caranya," jawab Fortles. "Penghuni biasa di sini tidak bisa masuk ke portal sembarangan. Hanya penghuni kuat yang bisa. Itu berarti, orang yang masuk ke dunia nyata secara ilegal bukan orang biasa."

"Karena itu," ucap Jules. "Kami meminta bantuan kalian. Kalian mau bertukar posisi?"

Karin, Kiran, Karen menatap gue, Jules dan Faren.

Tiga manusia dari bumi. Tiga dari Eddenick, entah manusia entah apa. Tiga lagi hantu.

Gue on fire.

===M i K a===

A N A

Terjadi keheningan panjang kala Jules selesai berbicara. Mika tampaknya tengah berpikir, dilihat dari dahinya yang mengerut lucu. Faren juga diam. Aku jadi bingung harus mengatakan apa. Sebenarnya aku bingung dengan penjelasan tiga makhluk di depanku. Apalagi Karin-Kiran-Karen, hantu-hantu aneh itu tiba-tiba datang.

Kenapa seribet ini sih?

Dulu aku 'kan hanya cewek biasanya yang galau-galau menye karena love different religion. Aku juga baru selesai mengikuti Ujian Nasional. Sekarang, aku harus bertukar posisi dengan kembaranku. Belum lagi jika Jules berlaku aneh di hadapan Ayah dan Julian. Mereka pasti curiga.

Tapi yang pasti, aku bakal deket banget bangetan sama cowok aneh, gila, kocak, ganteng, unyu, manis, baik, pengertian, sabar bernama Mika.

"Jadi?" tanya Miles menggantung.

"Gue in," tiba-tiba saja Faren bersuara. Miles, Jules dan Fortles menghela nafas lega. Aku sebenarnya agak bingung sama kembaranku, kenapa dia gak ngomong gue-lo aja alih-alih aku-kamu yang kesannya gak banget itu?

"Di Eddenick, ada larangan berbicara kasar, jadi kami harus memakai aku-kamu," tukas Jules tiba-tiba, nah lo. Dia baca pikiranku?! "Dan ya, aku membaca pikiranmu," Jules tersenyum simpul, sama sekali tidak terganggu dengan ketidaksopananku.

Malu sendiri 'kan.

"Tidak usah malu, aku tidak menggigit," Jules tertawa, manis banget. Padahal dia kembaranku, tapi auranya berbeda.

"Memang. Tiap orang memiliki aura masing-masing. Jadi, tiap orang unik. Kau in?" lagi-lagi Jules membaca pikiranku, duh, bisa kebongkar semua rahasiaku jika berada di dekatnya.

Ngomong-ngomong aku in gak ya? Labil nih. Antara mau dan enggak. Takutnya aku bakal deket lagi sama Mika. Padahal udah sembilan puluh sembilan koma sembilan persen aku move on dari cowok itu. Hanya nol koma satu persen lagi. Dan aku yakin, karena mengobrol dengannya tadi sekarang jadi sembilan puluh lima persen. Aku gak kuat.

"Jadi?" Miles menaikkan satu alisnya.

"In, gue in," ucap Mika setelah lama berpikir. Duh, kok kalo tampangnya serius gitu dia makin ganteng ya? Gak konyol kayak biasanya. Mana itu mata cokelatnya kena sinar matahari, jadi bening keliatannya. Pipinya! Pipinya merah ih pengen nyubit. Pasti Mika gerah makanya merah tu pipi.

Sembilan puluh persen.

"Kalo lo, Jules?" tanya Mika padaku, Jules menaikkan satu alis, bingung kenapa Mika memanggiku 'Jules'.

"Jules?" tanya Jules. Aku menengok ke arahnya. "Cowok ini manggil gue Jules juga."

Jules hanya ber'oh' ria.

"Gue sih, ehm, sebenernya ...," menggantungkan kalimat, aku menatap mata serius Mika. Kok matanya menghipnotis ya. Kok aku gak bisa gerak. Kok matanya cokelat banget. Kok, kok, kok. Aduh Mika nyebelin!!

Delapan puluh tujuh persen.

Alamat gak bisa move on.

Aku baru saja mau berkata tidak, tapi tiba-tiba Kiran mengangkat buku diary-ku tinggi-tinggi. Mataku terbelalak. Aku menuju Kiran dan berusaha mengambil diary itu. Astaga kalo diliat sama orang, ba-ha-ya. Apalagi kalo dibaca Mika! Gak, gak, gak. Jangan sampe.

Kiran berbisik di telingaku. "Kau membantu majikanku dan teman-temannya atau kuberi diary ini pada Mika?"

"Majikan?" tanyaku dengan alis tertaut. Kiran mengangguk. "Majikanku Jules."

Ju--Jules? Sialan!

"Jadi? Pilih mana?" tanya Kiran dengan senyum jahat.

Aku menghela nafas.

"Gue ikut," kataku sambil melihat mereka.

Miles, Jules, dan Fortles menghela nafas lega, lagi.

Bye-bye move on.

===M i K a===

"Selama berada di Eddenick, kalian tidak boleh berbicara kasar lagi. Jangan terlalu mencolok. Peta tempat persembunyian kalian sudah kuberikan pada Faren--oh, bukan. Maksudku Fortles.

"Kalian berada di tempat persembunyian sementara waktu. Kuharap kalian membaca buku-buku sejarah Eddenick di sana agar tidak salah dalam berinteraksi dengan peri atau manusia," jelas Miles, cowok itu telah bertukar pakaian dengan Mika, begitupun Jules dan Fortles.

Mika menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Serius nih, tempat persembunyiannya ada sinyal buat internetan gak?"

Mika, oh, Mika.

"Sayangnya tidak ada," Miles tersenyum. Wajah Mika berubah horror. "Yah, gue gak bisa main ask.fm sama twitter dong."

Lain lagi dengan Juliana, cewek itu tengah berpidato di depan Jules. "Jules, nanti kalo Julian gangguin lo, lo bales ya. Jangan kalah sama dia. Trus tiap Jum'at sama Senin gue jadi tutor di tempat les musik, lo jangan lupa masuk. Gue gak mau dipecat."

Jules tertawa. "Iya, Na, Iya."

Kalau Faren?

"Fortles, tiap pulang sekolah, jangan langsung pulang. Ke kafe Alaska aja. Di rumah gak bakal ada orang. Gak enak," ucap Faren dengan wajah yakin. Fortles menaikkan satu alis. "Aku sudah biasa sendiri lalu kenapa harus mencari keramaian?"

"Percaya sama gue," Faren meyakinkan. "Gak enak."

Juliana yang mendengar ucapan Faren langsung berkomentar. "Ren, kayaknya lo gak ..."

Faren menengok ke arah Juliana, "Kenapa? Gue satu spesies sama Moureta."

Mou? Juliana akhirnya sadar. Faren sama seperti Mou. Di luar ceria, asik, tapi di dalam, ia menyembunyikan kesedihannya seorang diri. Juliana mengamati Faren yang tengah berpesan pada Fortles, diam-diam Juliana menyesal telah menolak Faren. Padahal dulu cowok itu tampak ceria di depannya. Sekarang Faren seolah lampu redup. Tapi jika Juliana menerima Faren, sama saja ia menyakiti Faren diam-diam karena Juliana tidak memiliki perasaan yang sama.

Coba perasaan bisa diatur, Juliana pasti banting setir dari Mika ke Faren.

"Sekarang kita pergi," ucapan Miles membuyarkan lamunan Juliana.

Miles, Jules dan Fortles sudah siap-siap di bantalan jelly masing-masing. Ketiganya tersenyum pada Mika, Juliana dan Faren. Karin-Kiran-Karen tetap di Eddenick, membantu Mika dan yang lain.

Begitu bantalan jelly tadi membentuk lubang, Miles, Jules dan Fortles meluncur turun. Sama seperti Mika tadi. Bermain perosotan. Perlahan, lubang tadi berubah menjadi bantalan jelly kembali.

Mika, Ana dan Faren saling pandang.

"Sekarang cuman ada kita bertiga," ucap Mika pelan.

Ditambah Karin-Kiran-Karen.

Ini bakal jadi perjalanan yang panjang.

===M i K a===

a.n

haiiii!

gue masih aja bisa apdet yak. gue kira yang kemaren apdetan terakhir ...

udahlah itu ga penting

sejauh ini, long thought tentang Mika on Fire dan perbedaannya dari Junario! dan Matt and Mou apa?

have a good day!

05-05-14

Continue Reading

You'll Also Like

5.9M 649K 45
Kalau anak olimpiade berantem sama anak hits gara gara masalah vlog doang.... bakal baper nggak sih? - Yena awalnya termasuk para cewek yang sering m...
978K 93.7K 37
Nawang itu paduan sempurna atas apa yang tidak Luna miliki. Tidak hanya pintar dan baik hati, tetapi juga berprestasi dan punya banyak teman. Sementa...
415K 76.2K 27
Layanan curhat anonim yang bisa bikin saling jatuh cinta. Siapa sangka 'doi' yang biasa dia ceritakan ternyata adalah kamu sendiri? #slankbahasa #ss
195K 23.7K 45
"Kalau rasa sakit terbesarmu adalah aku, maka biarkan aku memberikan rasa sakit itu.." ⚠️ WARNING -Murni fiksi -BxB -Tw // Suicide, violence, harsh w...