Lovesomnia [TAMAT]

Da Sitinuratika07

9.8M 482K 19.8K

Series #3 Romance Ganti judul Friend'sleep' = Lovesomnia ❤️ Sinopsis langsung baca di Prolog ya❤️ Sebagian is... Altro

Prolog
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18.1
Bagian 18.2
Bagian 18.3
EBOOK LOVESOMNIA
Webtoon Lovesomnia Rilis

Bagian 14

351K 23.1K 1.2K
Da Sitinuratika07

Enjoy ❤️❤️

*******

💗 90.517 likes

Raymond Giano: Roses and you. Beautiful.

******

Setelah kejadian cium pipi yang dilakukan Monik, suasana hati Raymond semakin bersemi saja. Pria itu bahkan semakin memperlihatkan rasa sukanya pada Monik. Seperti menciumi punggung tangan, mengusap-usap kepala, ataupun mencuri satu-dua kecupan di bibirnya.

Walaupun Monik sering marah dan mengamuk saat Raymond mencium bibirnya, tapi pria tampan itu masih saja melancarkan aksinya, tanpa peduli kemarahan Monik yang menurut Raymond sangat menggemaskan itu.

Saat jam pulang kerja pun, Raymond selalu memeluk pinggang Monik, apalagi ketika melewati pegawai kantornya, seolah-olah mengingatkan pada semuanya bahwa tidak ada yang boleh mengganggu Monik mulai saat ini.

Setelah pulang, Raymond mengajak Monik ke salah satu mall terbesar di Jakarta, karena ingin membelikan gadis itu sebuah ponsel baru.

"Ray, itu terlalu mahal." Monik berbisik dengan sangat pelan saat melihat harga dari sebuah smartphone yang dipegang oleh Raymond.

"Tapi kamu suka kan?"

"Suka sih tapi--"

"Jadi Mbak, saya ambil ini." Raymond menunjuk smartphone asal Korea Selatan paling terbaru yang harganya hampir lima belas juta.

"Oke Pak. Langsung ke kasir ya. Setelah membayar, baru kita buka." Sales ponsel tersebut menuntun Raymond dan Monik untuk segera pergi ke kasir.

Monik hanya menganga ketika Raymond tersenyum padanya tanpa rasa bersalah. Pria ini benar-benar tak sayang uang!

"Raymond, kamu jangan berlebihan begini dong. Hape aku kemarin saja tidak lebih dari tiga juta kok," protes Monik sambil memegang sedikit bagian dari kemeja Raymond.

"Tidak apa-apa. Yang penting kamu suka. Buktinya kamu langsung bilang 'Wow' tadi kan?" ucap Raymond mengingat sikap Monik saat pertama kali melihat ponsel mahal itu.

"Ya itu karena aku kagum sama layarnya yang lebar banget. Pasti enak main game atau video call-an," jawab Monik jujur. "Padahal sayang uangnya," lanjutnya bersuara sangat pelan.

Raymond mengelus pucuk kepala Monik dengan lembut, "Jangan terlalu dipikirkan. Anggap saja itu permintaan maaf dariku karena sudah membanting ponselmu kemarin."

"Serah kamu deh. Tapi makasih ya," kata Monik sambil tersenyum. Raymond pun ikut tersenyum, lalu merangkul Monik untuk berjalan bersampingan menuju kasir.

Setelah membayar, sales itu baru membuka smartphone dan memperlihatkannya kepada Raymond dan Monik. Dia juga menjelaskan tentang kamera, charger, dan suara dari ponsel pintar itu.

"Ada kartu sim nya?" tanya si sales.

"Oh ada--"

Ucapan Monik langsung terhenti karena Raymond menggenggam tangannya erat.

"Nomor baru saja mbak. Jual kartu juga kan?" kata Raymond sambil tersenyum manis membuat sales wanita itu terpesona.

"Raymond!" protes Monik.

"Ssh.." Raymond menggelengkan kepalanya ke arah Monik supaya gadis itu tetap diam.

"Tapi--"

Spontan saja sales itu hampir tertawa saat Raymond menggerakkan satu jari tangannya ke depan mulut Monik. Pasangan di depannya ini sangat lucu. Tampan dan cantik. Cocok.

"Mau provider apa Pak?" tanyanya.

Monik tidak terlalu mendengarkan obrolan antara Raymond dan mbak sales itu, karena dia sudah terlanjur kesal. Menurutnya, Raymond tidak berhak melarang ini-itu, termasuk tentang nomor hapenya nanti. Padahal Monik sudah susah payah mengambil kartu SIM diantara kepingan ponselnya yang rusak parah kemarin.

Saat si sales sedang mengambil koleksi kartu SIM bernomor cantik, Raymond merubah posisi duduknya tuk menghadap ke Monik. Pria itu mencubit pipi Monik karena gemas melihat gadisnya cemberut.

"Kamu kenapa? Tidak suka dengan ponselnya?" tanya Raymond sok polos.

"Gak tau." Monik melengos ke arah lain demi tidak melihat pria menyebalkan di depannya ini.

"Atau.. Kamu tidak senang kalau aku ganti nomor hape kamu?"

"Kalau sudah tau, kenapa tanya?!" tanya balik Monik dengan kesal.

Raymond hanya terkekeh mendengar ucapan kekesalan dari gadisnya itu, "Aku tidak mau saja kamu berhubungan dengan pria lain. Apalagi dengan si Gerald itu."

Monik meremas kuat lengan Raymond dengan kedua tangannya, sehingga pria itu sedikit kesakitan.

"Ya ampun!? Kamu masih cemburu dengan Gerald? Aku kira kamu sudah mencari tau siapa dia," kata Monik sambil menggelengkan kepalanya.

"Maksud kamu apa?" tanya Raymond penasaran.

Monik tersenyum jahil, "Gerald itu.."

"Ini Pak nomor-nomor cantik yang kami jual," ujar sales ponsel tiba-tiba datang membawa beberapa kartu provider berwarna merah.

"Sebentar mbak. Pacar saya lagi mau ngomong sesuatu," ucap Raymond sejenak, lalu wajahnya kembali menghadap ke arah Monik. "Siapa Gerald?" tanyanya dengan suara datar.

'Oh lagi berantem toh, seru juga.'  kata sales itu dalam hati sambil memandang penuh minat ke pasangan di depannya ini.

Monik memajukan sedikit agar lebih dekat dengan telinga Raymond, "Gerald itu kakak kandungku."

"Apa?!"

Raymond sangat terkejut mendengar kenyataan itu, karena jika Gerald benar-benar kakak kandung Monik, berarti dia sudah membentak calon kakak iparnya sendiri. Bagaimana jika nanti dia tidak direstui oleh calon kakak ipar?

"Kamu serius?" tanya Raymond meyakinkan diri. Monik pun mengangguk mantap.

Raymond semakin kalut dan tanpa sadar menggenggam tangan Monik lebih erat, "Mbak, kami tidak jadi beli kartu. Pakai kartu lama saja. Mana kartu kamu tadi sayang?" ujarnya seperti tergesa-gesa.

******

Monik mengulum senyum saat melihat kegugupan Raymond. Kaki pria itu terus bergerak saat menanti kedatangan seseorang. Monik dan Raymond memang sedang menunggu Gerald untuk makan malam bersama di food court mall.

Setelah membeli ponsel, Raymond segera menyuruh Monik untuk menelepon kakaknya itu. Dia sengaja mengajak makan malam sekaligus ingin meminta maaf karena insiden kemarin.

Jika ingin mendekati Monik, tentu saja Raymond juga harus mendekati keluarganya agar hubungan mereka lancar. Meskipun Monik belum memberikan jawaban pasti setelah pernyataan perasaannya kemarin, tapi Raymond sudah menganggap Monik sebagai kekasih resminya.

"Santai aja dong mas," goda Monik sambil mencubit tangan Raymond.

"Bagaimana jika kakakmu tidak suka padaku?" ujar Raymond seraya mengerutkan dahinya.

"Memangnya kakak aku homo apa!? Kan tidak ada pengaruhnya juga kalau kakak aku suka kamu atau tidak," jawab Monik seadanya.

Raymond mendengus kesal, "kamu ini, dasar tidak peka."

"Heh??" Monik melongo. Biasanya ucapan seperti itu hanya berasal dari mulut wanita, tapi kali ini dia mendengarnya dari mulut pria. Raymond hebat.

"Kenapa?" timpal Monik lagi. Tapi Raymond tidak menjawab pertanyaan itu.

Dia hanya mengeluarkan dompetnya dari saku celana sambil berkata, "Kamu lapar kan? Pesan makanan sana," ucapnya sambil memberikan dompetnya yang tipis itu. Tipis sih, tapi isinya... tidak perlu dipertanyakan.


"Masa aku sendirian? Nanti kalau aku di dekati cowok lain gimana?"

"Ayo ayo."

Raymond berdiri dari tempat duduknya sambil menggandeng tangan Monik. Gadis itu pun tersenyum senang karena Raymond termakan omongannya. Padahal dia cuma malas saja pesan makanan sendirian.

Sambil melihat-lihat makanan dari kedai ke kedai, Raymond sebenarnya ingin menanyakan semua tentang Monik. Keluarga besarnya, berapa bersaudara, dimana keluarganya tinggal, mengingat Monik tinggal sendirian di Jakarta.

Raymond jadi menyesal waktu itu tidak terlalu mengorek kehidupan Monik terlalu dalam. Nanti malam saja dia akan menanyakan semuanya. Quality time before sleep. Setelah mengobrol, mereka pasti bertambah dekat dan dekat, lalu...

"Kamu mau udang? Kayaknya enak tuh," ucap Monik tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Monik sedang menunjuk ke wadah stainless yang berisi udang asam manis.

"Hem? Boleh sayang," kata Raymond sedikit kikuk.

"Sayurnya apa? Tumis tauge tahu itu mau gak? Kamu kan kurang subur haha," ucap Monik berbicara agak pelan.

"Aw sakit!" Raymond mencubit pipi Monik agak keras. Mau tak mau candaan itu sedikit menggores kepercayaan dirinya sebagai pria.

"Kamu mau tes? Ayo nanti malam kita buktikan. Awas saja kamu kabur," kata Raymond sedikit bernada ancaman.

"Hahahah, ya ampun. Aku cuma bercanda doang. Jangan diambil serius, Raymond." Monik tertawa sambil memukul pelan lengan pria di sampingnya.

"Padahal aku serius," kata Raymond sambil menatap Monik intens, membuat gadis itu terdiam seketika. Sepertinya dia sudah membangunkan Singa yang sudah lama tidur.

"Sudah ah. Ayo pesan. Nanti kakak aku datang," ujar Monik mulai memesan tanpa melihat lagi ke arah Raymond. Cukup jantungnya saja yang masih berdegup kencang akibat pembicaraan mereka tadi. Salahnya sendiri sih yang memulai.

"Minumnya apa?" tanya Monik sambil menoleh ke samping. Tidak di sangka, Raymond masih melihat ke arahnya, membuat Monik semakin salah tingkah.

'Kenapa dia liatin aku terus?!' teriak Monik di dalam hati.

"Dua es jeruk ya Mbak."

Pada akhirnya, Monik yang memesan semuanya dengan memakai uang dari dompet Raymond.

*******

Selang 10 menit kemudian, terlihat dari kejauhan seorang pria berusia 35 tahun sedang memegang ponselnya. Pria itu adalah Gerald Septiansyah, kakak kandung Monik.

"Itu Gerald!" seru Monik menghentikan acara makannya dan berjalan cepat mendekati kakaknya.

Sedangkan Raymond hanya diam di tempat, melihat Monik sedang memeluk pria bernama Gerald itu. Spontan saja timbul rasa cemburu karena selama ini, Monik tidak pernah memeluk dia, kecuali saat setengah sadar atau tertidur lelap.

Raymond menaruh sendoknya saat Gerald dan Monik berjalan beriringan ke arah tempat duduknya. Setelah sampai, Raymond spontan saja berdiri dan memanjangkan tangannya untuk bersalaman. Gerald pun membalasnya sambil tersenyum.

"Raymond," ucap Raymond memperkenalkan diri.

"Aku Gerald. Kakaknya Mon-mon."

"Kak! Jangan panggil begitu. Malu tau," bisik Monik, tapi suaranya masih bisa terdengar oleh Raymond.

"Tapi kalau dipikir-pikir, nama kalian hampir sama ya. Ada mon-mon nya," kata Gerald sambil tertawa pelan. Raymond pun ikut tertawa, tapi tawanya itu malah terdengar seperti canggung.

"Ya sudah duduk dulu kak. Aku pesen makanan buat kakak," ucap Monik tanpa basa-basi lagi meninggalkan Raymond dan Gerald berdua saja.

Kedua pria itu pun duduk berhadapan, tanpa saling bicara apapun. Raymond mengira, sikap Gerald yang ramah tadi hanya kamuflase saja. Tunggu sebentar lagi, Raymond yakin sikap Gerald pasti berubah drastis.

"Kamu pacar adik saya?" tanya Gerald beraura dingin.

Raymond tersenyum kecil, ternyata benar dugaannya tadi.

"Iya. Maaf waktu itu saya membentak Anda di telepon. Saya kira, Angel berselingkuh di belakang saya." Raymond berbicara seadanya tanpa ada yang ditutup-tutupi.

"Angel?" Gerald terdiam sejenak, "Ahh.. Angelina. Kamu orang pertama yang memanggil Monik dengan nama Angel." 

Ada rasa bangga terselip di hati Raymond saat Gerald berbicara seperti itu. Sepertinya kakak Monik berhati baik, sama seperti sang adik.

"Saya sudah maafkan kamu, bahkan sebelum kamu meminta maaf. Dari cara bicaramu waktu itu, saya sudah menduga kalau kamu pacarnya Monik." Gerald mengelus dagunya sendiri. Raymond memilih tidak menjawab terlebih dulu karena Gerald seperti ingin berbicara lagi.

"Tapi saya minta, kamu jaga dia baik-baik.  Kalau kamu membuat dia menangis, saya tidak akan merestui kamu sebagai adik ipar," lanjut pria bertubuh tinggi besar itu.

"Tentu saja. Saya berjanji seumur hidup. Bahkan saya berencana untuk mengajaknya menikah," kata Raymond dengan nada mantap.

Tanpa di duga, Gerald tertawa, "Itu bagus. Sebaiknya kalian cepat-cepat menikah supaya Monik ada yang menjaga. Saya sering cemas karena dia tinggal dikosan sendirian. Padahal ada keluarga kakaknya di sini, tapi dia memilih untuk ngekos sendiri," ucapnya.

"Maaf sebelumnya, apa Anda sudah menikah?" tanya Raymond dengan sopan.

"Santai saja Ray. Sepertinya aku sudah tak perlu berakting lagi. Kamu orang yang baik bagi Monik, tidak seperti dulu-dulu, dia selalu mengenalkanku pada pria brengsek." ucap Gerald sambil mengingat sejumlah memori di otaknya.

Ya, rata-rata Monik selalu mendapatkan pria brengsek yang hanya tergiur dengan wajah cantik ataupun kulit eksotisnya saja. Untung si kakak selalu melindungi dan mengancam pria-pria itu agar menjauhi Monik.

"Baiklah Gerald. Terima kasih sudah percaya padaku," kata Raymond sedikit santai. Dia tidak percaya kalau sedari tadi, tubuhnya tegang seperti sedang interview.

"Ohh pertanyaanmu tadi ya, aku sudah menikah dan punya dua orang anak."

"Istrinya cantik dan anak-anaknya lucu semua," timpal Monik dari belakang sambil membawakan nampan makanan untuk Gerald.

"Benarkah? Aku suka anak anak. Lain kali, aku akan berkunjung ke rumahmu," kata Raymond seraya melihat ke arah Monik lalu beralih ke arah Gerald.

"Aku tunggu, haha. Lagi pula, Monik juga suka anak kecil. Kalian pasti betah bertamu dirumahku," kata Gerald sambil tertawa.

Monik bingung melihat keakraban di antara dua pria dewasa ini. Bukankah biasanya saat pertemuan pertama kali antara kakaknya dengan pria yang dia kenalkan, selalu berakhir buruk? Maksudnya, semua pria kenalan Monik langsung pura-pura ingin ke toilet dan tidak kembali lagi. Selalu seperti itu.


Tapi, Raymond berbeda. Bahkan kakaknya Gerald seperti sangat mendukung hubungan mereka.

"Kalian sudah akrab rupanya," kata Monik sedikit menyindir sambil memakan soup ayam.

Raymond hanya tersenyum merespon ucapan Monik itu. Sedangkan Gerald tertawa pelan.

"Ya begitulah," kata Gerald. "Kakak rasa, Raymond cocok untukmu yang sedikit petakilan dan tukang tidur."

"Kak, aku tidak banyak tingkah ya. Tanya saja sama dia," protes Monik sambil cemberut.

"Itu benar Ger. Dia tidak petakilan, tapi kalau tukang tidur, aku tidak bisa menyanggah hal itu." ucap Raymond sambil mengusap rambut Monik.

"Hahahah, kamu harus sabar kalau soal tidurnya Monik. Dia sangat kebo. Bahkan dia tidak terbangun saat Mama menyiram air sampai kasurnya kering sendiri," kata Gerald mengingat memori zaman lampau saat Monik masih SMA.

"Aku baru tahu ternyata dia separah itu. Kurangi ya sayang," ucap Raymond sambil tersenyum mengejek.

"Iya ejek saja aku sepuasnya," ucap Monik ketus.

"Uhh pacarku marah.." Raymond menggoda Monik dengan bisikan pelan, karena malu kalau terdengar oleh Gerald.

"Pacar dari Hong Kong!"

Dia sangat geram rasanya, apalagi sekarang tidurnya terus berkurang jika tidur di samping Raymond. Kemampuan tidur kebonya itu seakan terserap secara perlahan ke tubuh Raymond, sehingga Monik selalu terbangun lebih awal dari biasanya. Kalau dia sampai mengidap insomia, Raymond akan menanggung akibatnya seumur hidup!

"Kalian tau tidak. Jika dilihat lama-lama, wajah kalian  agak mirip. Apalagi---"

Raymond dan Monik menatap Gerald bersamaan saat dia berbicara agak absurd seperti itu.

"Ya! Mata kalian! Ekspresi klop, pandangan klop, cocok. Kalian jodoh! Hahaha," ucap Gerald tertawa agak keras saat melihat pandangan di depannya itu.

Benar-benar dia tidak menyangka kalau Raymond dan Monik bisa berekspresi seperti copy paste.

"Apaan sih kak!? Gak jelas tau," protes Monik.

Sedangkan Raymond tersenyum senang setelah mendengar ucapan Gerald tadi. Dia mengingat sebuah Mitos yang mengatakan jika jodoh itu memang berwajah mirip.

*******

"Sayang, apa kamu sudah mengantuk?" tanya Raymond sambil melihat Monik yang sedang menyisir rambutnya di depan meja rias. Dia baru saja menyelesaikan ritual mandinya.

"Iya. Kan sudah malam juga Ray. Aku mau tidurlah," kata Monik melihat bayangan Raymond dari arah kaca.

Pria itu, dengan pahatan tubuh sempurna dan wajah manis khas Indonesia, sedang duduk di atas ranjang dengan gaya yang... Ahh sungguh terlihat macho.

"Padahal aku mau ngobrol dengan kamu. Kita tidak pernah mengobrol panjang kan sebelumnya," ucap Raymond berjalan mendekati Monik ke meja rias. Gadis itu ingin menghidupkan hair dryer untuk mengeringkan rambut.

"Ngobrol apa memang? Kan bisa besok-besok," ucap Monik.

Dia terlihat bingung saat Raymond mengambil alat hair dryer dari tangannya. Tapi kebingungan itu lenyap seketika saat Raymond mulai mengeringkan rambut Monik dengan sangat perhatian.

"Aku maunya malam ini. Bisa tidak?" tanya Raymond memandang Monik dari kaca, sehingga mereka saling tatap-menatap dari kaca yang bening itu.

Dan entah darimana asalnya, Monik merasakan degupan aneh di jantungnya kembali muncul saat ditatap begitu intens oleh Raymond.

"Tapi aku ngantuukkk banget. Sumpah nih lihat mata aku," kata Monik menunjuk matanya yang mulai timbul kantung mata berwarna hitam.

Raymond mematikan alat pengering rambut, lalu menaruhnya di atas meja. Dia pun berjongkok di hadapan Monik dan mengelus bagian bawah mata Monik yang sedikit besar itu.

Monik jadi merasa de javu, posisi ini sama seperti saat di restoran Italia waktu itu. Bedanya dulu Raymond ingin memasangkan tisu makan dan sekarang pria itu sedang mengusap-usap matanya.

"Tahan sebentar lagi saja, please.. Aku mau menanyakan sesuatu," ucap Raymond dengan mata memelas.

"Oke oke. Di sini saja. Kalau sambil berbaring, aku takut langsung nutup mata." kata Monik memutar duduknya menghadap ke kaca karena tidak tahan berada di posisi intim seperti tadi.

"Tidak disini sayang."

"Aaaa! Raymond!" Monik spontan saja mengalungkan tangannya ke leher pria itu. Bagaimana tidak jika Raymond tiba-tiba menggendongnya, seolah-olah tubuhnya tidak berat sama sekali.

Raymond tersenyum kecil sambil menempatkan Monik di atas ranjang. Gadis itu hampir tersedak ludahnya sendiri saat Raymond tidak bergerak dari atas tubuhnya.

"Ka.. Katanya mau ngobrol?" tanya Monik mulai gugup.

"Sebelum ngobrol, bagaimana kalau kita bersenang-senang dulu? Biar kamu tidak mengantuk lagi," kata Raymond mulai bergerak menggenggam tangan Monik di bawahnya.

"A.. Aku tidak mengantuk lagi, Ray. Hehe, jadi sudah dong bercandanya," kata Monik tertawa canggung.

"Aku tidak bercanda sayang. Aku serius. Bukankah kamu tadi meragukan kesuburanku?" tanya Raymond. Wajahnya pun mulai mendekat dan hampir menyentuh bibir Monik jika gadis itu tidak melengos ke samping.

"Ray, aku cuma bercanda doang tadi. Pelase maaf. Aku janji gak gitu lagi," kata Monik sambil memejamkan matanya karena Raymond mengecupi rahangnya.

"Tapi aku sudah terlanjur sakit hati," ucap Raymond memandang Monik dengan kerutan di dahinya. Sebenarnya dia tidak merasakan hal itu, hanya saja, Raymond ingin bermain-main karena terasa menyenangkan melihat ekspresi takut dari Monik.

"Ja.. Jangan Ray. Please. Maaf.. Maaf.."

Monik menggenggam tangan Raymond dengan sangat erat karena takut pria itu akan berbuat macam-macam. Apalagi sekarang Raymond semakin gencar menciumi pipi, mata, pelipis, hidung, dan dagunya. Dengan kata lain, seluruh bagian wajahnya.

Tak lama dari itu, Raymond mengangkat kepalanya dan melihat lurus ke arah Monik yang sedang memejamkan matanya kuat-kuat. Tubuhnya kaku dan bibirnya terlipat  karena antisipasi kalau-kalau Raymond melumat bibirnya seperti kemarin.

"Sayang, buka matamu." Raymond mengusap mata Monik dengan ibu jarinya.

Merasakan tidak ada lagi kecupan-kecupan basah di wajahnya, Monik pun perlahan-lahan membuka mata. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah wajah tampan Raymond yang sedang tersenyum, sehingga lesung pipinya kelihatan.

"Kamu takut ya?" tanya Raymond. Monik langsung mengangguk.

"Takut kenapa?" tanya Raymond lagi.

"Aku takut hamil sebelum nikah, Raymond." jawab Monik jujur. "Pokoknya, kita tidak boleh melakukan itu sebelum nikah," tekadnya.

Raymond menganggukkan kepalanya, "Oohh.. Jadi kita perlu menikah dulu sebelum melakukan itu ya sayang?" tanya Raymond pura-pura lugu.

"Iya dong!" jawab Monik bersemangat.

"Tapi kan kalau kita tidak sampai.." Raymond menggerakkan tangannya membentuk pola abstrak, namun Monik langsung mengerti itu pola apa. "kamu tidak bakalan hamil, sayang."

Monik mengerjapkan matanya beberapa kali, "Iya juga sih. Tapi kan tetep tidak boleh. Nanti kebablasan," ujarnya sambil menampilkan wajah takut.

Raymond yang melihat pun sedikit kecewa. Dia mau saja melakukan itu tapi dia juga tidak mau memaksa Monik.

"Oh ya sudah kalau begitu. Kita tidur saja. Lagi pula aku sudah mengantuk." Raymond beranjak dari atas tubuh Monik dan berbaring di sebelahnya.

"Katanya tadi mau ngobrol!"

"Aku ngantuk. Sini, peluk aku." Raymond berbaring menyamping dan menjulurkan kedua tangannya supaya Monik masuk ke dalam dekapannya.

"Huh dasar."

Walaupun begitu, Monik tetap saja menurutinya.

******











Macem biasa lah, typo : komen yah 💗😂

Makasih udh sempetin baca cerita ini. Lopyou! ❤️❤️

Sangat ditunggu kritik dan sarannya🙌🙌🙌🙌

Komen yak 💗

Continua a leggere

Ti piacerà anche

102K 5.9K 11
sasuke yang masih mencintai sakura walaupun ia tahu ia sudah menikah, hinata yang menyadari bahwa ia begitu bodoh masih mempertahankan hubungan ini m...
1.9M 79.4K 37
Pernah di peringkat : #1 in action category (11 Agustus 2016 ~ 17 November 2016) Diftan Pablo seorang Mafia yg sangat tampan dan sangat kaya diusian...
1.5M 112K 26
Sebelumnya baca "Fated" terlebih dahulu ya!! ^^ STORY DI PRIVATE, FOLLOW DULU AGAR BISA BACA!!! Aku menyukai setiap perhatian yang kak Kenneth berika...
5.1M 278K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...