Elena menelusuri jalan di desa yang gelap, suasana desa pada malam hari sangatlah hening, rata-rata seluruh rumah menutup pintu dengan rapat. Cuaca tampak mendukung keputusan Elena, udara terasa sangat menusuk kulit Elena walaupun sudah terlapisi baju yang tebal.
Beberapa kali Elena mengedarkan pandangan nya lalu bergidik ngeri, ia sedikit merasa takut pada suasana dewa yang sangat sunyi. Elena mempercepat jalan nya memasuki pasar yang di kunjungi nya tadi siang.
Ia mengedarkan pandangan, lalu tak lama kedua matanya menangkap keberadaan istana yang masih dapat di lihat nya di dalam kegelapan.
Ia merasa yakin bahwa istana itu memiliki penghuni. Rasa penasaran dalam diri nya pun semakin menjadi-jadi. Dan keputusan Elena sudah bulat, ia akan secepatnya kembali setelah mengetahui asal usul istana itu. Ia berjalan ke arah barat dan menemukan keberadaan hutan rimbun dan gelap
Setelah membuang rasa takutnya, Elena mengambil senter yang sudah di siapkan nya lalu mulai melangkah kan kakinya memasuki jalan setapak hutan. Meskipun terburu-buru, Elena tetap berhati-hati terhadap sekitar.
Pepohonan tinggi lah yang membuat suasana hutan itu terlihat sangat menakutkan.
Merasa lelah, Elena memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum memulai kembali perjalanan nya. Ia duduk di sebuah batang pohon yang telah tumbang. Elena pun mengambil kesempatan untuk meminum air putih yang di bawa nya maupun memakan makanan.
Setelah selesai, Elena kembali melanjutkan perjalanan nya yang tak jauh untuk sampai pada letak istana itu, kedua iris matanya berbinar saat mengetahui bahwa ia sudah berada di hadapan istana itu, walaupun terdapat bukit yang menghalangi.
Tidak ada jalan lagi, selain mendaki bukit itu. Tanpa membuang waktu, Elena mendaki bukit itu secara perlahan dan tetap berhati-hati. Elena merendahkan dan mengatur napas nya yang tak beraturan setelah sampai di puncak bukit. Rasa letih nya terbayarkan saat tujuan nya hampir tercapai.
Elena harus menuruni bukit itu untuk sampai ke dasar nya, ia harus melewati lembah di bawah sana untuk mencapai istana itu.
"Aku harus bisa," gumam Elena.
Elena mengerutkan kening nya saat ia melihat sebuah gerbang membentang ke atas sehingga menutupi suatu dunia yang tak di kenali, ia dapat melihat di sepanjang gerbang tinggi itu terlapisi banyak pelindung yang bisa di sebut sebagai perisai transparan. Bukankah akan sangat mustahil menembus pengaman itu?
Elena membuang napas nya, ia harus mengurungkan niat nya lalu membalikan tubuhnya naik ke puncak bukit kembali, bagaimana pun ia tidak akan dapat menembus perisai itu.
Tangan Elena menggapai apa yang berada di dekat nya saat ia kehilangan pijakan, tubuh yang tak seimbang pun dapat di kendalikan nya saat ia terjatuh dan berguling-guling tanpa henti, tanpa di hindari beberapa batuan sempat mengenai tubuh Elena.
Elena merasakan tulang-tulang tubuhnya seakan remuk, ia merasakan darah mengalir di daerah kening nya yang terbentur batu besar. Dan pada akhirnya kegelapan menarik Elena ke dalam nya.
***
Luke dan Aland menghentikan lesatan nereja tepat di sebuah hutan yang luas namun terlihat sangat sunyi. Mereka tak sendirian, namun di temani oleh beberapa pengawal yang dengan setia berada di belakang kedua pangeran Darwisen itu. Hutan tersebutlah yang menjadi tempat tinggal para rogue.
Luke memang sengaja membawa Aland untuk membunuh para rogue bersama nya, sekedar mengetes sebatas mana kemampuan yang sudah Aland kuasai, hutan ini sering Luke kunjungi ketika ia sedang ingin membunuh para rogue atau serigala liar yang membuat kekacauan.
Para rogue yang mencium kehadiran mereka, langsung keluar dari persembunyian nya. Luke tersenyum miring ketika di depan nya telah berkumpul para rogue. Baginya membunuh banyak rogue adalah makanan sehari-hari nya yang sayang sekali untuk di lewatkan.
Lain dengan Luke, lain juga dengan Aland, anak lelaki itu menatap rogue yang berbaris di depan nya dan bergidik nyeri, ia merasa tak suka saat rogue itu menggeram ke arahnya,
Para pengawal melangkah mundur atas perintah Luke. Di ikuti pria berwajah rupawan itu, meninggalkan Aland yang berada di baris terdepan.
"Baiklah Aland, bunuh mereka semampu mu, dan jika kau kesulitan kau bisa mundur dan biar aku yang akan membunuh mereka," perintah Luke seraya melipat tangan nya di depan dada, jubah panjang yang Luke kenakan tersingkap mengikuti ke arah angin yang berhembus, di pinggang nya tergantung sebuah pedang.
Aland menyiapkan pedang yang akan di gunakan untuk memenggal kepala para rogue. Aland melangkahkan kakinya untuk lebih dekat lagi dengan kumpulan rogue itu, pedang nya berada di depan tubuhnya dan siap untuk menebas kepala rogue itu.
Para rogue langsung memulai aksi mereka untuk menyerang Aland secara beruntun. Aland menangkis semua serangan yang di arahkan padanya dengan cepat. Pedang Aland menari-nari di udara seiring rogue yang berkurang satu dengan kepala yang sudah terpisah dari tubuh mereka.
Aland tersenyum puas. Aland menendang Rogue yang mencoba menyerangnya dari belakang, lagi-lagi Aland mendengus kesal, rogue itu sudah memulai aksi curang mereka dengan menyerang nya dari belakang, beruntung Aland menyadarinya terlebih dahulu. Saat dua ekor rogue berlari ke arah nya, saat itu juga nyawa rogue itu langsung melayang di tangan Aland.
Aland memperhatikan beberapa ekor rogue yang sedang bersiap menyerangnya lagi. Pangeran kecil itu mengambil sikap siap saat tujuh ekor rogue mengepung dirinya yang berada di tengah. Secara bersamaan beberapa rogue itu langsung menyerang nya, Aland menendang, memukul dan menebaskan pedangnya dengan lihai.
Aland yang kewalahan pun sedikit lengah secara ia tak sadar bahwa ada salah satu rogue yang menyerangnya tanpa sepengetahuan nya. Aland terpental jauh akibat tendangan rogue itu, Pedang milik Aland pun terlempar jauh dari sang empunya.
Jika ia mengambil pedang itu terlebih dahulu maka para rogue itu akan menyerangnya lagi dan ia tak memiliki banyak waktu. Aland segera bangkit begitu ia mendapatkan ide.
Aland berlari menuju ke roguem
Trasss
Kuku panjang Aland langsung menebas rogue itu seperti sebuah tebasan pedang. Tubuh beberapa rogue itu tergeletak tak jauh dari hadapan Aland dengan bersimbah darah.
"Hebat, aku tak menyangka kau mengalahkan rogue sebanyak itu," puji Luke seraya berjalan menghampiri Aland yang tengah membersihkan pedang nya.
Aland berdecih dan memasang ekspresi jijik saat melihat bajunya sudah berlumuran darah rogue.
"Aku benci darah rogue," tukasnya malas seraya mendengus.
"Sebaiknya kita kembali ke istana, sebelum Ibu menghukum ku karena sudah membawa mu untuk bertarung," perintah Luke dan langsung diangguki Aland.
Luke membalikan tubuhnya lalu melesat, di ikuti oleh Aland yang mengekor di belakang Luke. Dan di belakang mereka para pengawal mengikuti langkah keduanya.
Tak beberapa lama, Luke dan Aland pun sampai di istana, tanpa membuang waktu Luke langsung masuk ke ruang aula istana melewati jendela. Dan Aland memasuki ruang aula melewati pintu masuk utama.
Luke dapat melihat bahwa di ruang aula istana telah berkumpul seluruh anggota kerajaan tak terkecuali Ibu nya juga, Lord Edmans dan Queen Klarisa duduk berdampingan di kursi singgasana.
Lord Edmans langsung menatap Luke ketika Luke baru saja masuk ke dalam aula. "Ah, Luke darimana saja kau bersama Aland? kami semua mencari mu dan Aland!"
Luke duduk di kursi miliknya.
"Aku hanya membunuh rogue," jawab Luke singkat tak ada penjelasan sedikitpun.
Aland memasuki ruangan aula istana membuat seluruh pasang mata menatap ke arahnya, dengan acuh Aland duduk di kursi miliknya di samping kursi milik Jason.
"Aku dan Luke baru saja kembali dari hutan sarang rogue," timpal Aland menyahuti ucapan Lord Edmans.
Queen Klarisa menatap tajam Aland, karena bagaimana pun ia tak akan pernah membiarkan Aland turun tangan untuk menuntas para rogue.
"Mengapa kau berada di sana Aland?" tanya Queen Klarisa penuh selidik
"Tentu saja untuk bertarung bu," jawab Aland santai.
Queen beralih menatap tajam Luke.
"Luke sudah Ibu peringatkan, jangan pernah mengajak Aland untuk ke hutan itu lagi, hal itu bisa mengancam keselamatanya," ucap Queen Klarisa serius pada Luke yang hanya diam seolah acuh pada ucapan Ibu nya.
Luke mengedikan bahunya acuh.
"Dia yang memaksa," jawab Luke dengan nada santai.
Baru saja Queen Klarisa ingin mengomeli Luke lebih lanjut karena anaknya itu sangat mengacuhkan ucapan nya, dan perkataan nya terpotong oleh seruan seseorang.
"IBU, AYAH, AKU SUDAH MENEMUKAN MATEKU," seru Albert membuat perkataan Queen Klarisa hilang begitu saja, Albert masuk ke dalam ruang aula dengan senyum khas miliknya dan terlihat Albert sedang menggandeng seorang gadis masuk ke dalam ruang aula.
Sontak semua mata tertuju pada sang Pangeran kedua Darwisen yang berbicara dengan nada lantang, mereka menatap Albert seolah meminta penjelasan bahwa ucapan nya barusan adalah sungguhan dan tak main-main.
Lord Edmans berdehem singkat untuk mencairakan suasana yang sempat hening. "Benarkah Albert?" Lord Edmans turut senang jika putra keduanya itu sudah menemukan seorang mate.
Albert mengangguk, ia senang bahwa respon dari Ayah nya begitu baik. "Perkenalkan Ayah dia mate ku, Adelia. Putri dari kerajaan vampire di selatan."
Adel menunduk hormat kepada Lord dan Queen, saat ini ia merasa sangat gugup karena sedang berhadapan langsung dengan kedua orang tua mate nya sekaligus vampire terkuat di dunia Immortal.
"Salam hormat saya Lord dan Queen Klarisa."
Queen Klarisa berdiri dari tempat nya dan mengelus kepala Adel yang akan menjadi putri nya juga.
"Matemu sangat cantik Al," ujar Queen Klarisa kepada Albert seraya tersenyum pada Adel.
"Selamat datang di Darwisen," sapa Queen Klarisa ramah.
Adel menanggapinya dengan tersenyum kaku, ia baru pertama kali berada di hadapan Queen dan Lord terkuat di tempat nya tinggal, ia tak tahu harus melakukan apa di depan mereka, beruntung Albert menggenggam tangan nya seolah memberikan maksud tertentu.
Lord Edmans tersenyum menatap mate dari putra kedua nya itu.
"Bagaimana kau bisa bertemu dengan nya Albert?" tanya Lord Edmans.
"Saat aku berjalan-jalan di hutan tak sengaja aku mendengar suara pertarungan dari perbatasan.
Dan aku memutuskan untuk melihat itu, aku melihat seorang gadis sedang bertarung dengan banyak rogue dan aku membantunya, Selesai bertarung aku baru menyadari bahwa Adel adalah mateku." Albert menjelaskan ceritanya secara singkat.
_________________TBC_________________
Bab ini sudah di revisi ulang yah jadi ada yang sudah di rubah.
Menurut kalian bagaimana alur cerita ini
Seru........
Biasa aja.....
Lumayan.....
Seru banget....
Vote and comen nya yah biar aku semangat nulis nya😀
See you😘