Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]

By Anindana

11.4M 734K 20.6K

Megan Penelope dimata Alceo Tyler adalah seorang perempuan yang sangat menyebalkan di kehidupannya. Disaat se... More

Prolog
BadBoy 1
BadBoy 2
BadBoy 3
BadBoy 4
BadBoy 5
BadBoy 6
BadBoy 7
BadBoy 8
Badboy 9
BadBoy 10 (1)
BadBoy 10 (2)
OPEN PO FATED!!!
BadBoy 11
BadBoy 12
BadBoy 13
BadBoy 15
BadBoy 16
BadBoy 17
BadBoy 18
BadBoy 19
BadBoy 20
BadBoy 21 (1)
BadBoy 21 (2)
BadBoy 22
BadBoy 23
BadBoy 24
BadBoy 25
BadBoy 26 (1)
BadBoy 26 (2)
BadBoy 27
BadBoy 28
BadBoy 29
BadBoy 30
BadBoy 31 (1)
BadBoy 31 (2)
BadBoy 32
BadBoy 33
BadBoy 34 (1)
BadBoy 34 (2)
BadBoy 35
BadBoy 36
BadBoy 37
BadBoy 38
Badboy 39
BadBoy 40
BadBoy 41
BadBoy 42
BadBoy 43
BadBoy 44
Epilog (End super End!)

BadBoy 14

191K 15.5K 348
By Anindana

Megan menatap jalan panjang di hadapannya dengan tatapn tidak percaya. Kesal, takut, sedih, dan khawatir mulai merasuki tubuh Megan perlahan-lahan.

Bagaimana bisa ia berakhir di jalan panjang dengan ladang besar di kedua sisi, dan juga lalu lalang mobil yang mengabaikan ibu jarinya untuk meminta tumpangan? Ah karena Megan ditinggal oleh bus perusahaannya ketika sedang mencuci muka, dan kunci kamar mandinya macet.

Perusahaan milik laki-laki menyebalkan yang sekarang ini sedang mengejeknya dalam kepala, mengatakan karma berulang kali dan membuat kepalanya hampir mengepulkan asap akibat perasaan kesal akan nasib sialnya.

Mungkin Alceo yang berada dalam ingatan Megan benar... ini Karma karena Megan begitu giat mensugesti kepalanya kalau ia membenci Alceo.

Setelah terkunci di kamar mandi yang ternyata memang rusak dan hanya bisa dibuka dari luar selama hampir 1 jam, berusaha mencari orang yang bisa membantunya menghubungi penanggung jawab perusahaannya namun tidak berhasil karena tempat pemberhentian itu cukup sepi dan juga tidak ada dari mereka yang tidak merasa curiga melihat Megan, mencoba mencari tumpangan dengan menjulurkan ibu jarinya yang tentunya diabaikan, maka Megan terpaksa menerima takdirnya untuk berjalan kaki.

Sudah hampir 2 jam Megan berjalan kaki meski sekali-sekali ia berhenti dan mengipasi dirinya akibat dibakar matahari. Namun Megan masih belum menemukan tanda-tanda kalau ia akan segera sampai di Las Vegas. Jangankan sampai... ketika ia melihat papan penunjuk jalan, Las Vegas masih 160 Miles lagi atau 257km lagi untuk sampai di Las Vegas.

Gila... ia bisa menghabiskan 2 malam untuk sampai di Las Vegas dengan berjalan kaki. Atau mungkin, ia bisa mati dehidrasi besok pagi. Jangankan besok pagi, Megan saja tidak yakin ia bisa melewati dinginnya cuaca malam nanti.

Ew! Megan tidak menginginkannya. Ini semua benar-benar buruk hingga Megan tidak sadar kalau ia mulai menangis sambil terus berjalan.

"Mommy, Daddy, maafkan putrimu yang tidak bisa pulang ke Manhattan dalam keadaan hidup nanti..." Megan bergumam asal sambil menyeka airmatanya.

Sebuah kebiasaan buruknya kalau sudah gelisah.

Setidaknya kalau ia akan mati, ia harus memastikan kalau tubuhnya nanti akan dapat dengan mudah ditemukan, bukan malah menghilang dimakan binatang buas.

Namun di tengah jalan raya yang penuh dengan ladang luas seperti ini, ia jadi merasa berada di Film Madagascar. Binatang buas mungkin akan keluar diam-diam di malam hari, mengejutkannya, lalu menerkamnya setelah di pamerkan ke seluruh penghuni ladang itu jika ada manusia tertangkap akibat tertinggal bus.

Airmata Megan kembali mengalir, ketakutan sendiri dengan pemikiran liarnya.

***

"KENAPA BISA TIDAK ADA YANG MENYADARI KALAU MEGAN TIDAK BERADA DI DALAM BUS?!" Teriak Alceo di hadapan seluruh karyawan yang seharusnya bertugas melakukan pengambilan iklan di Las Vegas guna menjalankan ide brilian Megan. "APA BEGITU CARA KALIAN MEMPERLAKUKAN KARYAWAN MAGANG?! DENGAN MENGABAIKANNYA?!"

Karyawan di hadapannya memutuskan untuk tutup mulut. Alceo memang dikenal tegas, apa lagi kalau sudah menyangkut pekerjaan. Tapi mereka sama sekali tidak pernah melihat Alceo murka seperti ini.

Begitu memutuskan sambungan telepon dan memutar balik untuk mencari Megan, Alceo tersadar kalau ia tidak tahu jalan mana yang rombongan karyawannya lalui. Ada banyak jalan menuju ke Las Vegas, dan Alceo tidak memiliki banyak waktu untuk menelusuri jalan itu satu persatu.

Maka Alceo memutuskan untuk menuju ke hotel tempat karyawannya menginap, sekaligus memberi sedikit pelajaran untuk anak buahnya.

"Kalian semua, dengarkan baik-baik." Alceo menarik nafasnya dalam sambil menatap satu persatu karyawannya bergantian. "Nasib pekerjaan kalian kini berada di tangan Megan. Kalau sampai terjadi apa-apa pada Megan, meski hanya segaris goresan kecil, kalian saya pecat!" Alceo melemparkan ultimatumnya kemudian berbalik untuk menghampiri mobilnya. Ia tidak ingin menghabiskan waktu lebih banyak lagi setelah mengetahui lokasi terakhir Megan dari sang supir.

Setiap waktunya berharga bagi Alceo sekarang. Ia tidak ingin terjadi hal-hal buruk pada Megan. Setidaknya, tidak ada yang boleh melakukan apapun pada Megan selain dirinya, termasuk menggoda Megan.

***

Megan menemukan batu besar di pinggir jalan. Setelah berjalan selama 1 jam dari waktu terakhirnya beristirahat, Megan memutuskan untuk kembali mengistirahatkan kakinya di batu besar itu.

"Berapa jauh lagi...." keluh Megan. Matahari yang tadinya bersemangat mengejeknya juga sekarang sudah turun untuk menerangi belahan dunia lainnya, berganti dengan bulan dan angin malam.

Apa mungkin aku akan mati hari ini? Malam ini? Semuda ini? Dengan cara seperti ini? Megan kembali menangis untuk kesekian kalinya.

Mungkin kalau airmatanya bisa membentuk sebuah aliran menuju ke Las Vegas, ia sudah hampir sampai di Las Vegas sekarang. Bukan stuck pada papan pemberitahuan kalau Las Vegas masih 150miles lagi.

"Kenapa aku bisa sesial ini? Kenapa harus aku?" Tanya Megan untuk kesekian kalinya.

Ciiiiiiiiiiiitttttttttt

Sebuah mobil yang melaju cepat melewati Megan mendadak berhenti menimbulkan bunyi decitan yang membuat Megan terkejut. Bahkan ban mobil itu meninggalkan jejak kehitaman di atas Aspal akibat rem mendadak yang dilakukan.

Megan menoleh dan spontan berdiri untuk melihat mobil yang berhenti sedikit jauh darinya.

"Setidaknya kalau aku harus mati hari ini, jangan biarkan aku tertabrak mobil," pintanya sambil mengelus dada. Membayangkan kalau mobil itu menabrak dirinya tadi dan membuat seluruh tulangnya patah kembali membuatnya merinding.

"Sepertinya aku sangat dehidrasi sampai aku tidak lagi bisa berpikir jernih," keluhnya memutuskan untuk duduk bersandar lagi di batu besar tadi. Ia berharap kalau nantinya akan ada manusia yang kasihan melihat dirinya dan menawarkan tumpangan. Ia tentunya masih belum siap untuk meninggalkan dunia ini seperti omong kosongnya sejak tadi.

Baru sedetik ia menarik nafasnya dan bokongnya menempel di bebatuan, Megan kemudian merasakan tubuhnya di tarik hingga kembali berdiri.

Ia mungkin benar-benar sudah dehidrasi hingga berhalusinasi. Di tengah jalan panjang dan lahan luas yang bercampur pasir dan rerumputan kering, dimana kemungkinannya bertemu dengan binatang buas lebih tinggi, ia malah membayangkan melihat laki-laki menyebalkan yang mungkin juga adalah penyebabnya mendapat karma hingga luntang lantung di jalanan seperti ini.

Bisa saja diluar imajinasinya, sosok di depannya adalah hidung belang yang sedang mencoba menggodanya?

Wah, Megan benar-benar kagum dengan otak cemerlangnya disaat genting seperti ini.

Disaat daya imajinasinya dan akal sehat sedang bertarung, kesadaran Megan lebih dulu mengambil tindakan dengan melakukan aksi menyelamatkan diri dari tindak asusila yang mungkin terjadi.

Dalam hitungan pertama, Megan melayangkan tendangan ke kemaluan laki-laki di hadapannya, -dimana Megan mempelajari kalau disana adalah titik terlemah laki-laki, dan itu cukup memberikan Megan waktu untuk kabur-.

"AUHHHHHHH.... HOLYCRAP!!! F**K! FREAKING STUPID WOMAN WHAT DID YOU DO?!" Teriak laki-laki itu yang secara spontan mengaduh, hingga berjongkok. Tangannya yang tadi menyentuh bahu Megan kini berpindah ke arah kemaluannya.

Sedangkan Megan yang baru akan melakukan aksi kaburnya, berhenti begitu menyadari kehebatan daya imajinasinya yang bahkan bisa dengan tepat mengingat suara Alceo.

"Auh... masa depanku, kebanggaanku..." ringis laki-laki itu kesakitan. Kemudian laki-laki berwajah mirip Alceo itu mengadah, menatap Megan dengan kesal. "KAU MAU BERTANGGUNG JAWAB KALAU KEJANTANANKU TIDAK MEMILIKI MASA DEPAN NANTINYA?! BODOH!!!"

"M-mister Tyler?" Gumam Megan tidak percaya. Mendengar ringisan Alceo, barulah Megan sadar kalau ia tidak berhalusinasi. Yang baru ia tendang adalah benar-benar Alceo! "HOLYSHIT, MR.TYLER WHAT HAPPEN?!"

"KAU MASIH BERTANYA?!"

"M-maksudku, maaf... aku tidak... t-tapi apa yang kau lakukan disini? Aku kira aku sedang berhalusinasi karena dehidrasi," lirih Megan.

"Aku mencarimu, Bodoh!!!" Gerutu Alceo. "Kalau tahu ini yang akan kudapatkan, lebih baik aku membiarkanmu kedinginan di sini sampai besok pagi!"

Bukannya merasa kesal, Megan justru merasa lega. Jantungnya berdebar sedikit lebih cepat dari biasanya. Ia juga tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum.

"Penyesalan selalu datang belakangan, huh, Mister?" Sindir Megan. "Ayo aku bantu. Kau bisa berjalan?" Megan menawarkan pundaknya.

"Aku bisa sendiri," tolak Alceo. Ia berjalan lebih dulu menuju ke mobilnya diikuti oleh Megan yang langsung berjalan di sisinya.

Malam itu dingin. Namun hal yang dirasakan kedua orang yang tengah berjalan berdampingan itu hanyalah kelegaan dan juga rasa aman.

Laki-laki itu cukup lama terdiam, membalas kesunyian yang sedang disuarakan oleh gadis di sampingnya.

Mungkin banyak yang bisa menjelaskan kepanikannya beberapa waktu yang lalu, namun Laki-laki itu masih belum cukup berani mengakuinya.

Mendengar gadis di sampingnya menghilang begitu saja di tempat entah berantah tanpa membawa apapun bersamanya akibat kecerobohan gadis itu, mampu membuat laki-laki itu tidak bersikap profesional juga mempertahankan kharismanya di depan seluruh karyawannya.

Jika salah satu keluarganya melihat apa yang baru terjadi padanya, ia hanya akan dijadikan lelucon seumur hidup dan di tertawakan. Karena pada akhirnya, hidup Alceo Marvello Tyler, mampu dibuat seberantakan itu hanya karena seorang perempuan.

Alceo membuka suaranya tanpa menghentikan langkahnya. "Aku lega, kau baik-baik saja."

Langkah gadis itu terhenti mendengar ucapan tidak terduga Alceo barusan setelah hening yang cukup lama di tengah gelapnya malam.

Alceo sadar kalau langkah gadis itu terhenti. Maka ia menghentikan langkahnya dan berbalik. Tanpa bisa ia kendalikan, kedua tangannya terentang meraih bahu gadis itu dan membawanya ke pelukannya. Ia menghembuskan nafas lega yang dapat di dengar gadis itu dengan baik.

"Siapa kau sebenarnya, Meg? Kenapa kau bisa membuatku setakut ini?" Bisiknya.

***

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 278K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
9.5K 727 18
The Last Love adalah sequel dari We Got Merried. Jangan lupa baca We Got Merried untuk tau cerita mereka sebelumnya.
21.2M 751K 68
[[Tidak diRevisi]] [[Completed]] 21+ Ada beberapa part yang berunsur dewasa. Dimohon menjadi membaca yang bijak. Nichole Scrott adalah anak dari pa...
1.3M 28.3K 27
# 28 in Fanfiction [25- 05- 2018] [Sebagian cerita telah dihapus untuk kepentingan penerbitan] Apa yg ada dibenak kalian kalau dijodohin sma cowo Gan...