TRS (3) - Mika on Fire

By wulanfadi

2.5M 190K 26K

Mika, cowok aneh, suka berbicara sendiri, bertingkah konyol dan berturut-turut menjadi badut kelas ternyata m... More

TRS [3] - Mika on Fire
M-J :: (1) Jam 12
M-J :: (2) Sarapan
M-J :: (3) Kenapa?
M-J :: (5) Bertukar
M-J :: (6) Dekat
M-J :: (7) Rasa
M-J :: (8) Tertangkap
M-J :: (9) Pesta
M-J :: (10) Pukulan
M-J :: (11) Berita
M-J :: (12) Ngobrol
M-J :: (13) Tau
M-J :: (14) Nyaris
M-J :: (15) Rencana
M-J :: (16) Sistem
M-J :: (17) Kejar
M-J :: (18) Kenapa?
M-J :: (19) Lagi
M-J :: (20) Makan
M-J :: (21) Pertunjukkan
M-J :: (22) After
M-J :: (23) Akhir
TRS (3) - Epilog
One-Shot

M-J :: (4) Jatuh

105K 7.9K 1.3K
By wulanfadi

M-J :: (4) Jatuh

============

M I K A

Oke, mari gue perjelas hubungan gue dengan Juliana.

Kami pernah pake jaket kembaran, jaket dia bertuliskan "He's my hero" dan jaket gue bertuliskan "She's my everything", kami jalan keliling karnaval di Jakarta, berangkulan.

Jadi lo tau jelas hubungan kami apa.

Lo bisa bayangin. Gue udah jalanin hubungan ini nyaris tiga tahun. Backstreet. Temen-temen gue gak ada yang tau, termasuk Juna. Gue berpura-pura gak kenal Juliana waktu Julian ngenalin dia ke semua temen-temen gue. Gue mau semuanya bakal indah pada waktunya. Tapi gue salah. Sebulan sebelum Mei, Juliana mutusin hubungan kami. Dia gak bilang alasannya apa. Meski gue tau apa alasannya, gue mau dia ngomong langsung ke gue. Gue mau fakta. Juliana ngotot gak mau bilang. Dia cuman pergi gitu aja ninggalin gue sendirian. Besoknya, Julian ngabisin gue karena buat Kakaknya nangis.

Julian aja gak tau malem itu gue nangis tiga ember gara-gara diputusin.

Lo bisa bilang gue ini cowok aneh, cowok gila yang mencintai orang sampe segitunya, cowok banci yang hatinya terlalu rinto. Tapi lo gak pernah 'kan ngerasain ketemu seseorang yang lo pikir bakal jadi pendamping lo nantinya? Lo gak pernah kepikiran itu. Yang lo tau cuman "gue pacaran sama dia, gue eksis, gue aman, gue gaul". Gak, gue gak ngukur hubungan gue macem hubungan status doang. Gue mikir jauh. Gue terlalu mikir jauh sehingga gue gak bisa berhenti. Gue gak berhenti di titik ini aja.

Dan, pada akhirnya salah satu diantara gue dan Juliana lelah, lalu berhenti di tengah jalan.

Jlebnya tuh di sini.

"Mika," panggilan seseorang membuat lamunan gue buyar. Gue terjengkang ke belakang gara-gara kaget waktu melihat wajah Karin di depan gue persis. "Karin, gue makan lu!"

Karin melayang-layang dengan kedua kaki disilang. "Sore ini aku ingin meminta bantuanmu."

"Oke," gue menghela nafas berat. "Gue harus ngapain? Kecebur got? Ketemu orang yang lo suka trus bilang 'Eh tau gak? Orang yang udah meninggal ternyata dulunya suka sama lo!'"

"Itu sindiran?" tanya Karin jengkel. Gue nyengir tiga jari. "Mungkin."

"Tidak, aku tidak meminta yang sulit-sulit. Kau hanya harus mendorong tempat tidurmu ke sudut jendela," celoteh Karin. "Kau harus tahu apa yang ada di bawah tempat tidurmu."

"Kalo gak salah sih ada kotak catur peninggalan Bokap sama bonekanya Mello," ucap gue polos sambil mendorong tempat tidur. Ya, meski permintaannya si Karin ini aneh, tapi gue kepo juga. Kali aja di bawah tempat tidur gue ada harta karun. Gue bisa jadi milyarder dan mungkin gue bisa ngelupain Ana.

Tuh 'kan inget lagi.

"Meski aku kasihan padamu, kau tetap harus melakukan ini," gumam Kiran. Suaranya kecil, tapi untuk ukuran kamar gue yang hanya tiga kali tiga meter, gumamannya terdengar jelas. "Lo bilang apa?" tanya gue pura-pura bego.

Karin tampak gugup. "Tidak, lanjutkan saja mendorong tempat tidurnya."

Gue mengangkat kedua bahu. Setelah lumayan lama mendorong tempat tidur, akhirnya gue bisa menghela nafas lega. "Nah, udah 'kan? Trus apa?" tanya gue sambil melihat barang-barang yang berserakan di lantai. Barang itu gue taro di bawah tempat tidur, berdebu, dan jarang gue keluarin.

Gue mengetukkan sepatu pada lantai kayu. Ya, rumah gue masih pake lantai kayu. Agak mistis dan kuno, sih. Tapi gue suka aja. Beda sama rumah modernnya Juna atau rumah victoria Matt. Gue berhenti mengetukkan lantai begitu mendengar suara kayu reyot. Kayak dimakan usia. Tepat di tengah-tengah kamar.

Karin melayang di samping gue. "Itu tempatnya."

"Tempat ap--" ucapan gue terpotong waktu tempat yang reyot tadi tiba-tiba membentuk sebuah lubang, sehingga gue yang berdiri di atasnya langsung meluncur turun ke bawah.

Kaget abis.

"Karin!" jerit gue sambil mencari pegangan, nihil. Permukaan lubang ini semuanya licin. Mirip perosotan di TK gue dulu, tapi versi gedenya. Oiya, kalo di TK gue ketawa-ketawa waktu naik perosotan trus suasananya ceria. Lah ini. Udah gelap, sepi, nyeremin. Bukannya ketawa gue malah mau boker.

Sebelum gue berpikir inilah akhir kisah hidup seorang Mika Indra Astyan, gue jatoh di bantalan empuk entah apa. Kenyal-kenyal macem jelly. Gue mengedarkan pandangan ke sekeliling. Rahang gue jatoh ke bawah begitu melihat hutan rimbun di depan gue. Cahaya matahari menyinari hutan ini, sehingga semuanya tampak jelas. Gue mengerjapkan mata berkali-kali melihat hijaunya hutan. Suasananya juga asri. Gue menengok ke belakang, tepatnya ke arah lubang perosotan tadi.

Lubang itu perlahan tertutup.

Gue jerit.

"GUE PULANG GIMANA?!?!" gue berusaha bangkit dari bantalan jelly, tapi susah. Ini jelly memerangkap gue. Enak sih kalo tiduran di sini sambil makan kue, tapi, gue gak mau ada berita dengan judul Seorang Remaja Tersedot Lubang di Kamarnya dan Raib.

Never in million years kalo kata Liam personil One Direction, penyanyi favoritnya si Mello, adek gue.

Gue nyaris berhasil bangkit dari bantalan jelly sewaktu satu lubang lagi muncul tepat di samping gue. Gue lompat dari bantalan jelly. Dengan keisengan meningkat, gue melongok ke lubang baru sambil bertanya-tanya siapa yang main perosotan lagi.

Begitu terdengar teriakan orang, mata gue membelalak.

Baru aja gue mau mundur dari lubang itu, seseorang keluar dari lubang perosotan dan menimpa gue.

Anjrit, hak sepatunya kena rusuk gue.

Sakit, men.

"Eh, maaf, ya ampun kena ya?"

Gue membuka mata perlahan. Mulut gue ingin memaki-maki orang yang seenak udelnya nimpa gue. Meski sebenernya salah gue juga kenapa iseng.

Jantung gue langsung lari dari atas ke bawah begitu melihat mata hitamnya.

Mata Juliana.

Dan orangnya lagi nimpa gue.

Ini pasti mimpi.

===M i K a===

A N A

Kalau bisa, aku mau mencincang Kiran jadi tiga puluh potongan, merebusnya di kuali dengan air mendidih, lalu memakannya selahap mungkin. Kalau bukan karena Kiran, aku pasti tidak akan mendorong tempat tidurku, jatuh ke lubang dalam seperti perosotan, dan menimpa seseorang yang tidak pernah aku pikirkan dapat bertemu di tempat seajaib ini.

Ya, aku menimpa Mika. Mika yang itu.

Aku tidak bisa bernafas begitu menyadari jarak kami sangat tipis. Dari iris cokelatnya, aku yakin Mika pun terkejut melihatku. Aduh, mana tadi aku tidak sengaja menginjak tulang rusuknya. Pasti dia kesakitan. Dengan sisa kewarasan, aku berusaha bangkit dari bantalan mirip jelly, tapi baru saja bergerak sedikit, aku kembali jatuh.

Canggung momen.

"Eh, itu, eh, aduh," wajah Mika berubah merah seiring suara gagapnya terdengar. Aku memalingkan muka. "Oke, uhm. Ini canggung."

"Ana masih pake sepatu hak?" tanya Mika.

Lah, gak nyambung.

Melihat wajahku bingung, merah di pipi Mika menjalar ke telinga. "Kaki Ana 'kan cepet capek. Kalo pake sepatu hak ..." Mika menggantung kalimatnya, "Oiya. Bukan urusan gue, ha-ha-ha."

"Mika," aku memasang tampang memohon, sudah berkali-kali cowok ini memintaku menerimanya lagi dan berkali-kali juga aku menolaknya. Meski aku memang sayang padanya, tapi aku lebih sayang Ayah. Dan meski aku harus sakit hati karena tidak bisa memilikinya, bukan berarti aku harus melihat Ayah sakit hati karena melanggar nasihatnya.

"Gue tau," Mika mengangguk yakin, dia tersenyum seceria mungkin. Dengan sisa tawanya, dia menggoyangkan bantalan jelly sehingga aku kehilangan keseimbangan dan jatuh menapak tanah.

Kuedarkan pandangan ke sekeliling. Satu yang aku tahu, aku kagum pada pemandangan hijaunya hutan rimbun ini. Seperti ada di buku dongeng. Dimana semuanya tampak damai dan tentram. Aku menghembuskan nafas berkali-kali. Segar.

"Hei, Jules," panggil Mika, uh, dia tetap saja memanggilku Jules karena tidak ada satupun orang yang melakukannya. Orang-orang mengenalku Ana. Bukan Jules.

"Panggil Ana aja, kayak tadi," ucapku pelan tanpa menengok ke arah Mika. Dari suara gemerisik di belakang, aku tahu Mika mengikutiku. "Biarin. Ini mulut gue, gue bisa ngomong apa yang gue mau."

Dih, masih kayak dulu, childish di depanku doang.

"Mika," aku menggeram kesal, kutolehkan kepalaku ke arah cowok itu sambil cemberut. "Jangan kayak bayi bisa gak sih?"

"Kayak bayi?" mata Mika membelalak. "Oke, gue kayak bayi, ya."

Dan dia mulai menangis kencang macem bayi baru lahir.

"MIKA, IH!" aku tertawa melihat kekonyolannya, yang seperti biasa, menghangatkan hati. Hah, andai bisa kayak gini terus.

"Kok lo di sini, Jules?" tanya Mika.

Aku duduk di sekitar daun yang berguguran. Mika duduk di sebelahku. Kutatap bantalan jelly tempat aku dan Mika tadi jatuh. Lubang perosotan sialan itu sudah tidak ada, raib. Bagaimana aku pulang? Sialnya lagi Kiran menghilang tiba-tiba. Mana aku tidak tahu tempat apa ini.

"Gue gak tau deh," jawabku, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sepi. "Ini dimana sih?"

"Gak tau," Mika mengedikkan kedua bahunya. "Seperti yang lo tau, ada hantu minta bantuan ke gue dan ya, dia yang bawa gue ke sini."

Mataku membelalak. "Hantu juga?"

"Iya, jangan bilang lo juga," mata Mika melotot.

Aku mengangguk. "Namanya siapa?"

"Karin!" jawab Mika takjub. "Kalo lo?"

"Keran! Eh, Kiran!"

Kami berdua saling tatap. Merasa bingung satu sama lain. Kenapa Kiran-Karin membawa kami ke sini? Apa mereka mau memutilasi kami karena sering memaki kawanan hantu? Membayangkan aku direbus di kuali membuatku bergidik.

Baru saja aku ingin berbicara, terdengar tiga langkah kaki manusia--ya, syukurnya manusia--mendekati aku dan Mika. Bertepatan dengan itu, satu lubang kembali muncul dan tak lama kemudian, seseorang jatuh ke bantalan jelly.

Aku melihat tiga orang yang muncul. Mika menengok ke arah bantalan jelly.

Gila.

Aku tidak percaya melihat aku bersama Mika dan Faren temannya Mou, sedang berjalan bersama dengan pakaian yang tidak biasa, mirip seperti pakaian ... Kiran!

Mika menyenggol bahuku. Kutatap dia dengan pandangan bertanya. Mika berbisik. "Faren," ucapnya dengan mata menatap lurus ke arah bantalan jelly.

Aku mengikuti arah pandang Mika.

Mika benar, yang jatuh ketiga kalinya di bantalan jelly ternyata Faren.

Ini canggung. Aku, Mika, Faren dari dunia manusia jatuh ke lubang perosotan yang ada di kamar masing-masing lalu sosok aku, Mika, Faren dari dunia entah apa muncul.

Aku punya kembaran?

Ini pasti mimpi.

===M i K a===

Sashi menggebrak meja, mengejutkan Mika yang masih bercerita. Cewek itu menjerit histeris. "ANJIR LO GAK BOONG 'KAN?"

Mika menatap Sashi dengan tatapan shock. "Gue kaget, jir. 'Kan gue bilang, jangan disela."

"Tapi, Mik. Gue kira lo mau curhat menye-menye. Taunya cerita lo gila," Sashi menarik-narik rambutnya gemas. "Serius lo main perosotan gede di kamar lo? Ih, mau nyoba!!"

"Itu momen paling nyeremin, plis," Mika memutar bola matanya. "Waktu itu gue kaget banget."

"Tapi kan seru!" Sashi heboh sendiri. "Trus lo ketemu Ana di sana. Udah kayak jodoh. Eh iya, Faren siapa?"

"Faren temennya Moureta, yang dulu ikut pertukaran pelajar ke Bangkok bareng Ionatha sama Fika, inget gak?" tukas Mika. Sashi mengangguk paham. "Oh, yang dulu bantuin Ionatha bayar argo taksi 'kan? Gue ngakak waktu Mou cerita soal itu." (Matt and Mou chapter 12)

Mika mengangguk, kali ini Sashi tidak mengejeknya sebagai boneka Hoka-Hoka Bento.

"Eh iya, trus kembaran lo itu mukanya mirip gitu sama lo? Tapi bajunya kayak yang di buku dongeng 'kan? Kok bisa? Ih, pasti Mika yang di buku dongeng ganteng!" lagi-lagi Sashi heboh, satu hal yang jarang Mika lihat. "Anjrit, gue juga ganteng kali. Iya, muka mereka mirip banget sama gue, Juliana, dan Faren. Gue aja kaget. Kayak kembaran. Tapi dari muka mereka, kayaknya mereka udah tau."

Sashi berdiri dari posisi duduknya. "Bentar, break dulu. Gue mau ke toilet. Jangan dimatiin Skype-nya oke? Gue kepo."

"Matiin ah," ucap Mika jahil. Sashi melotot. "Awas aja kalo berani."

"Iya, iya, cepetan pipisnya sono," Mika memutar bola matanya. Lagi-lagi Sashi melotot. "Kok lo tau gue mau pipis?"

"Tau lah, g-u-e," Mika nyengir. Sashi mencibir. "Sok amat, boss."

Lima belas detik kemudian, Sashi telah kembali dari toilet. Mika menatap cewek itu terkejut. "Cepet amat."

"Iyalah, g-u-e," balas Sashi. Mika nyengir kocak. "Anjir, dibales."

"Sekarang cepet cerita lagi!" Sashi bertitah seperti boss. Mika mengangguk sok alim. "Iya, Nyonya Besar."

"Syalan," ucap Sashi sambil tertawa.

Mika tersenyum lebar, "Kembaran gue bilang ...."

===M i K a===

a.n

HAIII, PAGI!

kayaknya ini bakal jadi apdetan terakhir. abis UN baru apdet lagi, haha. maafin gue atas kesalahan gue ya, kawan. yang kalo dijabarin satu-satu pasti banyak banget kesalahannya

cerita ini masih abu-abu, soalnya gue emang ngejelasinnya bertahap gak semuanya dikasih tau. soal siapa miles-jules juga bakal dikasih tau nanti kok, sabar yah

makasih bangetttt yang read, vote, comment dan nerror gue di ask.fm/kik, HAHAHA gue seneng banget feedback kalian positif padahal guenya sendiri lagi negatif molo gara-gara UN. tapi rasa negatif di diri gue berkurang waktu baca komen lo pada, anzlay gue senyam-senyum sendiri baca komen kalian, moodboster parah

buat @rdnanggiap, @nunizzy, @levinefghry, @JungHyunRa dan anak-anak kelas 9 lainnya, SEMANGAT UN-NYA! YANG GAK SABAR PAKE PUTIH ABU-ABU UNJUK GIGI!

dan buat @sashimii, ai luv yu

03-05-14

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 97.7K 19
Disclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [2] : MIkayla Cher Plea...
1.2M 60.2K 25
Disclaimer: Cerita ini adalah cerita pertamaku yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Nina harusnya tahu sejak awal. Sejak...
147K 12.1K 20
Takdir memang selalu saja bisa mempermainkan manusia. Siapa sangka akan bertemu lagi dengan orang yang pernah singgah di masa lalu setelah 5 tahun ti...
372K 47.6K 40
[PEMENANG WATTYS 2021 KATEGORI "NEW ADULT"] "HEI!" Rasi, cowok itu kembali memanggil. Sejujurnya Rasi ingin bertanya kenapa dengan cewek itu, namun s...