Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]

By Anindana

11.4M 734K 20.6K

Megan Penelope dimata Alceo Tyler adalah seorang perempuan yang sangat menyebalkan di kehidupannya. Disaat se... More

Prolog
BadBoy 1
BadBoy 2
BadBoy 3
BadBoy 4
BadBoy 5
BadBoy 6
BadBoy 7
BadBoy 8
Badboy 9
BadBoy 10 (1)
BadBoy 10 (2)
OPEN PO FATED!!!
BadBoy 11
BadBoy 13
BadBoy 14
BadBoy 15
BadBoy 16
BadBoy 17
BadBoy 18
BadBoy 19
BadBoy 20
BadBoy 21 (1)
BadBoy 21 (2)
BadBoy 22
BadBoy 23
BadBoy 24
BadBoy 25
BadBoy 26 (1)
BadBoy 26 (2)
BadBoy 27
BadBoy 28
BadBoy 29
BadBoy 30
BadBoy 31 (1)
BadBoy 31 (2)
BadBoy 32
BadBoy 33
BadBoy 34 (1)
BadBoy 34 (2)
BadBoy 35
BadBoy 36
BadBoy 37
BadBoy 38
Badboy 39
BadBoy 40
BadBoy 41
BadBoy 42
BadBoy 43
BadBoy 44
Epilog (End super End!)

BadBoy 12

218K 14.8K 282
By Anindana

Jangan lupa Vote dan Comment ya 😊😊😊

Selamat membaca!

***

Memikirkan kesalahannya yang bisa dikatakan fatal karena telah menuduh CEO tempatnya bekerja secara asal, membuat Megan tidak bisa memejamkan matanya semalaman akibat penyesalan yang tidak bisa Megan gambarkan.

Akibatnya, ia malah dilanda kantuk yang sangat tidak tertahankan begitu pendingin kereta bawah tanah membelai seluruh kulitnya.

Ia melirik kearah kearah peta yang terletak diatas pintu kereta dan menghitung dalam hati.

Masih ada 15 menit sebelum kereta ini sampai. Megan membatin. 15 menit memejamkan mata dirasanya cukup daripada ia tidak fokus seharian nanti.

Maka ia memejamkan matanya, berharap begitu bangun dari tidur singkatnya, ia tidak perlu terlalu pusing lagi akan bagaimana menghadapi Alceo nantinya.

Sebenarnya kenapa juga ia harus pusing? Ia bekerja di lantai 11, sedangkan Alceo 30. Kemungkinan ia bertemu CEO supersibuk itu adalah sepersekian persen.

Begitu memikirkan itu, Megan barulah bisa sedikit lebih tenang.

***

Wangi maskulin menggelitik hidung Megan. Suara bisik-bisik dan perasaan seperti sedang di perhatikan juga mengusik tidur singkat Megan meski ada rasa nyaman di sisi kepalanya saat ini.

Megan membuka matanya dengan tidak rela. Hal pertama yang ia sadari adalah, ia tengah bersandar pada seseorang. Hal memalukan lainnya adalah, hampir seluruh orang di gerbong keretanya sedang melihat kearahnya sambil berbisik-bisik. Megan masih belum bisa mencerna apa yang mereka katakan karena ia masih mencoba untuk meyakinkan diri kalau kasus ketiduran dan bersandar pada orang asing di kereta adalah hal wajar. Ia berharap kalau air liurnya tidak mengalir bebas.

Kemudian hal terakhir yang ia pikirkan adalah, sudah berapa lama aku tertidur?

Dengan posisinya yang setengah bersandar, ia melirik ke map yang berada pintu kereta, mencari lampu kecil yang sedang menandakan keberadaannya, kemudian terbelalak. Ia sudah melewati stasiun pemberhentiannya! Bukan, bukan hanya itu, kereta ini bahkan sudah sampai di akhir tujuan, dan kini sudah melakukan perjalanan balik ke stasiun awal!

"Astaga!!!!" Pekik Megan. Ia menegakkan tubuhnya dengan segera sambil melihat arlojinya. "MATI! Aku terlambat 1 jam!!!" Megan melotot horror.

Megan menoleh ke sebelahnya, bermaksud meminta maaf sekaligus berterima kasih atas 'tumpangan' pundaknya, tapi ia malah terkejut juga tertarik mundur hingga orang di sebelahnya terhimpit dan menggerutu.

"Kau sudah bangun?"

Demi dewa Yunani! Ini pasti mimpi buruk. Megan membatin. Ia memejamkan matanya dengan erat, berdoa agar begitu matanya terbuka, mimpi buruknya berakhir.

Alceo, laki-laki yang duduk di sebelahnya sejak wanita itu memejamkan mata dan dengan sukarela menyerahkan pundaknya untuk disandari, tersenyum melihat kebodohan wanita di sebelahnya.

Megan membuka kembali matanya dan mengerjap-ngerjap. Bayangan Alceo tidak menghilang dari hadapannya, malahan semakin terlihat nyata dengan senyuman di bibirnya.

Bagus! Megan benar-benar ingin kereta ini meledak detik itu juga.

"Aku bertanya, kau sudah bangun?" Ulang Alceo lebih lembut dari sebelumnya.

"Kenapa kau ada disini? S-sejak kapan kau- apa aku... bahumu..."

"Ini kendaraan umum. Aku tidak menemukan alasan kenapa aku todak boleh berada disini," jawab Alceo tenang. "Ah, lalu mengenai bahumu... aku tahu kau keras kepala, aku hanya tidak menyangka kalau kepalamu seberat itu," sindirnya seraya memijat pelan pundaknya.

Megan mengerucutkan bibirnya. Malu bercampur dengan keinginannya untuk lenyap tanpa sisa dari hadapan Alceo bercampur menjadi satu.

Belum lagi kesalah pahamannya yang kemarin... Megan tidak bisa meminta maaf dalam situasi seperti ini. Ia harus segera turun di stasiun selanjutnya dan menaiki taksi kalau ia tidak mau semakin terlambat. Atau lebih baik ia kembali ke rumahnya dan pura-pura sakit? Ah tidak! Ia bukan tipe seperti itu.

Megan mengabaikan Alceo dan berdiri di depan pintu kereta, menunggu pintu kereta yang masih berjalan itu untuk terbuka.

Melalui pantulan kaca pintu, Megan bisa melihat dan juga merasakan tubuh besar Alceo berada tepat di belakangnya. Tangan kananannya yang menggenggam pegangan kereta juga berdekatan dengan tangan kanan Alceo yang juga memegang benda yang sama di dekatnya.

Beruntung pintu kaca di hadapan mereka gelap. Kalau tidak, mungkin Alceo bisa melihat semburat merah yang mulai memenuhi wajah Megan saat ini.

Laki-laki itu terlihat sama tampannya seperti biasa. Meskipun ia berdiri di tengah-tengah kereta bawah tanah yang tidak cocok dengan penampilan high classnya, ia malah jadi terlihat bertambah menonjol di kerumuni oleh makhluk-makhluk awam. Seketika Megan ingin mengarungi Alceo agar laki-laki itu berhenti menebar pesona.

Begitu kereta berhenti, tubuh Megan sedikit oleh. Alceo spontan menahan bahu Megan, namun Megan berpura-pura mengabaikan interaksi kecil itu dengan berjalan keluar dari kereta yang sudah berhenti tanpa menghadap kebelakang.

Meski begitu, Megan masih bisa merasakan kalau langkahnya sedang diikuti. Kali ini ia bukan lagi over confident, tapi ia sangat yakin kalau Alcei benar-benar mengikutinya.

Ia berhenti melangkah dan berbalik. Alceo juga ikut berhenti dan menatap Megan dengan kepala sedikit di miringkan.

"Kenapa kau mengikutiku?" Tanya Megan.

"Aku tidak mengikutimu. Ini jalan umum, kan?" Tanya Alceo tanpa merasa bersalah.

Megan berdesis dan kembali melanjutkan langkahnya. Alceo kembali mengikuti.

Begitu mereka sampai di jalan raya, Megan berusaha menghentikan taksi yang sangat sulit pada pagi hari yang super sibuk itu. 10 menit tangannya terulur, 10 menit juga semua taksi mengabaikannya.

Alceo berdiri tidak jauh dari Megan, memperhatikan wanita itu tanpa sekalipun meninggalkannya dengan tatapan mata.

Mungkin keluarganya tidak akan percaya kalau hari ini ia meninggalkan mobilnya di stasiun,  menaiki subway, berjalan kaki, dan bahkan saat ini ia sedang bersandar di tiang lampu jalanan menunggu wanita itu menghentikan taksi.

Kalau bukan karena Megan, Alceo tidak akan pernah tahu kalau menaiki subway akan semenyenangkan itu.

Tengah asik melamun, Alceo melihat Megan berhasil menghentikan taksi.

Sebelum taksi itu pergi, dan sedetik setelah Megan menutup pintu, Alceo bergegas ikut masuk kedalam taksi. Bahkan Megan terpaksa bergeser karena Alceo memaksa masuk.

"Kau!" Megan melotot melihat Alceo.

"Kau tidak keberatan, bukan? Mengingat kau sulit sekali menghentikan taksi. Lagipula tujuan kita sama, kenapa kita tidak berbagi tumpangan saja?" Alceo tersenyum lebar sambil menyandar di tempat duduk dengan nyaman.

"Apa kita jadi pergi, nona?" Tanya supir taksi itu sambil melirik kaca tengah.

Megan merutuk dan ikut menghempaskan punggungnya dengan kesal. "Tyler Enterprise, Sir. The fastest way," pinta Megan.

Alceo terkekeh melihat wanitanya cemberut. Ini semua bukan rencana awalnya kalau saja wanita di sampingnya tidak jatuh tertidur di subway.

"Aku minta maaf," gumam Megan. Alceo menoleh kearah Megan yang masih menatap jalanan dari kaca sebelahnya. "Itu yang ingin kau dengar, kan? Karena itu kau terus mengikutiku? Karena kau merasa aku bodoh telah salah paham dan memakimu kemarin?"

Alceo mengernyit. "Tidak," jawabnya. "Kenapa kau berpikiran begitu?"

Megan memutar tubuhnya kearah Alceo. "Lalu apa yang kau lakukan dengan mengikutiku kemana-mana? Untuk apa kau naik subway kalau kau mempunyai mobil yang akan langsung mengantarmu ke kantor tanpa perlu berdesak-desakan dan ditatapi seperti dewa oleh-" Megan menghentikan ucapannya begitu sadar apa yang sedang ia katakan. "Lupakan!" Megan kembali menghempaskan posisinya dan menatap jalanan lagi.

Alceo terkekeh.

"Kenapa kau tertawa? Tidak ada yang lucu!" Gerutu Megan kesal.

"Memang tidak ada," ucap Alceo.

Megan lagi-lagi menoleh kearah Alceo dan berdecak kesal. Bagaimana suara tawa dan senyuman Alceo bisa membuatnya kesal, gemas dan tenang dalam waktu bersamaan?

"Aku hanya ingin menikmati bagaimana rasanya menjadi orang awam. Down to earth, kau tahu? Kebetulan aku bertemu denganmu yang sedang tertidur di subway dengan mulut menganga-"

"AKU TIDAK MENGANGA!" Bantah Megan disertai dengan tepukan di bahu Alceo.

Laki-laki itu tertawa sambil mengusap bahunya. "Lalu aku duduk di sebelahmu, kepalamu terkulai di bahuku, dan kau tertidur pulas sampai aku tidak tega membangunkanmu," sambung Alceo.

"Kenapa kau tidak turun dan meninggalkanku saja begitu kereta sudah tiba di pemberhentianmu?!" Tanya Megan defensif. Jantungnya berdebar dengan sangat tidak beraturan, wajahnya juga terasa panas, tapi ia mencoba terlihat sebiasa mungkin dengan menekan cengiran yang nyaris tercetak di bibirnya.

"Karena aku tidak tahu aku harus berhenti dimana. Ini pertama kalinya aku naik subway."

Megan melotot dan mulutnya menganga. "Kau bercanda?"

"Aku tidak tertawa, jadi aku yakin aku tidak bercanda."

Megan terdiam. Jawaban kelewat polos Alceo barusan membuatnya berpikir. Kalau memang laki-laki itu tidak pernah naik subway, untuk apa dia menaiki kendaraan itu dengan resiko nyasar di bawah tanah?

Namun belum sempat Megan bertanya, supir taksi di depan sudah mengintrupsi mengatakan kalau mereka sudah tiba di tujuan.

Alceo dengan santainya menyerahkan selembar 50 dollar ke supir taksi itu tanpa meminta kembalian.

Sekuriti gedung tinggi itu membuka pintu bagian Alceo dan sedikit terkejut begitu melihat Megan turun di sisi sebelahnya.

"Tunggu, Mr.Tyler!" Seru Megan seraya mengeluarkan dompetnya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu," goda Alceo disertai senyum lebar.

Megan memutar bola matanya lalu ia menyerahkan yang berjumlah $25 ke tangan Alceo. "Ongkos taksi yang tadi, kita bagi dua. Lagipula, apa kau tidak merasa terlalu loyal dengan membayar ongkos yang hanya $10 dengan $50?!" Gerutu Megan. "Jangan bilang ini juga pertama kalinya kau naik taksi?!"

Alceo terkekeh dan memutuskan untuk menerima uang Megan lalu menjejalkannya ke saku. "Sayangnya, bukan. Ini kali keduaku."

Megan merasa ia tidak akan bertahan 5 menit lebih lama lagi menghadapi senyum Alceo yang sialnya sangat mudah ia lihat hari ini. Laki-laki itu harus belajar untuk berhenti tersenyum seenaknya. Megan menghentakkan kakinya lalu berjalan mendahului Alceo. Ia sudah terlambat, sangat amat terlambat kalau ia masih terus meladeni CEO gila yang kelewat tampan itu.

Alceo masih terus mengikuti Megan hingga mereka sampai di lobby dan menjadi objek perhatian orang-orang yang belalu lalang di lobby saat itu.

"Mengenai pertanyaanmu-"

"Saya tidak bertanya apapun," potong Megan tanpa menghentikan langkahnya menuju lift.

"Kenapa aku naik subway disaat aku bisa naik mobil dengan nyaman, tidak perlu berdesak-desakan dan terlambat, panas-panasan mencari taksi, itu karena dirimu."

Kalimat barusan sukses membuat Megan menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Karena kau membenciku, maka aku mencoba untuk menjadi sosok yang kau sukai sekarang dengan meninggalkan kenyamananku." Alceo tersenyum kecil menatap Megan. "Baiklah, selamat bekerja. Tidak perlu khawatir mengenai absenmu hari ini. Aku akan mengatakan pada HRD kalau kau membantuku pagi ini." Alceo mengulurkan tangannya dan menepuk kepala Megan dengan kaku. Itu semua berlawanan dengan apa yang ingin ia lakukan.

Karena sebenarnya, ia ingin sekali memeluk Megan, dan mengecup bibir merah wanita itu yang sudah sejak pagi tadi menggodanya. Namun Alceo tidak mau Megan semakin membencinya, jadi Alceo memilih jalan aman hanya dengan sentuhan kecil di kepala.

Alceo berlalu meninggalkan Megan yang masih memaku dengan wajah memerah. Setelah Alceo menghilang, dan Megan berhasil menemukan nafasnya, Megan baru bisa merasakan debaran jantungnya semakin menggila.

"Meninggalkan kenyamananmu apaan? Kau baru saja menyalahgunakan kekuasaanmu dengan memanipulasi alasanku terlambat, bodoh!" Gerutu Megan mencoba menanam kembali rasa benci untuk menenangkan deru jantungnya.

Ugh! Bodoh! Ingatlah, Meg, Alceo adalah Bad Boy! Jangan terpengaruh dengan ucapannya! He's a Bad Boy CEO! Keep that in mind!

***

Tbc

Semoga suka 🙏🙏

PO FATED ditutup 3 hari lagi loh. Dapatkan harga khusus dari 99.000 menjadi 79.200 dalam 3 hari ini sebelum kembali ke harga normal! 😊😊😊

Continue Reading

You'll Also Like

9.5K 727 18
The Last Love adalah sequel dari We Got Merried. Jangan lupa baca We Got Merried untuk tau cerita mereka sebelumnya.
3M 47.2K 10
Shit! Aku memasuki altar pernikahan disaat aku tidak mengingat semuanya. Maksudku, aku sedang amnesia. Bahkan aku lupa siapa diriku sebenarnya tetapi...
1.1M 27.3K 49
Dia (Defran Arie Olvio) menculikku dan memaksaku menandatangani surat perjanjian yang isinyapun aku tak tahu dan dia juga memaksaku untuk menikah d...
1.1M 52.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...