Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]

By Anindana

11.4M 734K 20.6K

Megan Penelope dimata Alceo Tyler adalah seorang perempuan yang sangat menyebalkan di kehidupannya. Disaat se... More

Prolog
BadBoy 1
BadBoy 2
BadBoy 3
BadBoy 4
BadBoy 5
BadBoy 6
BadBoy 7
BadBoy 8
Badboy 9
BadBoy 10 (1)
OPEN PO FATED!!!
BadBoy 11
BadBoy 12
BadBoy 13
BadBoy 14
BadBoy 15
BadBoy 16
BadBoy 17
BadBoy 18
BadBoy 19
BadBoy 20
BadBoy 21 (1)
BadBoy 21 (2)
BadBoy 22
BadBoy 23
BadBoy 24
BadBoy 25
BadBoy 26 (1)
BadBoy 26 (2)
BadBoy 27
BadBoy 28
BadBoy 29
BadBoy 30
BadBoy 31 (1)
BadBoy 31 (2)
BadBoy 32
BadBoy 33
BadBoy 34 (1)
BadBoy 34 (2)
BadBoy 35
BadBoy 36
BadBoy 37
BadBoy 38
Badboy 39
BadBoy 40
BadBoy 41
BadBoy 42
BadBoy 43
BadBoy 44
Epilog (End super End!)

BadBoy 10 (2)

224K 15.3K 380
By Anindana

Double Up!!

That's it for today gengs!

Jangan lupa vote dan comment di chapter sebelumnya juga ya 🙏🙏

Selamat membaca!

***

Megan sedikit merasa tidak nyaman sejujurnya untuk kembali ke kelab malam yang penuh dengan sejarah tidak menyenangkannya dengan laki-laki yang sialnya harus menjadi CEO dan alasannya memiliki perasaan aneh setiap kali ia melihat laki-laki itu akrab dan menggoda wanita lain.

Tapi kalau bukan karena Ed dan juga rekan kerja lainnya yang memaksa ia untuk ikut dalam rangka merayakan terpilihnya ide Megan untuk proyek akhir bulan ini, Megan akan lebih memilih menghabiskan malamnya di atas kasur kecilnya yang nyaman hingga besok pagi.

Ia sadar kalau Ed memiliki ketertarikan dengannya. Itu semua berkat ucapan Claire yang menegaskan perasaannya kalau Ed bukan hanya memperlakukannya seperti pegawai atau adik, melainkan sebagai seorang perempuan.

Padahal kalau Claire tidak mengatakannya, Megan tidak akan kepikiran dan mencoba menyangkalnya. Sebagaimana yang sedang ia lakukan terhadap perasaannya pada CEO gila itu.

Ah... ia tidak mungkin jatuh cinta pada laki-laki brengsek yang mencium wanita berbeda setiap hari kan?

Megan menghela nafasnya. Ini yang paling ia tidak suka dari love hate relationshit. Benci dan cinta hanya berbatas pada satu garis pemisah yang tipis. Membuat kebanyakan orang kebingungan akan dimana posisi mereka sebenarnya. Benci, atau cinta?

Terlalu sibuk memikirkan perbedaan itu membuat Megan tidak menyadari kalau dirinya sedang diperhatikan dari ujung toilet.

Laki-laki yang sejak tadi menunggunya keluar dari dalam toilet itu menyeringai melihat seberapa defenslessnya Megan hari ini.

Ia sedang memikirkan, apa lebih baik ia menghampiri Megan, atau membiarkan Megan menyadari keberadaannya saja ketika Megan menyisir seluruh rambutnya kedepan hingga punggung telanjangnya semakin terekspos dan itu sangat menyiksa dirinya.

(Gambaran gaun aja kira-kira begini)

"Kalau kau ingin menggoda laki-laki dengan gaunmu, sepertinya kau berhasil, Ms.Penelope," gumam Alceo dengan suara serak.

Megan terkejut mendengar suara serak Alceo yang tidak seharusnya ia dengar disana. Ia berbalik dan melotot melihat Alceo berada di ujung ruangan yang tidak jauh darinya.

"Geez! Apa yang kau lakukan disini?!" Tanya Megan sambil mencoba mengatur tempo jantungnya yang berdebar lebih cepat begitu melihat wajah Alceo sedang menyeringai di hadapannya.

"Itu bukan kalimat terima kasih yang kuharapkan, tapi, baiklah. Aku terima," Alceo terkekeh seraya mendekati Megan yang masih berdiri kaku di depan washtafel.

"I-ini toilet wanita!" Ucap Megan tergagap.

"Aku tahu. Aku bisa melihat lambangnya sebelum masuk tadi," jawab Alceo sambil terkekeh. Kini ia sudah berada tepat di depan Megan yang terpaksa mendongak untuk menatapnya.

Wajahnya cantik, sangat cantik. Bukan hanya malam ini sebenarnya, tapi khusus malam ini ia terlihat sangat cantik berkali-kali lipat. Mungkin karena Alceo merindukan wanita itu.

"Orang-orang akan melihatmu nanti."

"Aku juga tahu itu. Makanya aku memasang tanda toilet rusak di depan dan aku juga sudah mengunci pintunya," jawab Alceo dengan tenang.

Megan menelan salivanya dengan susah payah. "A-aku akan berteriak kalau kau macam-macam!" Ancam Megan.

"Macam-macam seperti apa maksudmu? Dan siapa yang kau maksud? Ed? Kau terlihat akrab sekali dengannya. Kalian berpacaran?" Tanya Alceo berusaha menahan dirinya untuk tidak menangkup pipi Megan dan melumat bibir merah wanita itu.

Wajah Megan merona. Ia mengalihkan wajahnya kearah lain untuk menghindari tatapan mata Alceo. "Bukan urusanmu."

Kekehan Alceo membuat Megan menahan nafasnya. Tidak mengerti kenapa tubuhnya bereaksi sedemikian tidak wajarnya di hadapan Alceo. Ia merasa kecil.

"Kau benar. Bukan urusanku," gumam Alceo. Tarikan nafasnya yang seperti di paksakan terdengar mengisi keheningan diantara mereka. "Kalau begitu, aku akan berbicara mengenai urusanku. Kenapa kau menghindariku?" Tanya Alceo kembali menatap puncak kepala Megan karena wanita itu masih menunduk.

"Aku tidak menghindari siapapun."

"Apa perlu kuingatkan kalau kau sedang berbicara dengan CEOmu saat ini? Kemana pandangan matamu?"

Megan memejamkan matanya dan menggigit bibir dalamnya. Ia menarik nafasnya sebelum kembali mendongak. "Aku tidak menghindari siapapun," ulangnya dengan tegas.

Mata abu-abu Megan bertemu dengan mata Biru milik Alceo.

Apa mungkin mata itu yang membuat semua wanita tenggelam? Apa dirinya juga termasuk salah satunya sekarang?

Bayangan wanita yang menempeli Alceo seperti perangko kembali ke kepala Megan.

Tidak, ia bukan salah satu dari wanita-wanita Alceo.

Dengan cepat Megan kembali menunduk untuk menghindari tatapan mata Alceo.

"Kenapa kau mengalihkan tatapanmu?" Tanya Alceo yang menangkap jelas kegugupan dari mata Megan.

"Aku harus kembali. Mereka akan mencariku. Permisi," Megan mendorong Alceo dan bermaksud berlalu melalui tubuh besarnya. Namun Alceo tentu tidak begitu saja melepaskan mangsa yang sudah ia incar sejak sekembalinya ia dari New York.

Alceo menangkap lengan Megan dan menariknya untuk kembali ke hadapannya secara kilat.

"Mereka? Ed maksudmu?" Tanya Alceo lebih serius meski seringainya masih terlihat jelas. "Kalau bukan menghindariku, lalu apa yang sedang kau lakukan sekarang? Pura-pura tidak melihatku? Kau tahu, itu sangat melukai egoku sebagai seorang pria." Alceo sedikit merunduk dan berbisik di telinga Megan.

Jarak yang tidak terlalu besar diantara diri Megan dan Alceo membuat Megan kembali menahan nafasnya.

"Kuperingatkan, Mr.Tyler, aku tidak segan untuk-"

Megan tidak menyelesaikan ucapannya karena Alceo tiba-tiba saja meraih dagunya dan mengangkatnya hingga ia mendongak. Jarak antara wajahnya dan wajah Alceo hanya beberapa senti. Bahkan hidung mereka nyaris bersentuhan.

"Untuk apa?" Tanya Alceo. Ia kembali menyelami mata abu-abu milik Megan. Sebelah tangannya melingkar di pinggang Megan, menyentuh langsung kulit mulus wanita itu yang sanggup membuatnya menahan nafas. "Menendangku lagi? You know exactly where my balls are," ucapnya seraya menarik Megan semakin mendekat hingga tidak ada jarak diantara mereka yang tersisa.

Megan bisa merasakan sesuatu yang keras menyentuh perutnya. Megan tidak bodoh untuk bertanya pada Alceo benda apa itu.

"Go ahead. Kick me if you want." Alceo baru menyelesaikan ucapannya. Kemudian dalam kedipan mata, Alceo sudah melumat bibir Megan.

Alceo mengira kalau ia akan mendapat tamparan lagi dari Megan, namun ia salah. Lengan Megan -entah sadar atau tidak- kini sudah melingkar di lehernya dan membalas ciumannya.

Ciuman yang seharusnya biasa saja, namun terasa berbeda ketika ia melakukannya dengan Megan. Terasa lebih manis dan juga lebih benar. Tubuh kecil Megan terasa pas di pelukannya.

Tangan Alceo beralih ke belakang tengkuk Megan untuk memperdalam ciuman mereka. Semua terasa benar. Seakan ia telah menunggu 24 tahun untuk merasakan perasaan klik ketika ia mencium seorang wanita seperti ini.

Megan sendiri tidak mengerti kenapa bukannya mendorong, ia malah membalas ciuman Alceo. Mungkin ini semua karena mata biru Alceo yang membuatnya tenggelam dan melupakan kenyataan kalau bukan hanya dirinya yang pernah tenggelam disana.

Bukan hanya dirinya... itu sudah cukup menampar Megan kembali ke pijakannya.

Mata Megan terbuka dan secepat itu juga, tangan yang tadinya melingkar di leher Alceo kini mendorong tubuh besar itu sekuat tenaga.

Alceo yang terkejut dengan perubahan sikap Megan mengalah. Ia melepaskan ciuman itu meski hatinya tidak rela. Ia melihat wanita itu terdiam dan menunduk seraya memundurkan langkahnya sebanyak 3 langkah.

"Ada apa?" Tanya Alceo.

Megan tidak menjawab melainkan tertawa. Tawa yang terdengar dipaksakan karena memang itu kenyataannya. Ia menertawakan kebodohannya.

"You know what, Mr.Tyler?" Gumam Megan pelan. Ia kembali mendongak dan menatap mata biru Alceo yang sempat membuatnya tenggelam. "I hate you."

Alceo tidak bisa menyembunyikan keterkejutannnya. Ia melangkah maju sedangkan Megan mengambil langkah mundur menjauhi Alceo.

Alceo menggeram frustasi. "Aku tahu kau menikmatinya! Kau juga pasti merasakannya kan? Perasaan klik yang sama-"

"Apa itu yang selalu kau katakan ke semua wanita sebelum kau menggiring mereka ke kamar tidurmu, Mr.Tyler?"

"Ap-apa maksudmu?" Tanya Alceo tersinggung. "Hentikan omong kosong ini. Aku tahu kau menikmati ciuman tadi!"

"Itu kesalahan," seru Megan. "Dan yang bisa kusimpulkan setelah ciuman barusan adalah, aku membencimu, Mr.Tyler."

Alceo kembali menggeram dan memijat pelipisnya. Ia menatap ke segala penjuru toilet, menghindari menatap Megan yang dinilainya keras kepala. Kenapa ia perlu menyangkal? Alceo tahu Megan menikmati ciuman mereka sebagaimana Alceo juga menikmatinya. Dan Alceo juga tidak akan lagi menyangkal kalau ternyata Megan memang memiliki tempat spesial di hatinya saat ini.

Ia menghela nafas lelah. Ia tidak bisa menemukan alasan logis kenapa Megan begitu keras menyangkal kecocokan diantara mereka.

"Kenapa kau membenciku?" Tanya Alceo kemudian.

Megan terdiam. Kenapa bukan pertanyaan yang Megan harapkan keluar dari bibir Alceo. Karena ia belum menyiapkan jawaban. Atau sebenarnya sudah, namun Megan tidak yakin dengan jawabannya.

"Kau tidak bisa menjawab?" Desak Alceo.

"Semuanya, Mr.Tyler," jawab Megan akhirnya. "Saya membenci semuanya yang ada pada darimu. Kekayaanmu, kekuasaanmu, sikap seenakmu, dan yang terpenting, saya membenci anda yang menyamakan semua wanita akan takluk dibawah kaki anda dengan hal yang anda miliki. Saya bukan jalang-jalang peliharaan anda. Dan jangan samakan saya dengan mereka."

"Aku tidak pernah menyamakanmu dengan mereka," bantah Alceo. "Lalu, apa kau akan mencintaiku kalau aku melepas semua jabatan kekuasaan dan kekayaanku?"

"Saya tidak berkata demikia-"

"Kau hanya tinggal menjawabnya," potong Alceo. Wajahnya terlihat serius saat ini.

Megan menggigit bibir dalamnya. Ia tidak mengira akan dihadapkan pada pertanyaan seperti itu. Jangankan menunggu Alceo melepaskan seluruh kuasa dan kekayaannya. Detik ini juga, sepertinya perasaan itu sudah ada. Hanya saja, untuk hidung belang seperti Alceo, Megan rasa hal seperti cinta sangat tidak pantas diberikan untuk Alceo.

"Saya tidak ingin menemani anda bermain. Ed dan yang lain sudah menunggu saya diluar. Kalau anda memerlukan teman bermain, carilah salah satu jalang yang bersedia." Seperti yang tadi pagi menciummu, misalnya? Megan membatin. Ia berbalik meninggalkan Alceo dalam keterdiaman.

Sebelum berhasil mencapai gagang pintu yang masih terkunci, Alceo kembali bersuara hingga langkah Megan terhenti.

"Apa kau dan Ed benar-benar bersama?" Tanyanya. Alceo memerlukan sebuah jawaban akan hal yang satu ini. Setidaknya untuk membuatnya sedikit lebih tenang.

"Itu... bukan urusan anda."

***

Tbc

Semoga suka. Maaf kalau jelek 🙏

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 28.3K 27
# 28 in Fanfiction [25- 05- 2018] [Sebagian cerita telah dihapus untuk kepentingan penerbitan] Apa yg ada dibenak kalian kalau dijodohin sma cowo Gan...
4M 19.6K 7
[TAHAP REVISI] "Ini cuman main-main, gak lebih. Jadi, lo gak usah baper." "Dan satu lagi, lo cuman mainan buat kita berdua. Inget ya sekali lagi, gak...
3M 47.2K 10
Shit! Aku memasuki altar pernikahan disaat aku tidak mengingat semuanya. Maksudku, aku sedang amnesia. Bahkan aku lupa siapa diriku sebenarnya tetapi...
355K 12.6K 38
Mario Arkha Alexander. Cowok umur 16 tahun yang baru masuk SMA. wajahnya yang tampan rupawan membuat ia menjadi playboy tenar. Alyssa Gennifya Pradip...