Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]

By Anindana

11.4M 734K 20.6K

Megan Penelope dimata Alceo Tyler adalah seorang perempuan yang sangat menyebalkan di kehidupannya. Disaat se... More

Prolog
BadBoy 1
BadBoy 2
BadBoy 3
BadBoy 4
BadBoy 5
BadBoy 6
BadBoy 8
Badboy 9
BadBoy 10 (1)
BadBoy 10 (2)
OPEN PO FATED!!!
BadBoy 11
BadBoy 12
BadBoy 13
BadBoy 14
BadBoy 15
BadBoy 16
BadBoy 17
BadBoy 18
BadBoy 19
BadBoy 20
BadBoy 21 (1)
BadBoy 21 (2)
BadBoy 22
BadBoy 23
BadBoy 24
BadBoy 25
BadBoy 26 (1)
BadBoy 26 (2)
BadBoy 27
BadBoy 28
BadBoy 29
BadBoy 30
BadBoy 31 (1)
BadBoy 31 (2)
BadBoy 32
BadBoy 33
BadBoy 34 (1)
BadBoy 34 (2)
BadBoy 35
BadBoy 36
BadBoy 37
BadBoy 38
Badboy 39
BadBoy 40
BadBoy 41
BadBoy 42
BadBoy 43
BadBoy 44
Epilog (End super End!)

BadBoy 7

241K 16K 303
By Anindana

Jangan lupa Vote sebelum membaca. Hehehe

Selamat membaca 🙏🙏

***

Alceo terbangun dari tidurnya setelah merasakan perasaan asing dari tempat yang ia tiduri saat itu.

Tidak seempuk kasur di Apartemennya. Tidak juga senyaman kasur di hotel berbintang.

Kasur itu terasa keras dan kecil hingga membuat kakinya tergantung dengan posisi yang membuatnya semakin tidak nyaman.

Ah, atau dia tidak sedang tertidur di kasur, melainkan sofa?

Perlahan mata Alceo terbuka. Kegelapan dengan remang cahaya yang berasal dari celah tirai di dekat tempatnya berbaring yang pertama kali dilihatnya.

Wangi lemon yang sepertinya familiar di hidung Alceo perlahan memaksa kepala Alceo yang terasa seperti di hantam oleh palu godam untuk bekerja.

"Dimana?" Tanyanya dengan suara serak. Tangannya terangkat untuk menekan kepalanya yang berat. Sekujur tubuhnya nyeri, terutama kakinya yang menggantung di ujung kasur.

Alceo mengerang ketika ia mencoba menegakkan tubuhnya untuk duduk. Ia kembali menatap sekeliling ruangan yang dinilainya kecil, namun rapi, kemudian beralih menatap dirinya yang masih mencoba mencerna apa yang telah terjadi, dan dimana dia sekarang.

Menyadari kalau ia memang tertidur di kasur, sedikit membuatnya meringis. Apa yang tinggal disini kurcaci? Ia membatin. Ini bahkan tidak layak disebut kasur.

Alceo menguap panjang sebelum menginjakkan kakinya ke lantai dan mulai berkeliling untuk mencari petunjuk mengenai keberadaannya.

Meski ia masih sedikit merasa hangover, tapi Alceo masih bisa menguasai kesadarannya agar tidak oleng.

Langkahnya sampai di meja yang terletak di depan jendela. Meja yang diasumsikan Alceo sebagai meja belajar begitu melihat buku-buku berjajar di atasnya. Tangannya meraih sebuah pigura yang juga berada di atas meja, lalu matanya menyipit untuk memperhatikan foto dalam kegelapan yang hanya diterangi cahaya bulan dari jendela di depannya.

Foto seorang gadis berambut pirang sedang tersenyum lebar mengenakan toga, berdiri di samping sepasang laki-laki dan perempuan yang juga tersenyum lebar. Di bawahnya, ada tulisan Manhattan High School juga tahun yang kalau di lihat dari tahun ini, foto ini adalah foto 3 tahun yang lalu.

"Megan?" Alceo berbisik masih sambil menyipitkan matanya untuk meyakinkan diri kalau gadis pirang di dalam foto itu adalah Megan.

Ia meletakkan foto itu kembali di meja, lalu menatap ke sekeliling lagi ruangan yang kalau dibandingkan dengan toilet Apartemennya, masih lebih besar toiletnya.

Seulas senyum terbit di sudut bibirnya. "Am i in her house right now?"

Pemikiran itu membuat Alceo melupakan hangovernya dan bergegas keluar dari kamar itu untuk mencari si pemilik kamar.

Begitu membuka pintu, Alceo sedikit menarik tubuhnya kebelakang begitu melihat cahaya terang yang berasal dari ruangan di luar kamar tidur itu.

Begitu membiasakan diri dengan cahaya, barulah Alceo bisa melihat ruangan yang berfungsi sebagai ruang tamu, dapur, dan ruang bersantai itu hampir memiliki ukuran yang sama dengan kamar tidur yang barusan ia keluari.

Dan di tengah ruangan itu, Alceo bisa melihat wanita pirang yang tadi ia lihat fotonya di pigura, sedang duduk dilantai di depan meja kopi. Kepalanya dibaringkan di atas kedua tangannya yang bertumpu di atas meja, di depan laptop yang menyala.

Kertas-kertas berserakan di dekat wanita itu. Dan ketika Alceo melirik jam, benda itu sudah menunjukan pukul 3 pagi.

Alceo berjalan mendekat, duduk di sofa yang di belakangi Megan, lalu ia menundukan kepalanya agar bisa melihat wajah Megan yang masih memejamkan mata. Wanita itu sedang tertidur, tidak tahu sejak kapan ia tertidur dalam posisi itu.

Tanpa sadar Alceo terkekeh kecil. "Kau terlihat lebih jinak kalau begini," gumamnya. Kemudian ia menatap layar laptop gadis itu dan kertas-kertas di sekitarnya.

Ia meraih salah satu kertas dari atas meja yang berisi informasi mengenai tempat-tempat menarik di Las Vegas. Ia menarik lembaran lainnya yang berisikan proposal pengajuan ide marketing beberapa tahun lalu, dan lembaran lain yang merupakan laporan magang. Laporan yang sama dengan yang berada di dalam laci kerjanya saat ini.

Lalu tatapannya beralih kearah Megan, kemudian layar laptop yang masih berisikan tulisan yang belum selesai secara bergantian.

Perlahan, Alceo menggeser laptop itu, membacanya dari atas hingga ke bagian pengajuan proposal yang belum diselesaikan Megan, lalu Alceo menarik senyumnya.

"Idemu menarik juga," gumam Alceo. Entah kenapa ia sedikit merasa bangga begitu selesai membaca ide marketing milik Megan ini.

Selain berpendirian tegas, gadis itu juga profesional dan memiliki ide yang segar. Dan ditambah, wanita itu juga nampaknya adalah wanita yang baik karena ia membiarkan Alceo tidur di kasurnya disaat Wanita itu bisa saja meninggalkan Alceo di tengah jalan.

Mengingat hal itu, Alceo semakin merasa kagum dan juga penasaran dengan wanita bernama Megan ini.

Setelah puas memperhatikan wajah lelap Megan, Alceo melarikan jemarinya di atas keyboard laptop Megan untuk menyelesaikan laporan itu sambil sesekali matanya melirik kearah Megan.

Ingin sebenarnya Alceo memindahkan Megan ke kasur mungilnya itu, tapi entah apa yang akan terjadi padanya kalau tiba-tiba Megan terbangun ketika sedang berada di gendongannya.

Tendangannya kala itu masih menyisakan nyeri setiap kali terbayang olehnya tanpa sengaja.

Setelah menyelesaikan dan tidak lupa menyimpan laporan tersebut, Alceo mematikan benda itu. Tatapannya beralih ke Laporan magang yang sejak tadi berada di sampingnya.

Alceo bisa saja terus memanfaatkan kelemahan wanita itu yang berada pada laporan magang ini. Setidaknya seperti itulah rencana awalnya ketika ia tahu Megan adalah karyawan magang di perusahaannya.

Tapi itu tentu sebelum malam ini. Mungkin Megan satu-satumya dari beribu wanita yang tidak melihat harta kekayaan dan juga latar belakang keluarganya juga ketampanan dan pesonanya. Dan Alceo merasa, akan ada hal yang lebih besar lagi dari pada sekedar mengerjai wanita itu demi kepuasannya semata.

Alceo menarik senyumnya untuk kesekian kali. Kali ini ia menarik keluar pena dari saku celananya yang selalu tersedia untuk keperluan mendadak, lalu ia membubuhkan tanda tangan di laporan magang wanita itu, di tambah ia menuliskan beberapa kalimat sebelum membereskan lembaran kertas itu dan menumpuknya menjadi satu.

Ia meraih kotak pensil wanita itu, mengeluarkan post-it dari dalam sana, menuliskan sebaris kalimat lalu menempelkannya di layar laptop yang sudah gelap.

Selama beberapa detik selanjutnya, Alceo kembali memperhatikan wajah Megan. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum setiap kali melihat wajah Megan. Apalagi mengingat ancaman-ancaman wanita itu pada dirinya.

Alceo berdiri lalu kembali ke kamar dan berjalan lagi ke ruang tamu sambil membawa selimut yang ia temukan untuk menyelimuti tubuh Megan.

"Anggap saja ini sebagai ucapam terima kasihku karena kau tidak membuangku di tengah jalan," gumam Alceo sambil menepuk kepala Megan pelan.

Setelah berperang dengan hati nuraninya yang tidak ingin pergi, Alceo memutuskan untuk pulang.

***

Megan terbangun dengan sakit di sekitaran leher dan bahunya. Idiot mana yang tidak akan sakit leher kalau tidur dengan posisi sepertinya yang membungkuk di meja kopi selama berjam-jam?

Megan ingin meregangkan otot-ototnya ketika ia merasakan sesuatu yang jatuh dari bahunya.

Selimut? Keningnya mengernyit, mencoba mengingat hal sebelum ia jatuh tertidur di ruang tamu. Detik selanjutnya, mata Megan membesar dan bergidik ngeri sambil menoleh kearah belakang, -melupakan sakit lehernya,- dimana pintu kamar tidurnya berada.

Ia lupa kalau ia tidak sendirian di Rumah kecilnya. Dan pasti selimut ini adalah ulah laki-laki itu.

Megan kembali menoleh kedepan dan baru ingin menghela nafas lelah ketika matanya menangkap secarik kertas kuning yang tertempel di layar laptopnya. Ia juga baru menyadari kalau mejanya sedikit lebih rapih dan laptopnya sudah dalam keadaan mati.

Dengan cepat ia menyambar kertas itu dan membacanya.

Terima kasih karena sudah membiakan aku tidur di kasurmu. Laporanmu sudah aku selesaikan, dan laporan magangmu sudah ku tanda tangani.
-Alceo Marvello Tyler ❤

Megan bergidik melihat emoji terakhir yang nyasar di belakang nama Alceo.

Menggelikan! Gerutu Megan. Tapi tunggu... apa yang dia katakan tadi? Laporan magangku?

Megan langsung melempar asal kertas kecil itu, menyalakan laptopnya lalu mencari laporan magang miliknya yang ternyata memang sudah di tanda tangani. Ditambah lagi, ada catatan bertuliskan tangan Alceo di bagian keterangan yang kosong dan biasanya diisi oleh Ed.

Inovatif, kreatif dan profesional. Saya berharap seluruh karyawan di perusahaan saya memiliki semangat seperti Ms.Penelope. Dan saya juga sangat berharap Ms.Penelope dapat benar-benar menjadi bagian dari perusahaan kami suatu saat nanti.

P.s. Selamat karena ide Marketing Ms.Penelope untuk event bulan ini, diterima dengan tangan terbuka.

Mata Megan melebar tidak percaya membacanya. Ide marketing? Dengan cepat Megan beralih menatap laptopnya, membuka laporan miliknya yang ajaibnya sudah selesai dan terbelalak.

Ini memang proposal pengajuan ide untuk pemasaran produk terbaru Tyler Enterprise. Tapi proposal ini hanya keisengannya yang meminta Ed untuk mengajarinya membuat proposal pengajuan. It's just for fun, not for real.... "Ya Tuhan..." Megan terkesiap. Apa dia baru saja mendapat kepercayaan untuk memasarkan Produk terbaru Tyler Enterprise?!

Kupu-kupu di perut Megan berterbangan. Ia merasa senang, dan juga bersemangat untuk pengalaman pertamanya itu.

Aku harus berterima kasih pada Mr.Tyler, putusnya dalam hati. Ternyata Laki-laki hidung belang itu tidak semenyebalkan yang ia kira.

***

Pagi harinya di hari senin, Megan berlari dengan Heelsnya menuju ke Lift yang sedang ditunggui oleh beberapa karyawan sepertinya.

Sejak pertama kali ia membuka mata pagi itu, ia tidak berhenti tersenyum. Mungkin apa yang terjadi kemarin adalah hal terbaik selama ia bekerja di perusahaan ini.

Ia hanya tidak sabar untuk memberitahu Claire dan sahabat-sahabatnya, dan juga tentunya, berterima kasih pada Alceo.

Begitu ia masuk kedalam lift dan menekan tombol 30, bukan lantai tempat kerjanya, semua orang di dalam lift memperhatikannya. Tidak sembarang orang memiliki keperluan dilantai itu, apalagi sepagi ini. Jadi Megan merasa wajar mendapatkan tatapan penuh pertanyaan itu.

Begitu sampai di lantai 30, Megan langsung berjalan menuju ke satu-satunya ruangan disana dengan langkah lebar.

"Apa Mr.Tyler ada di dalam?" Tanya Megan dengan nafas sedikit tersengal akibat berjalan cepat, terhimpit di dalam lift, dan juga gugup untuk bertemu Alceo.

"Selamat pagi," sapa Laki-laki itu ramah. "Maaf sebelumnya, tapi Mr.Tyler sedang tidak ada di tempat. Beliau ada perjalanan bisnis di New York sejak kemarin hingga minggu depan," ujarnya.

Penuturan laki-laki itu membuat kupu-kupu di perut Megan mendadak mati. Kegugupannya lenyap, dan nafas tersengalnya sedikit tertahan. "O-oh?"

"Apa anda ada perlu? Saya bisa sampaikan-"

"T-tidak, tidak ada yang penting. Terima kasih." Megan tersenyum simpul lalu berjalan dengan langkah kecil menuju ke Lift yang tadi membawanya keatas.

Kenapa mendengar Alceo tidak ditempat malah membuatnya uring-uringan seperti ini?

***

Tbc

Hai! Aku bawa kabar baik loh! FATED SUDAH OPEN PO!

Mana nih yang kemarin tanyain mulu? Hihihi

Yuk ikutan POnya!! Diskon 20% loh! Dan khusus 100 pembeli pertama, dapat gratis Totebag dariku! 😊😊😊

Yuk yuk di order sebelum kehabisan! Hehehe

Oh ya, semoga suka ya sama cerita ini. 🙏

Ini pertama kalinya aku nulis pake kerangka yang udh dibikin sebelumnya. Biasa aku nulis secara spontan. Sedangkan cerita ini aku pake kerangka. Semoga gak mengurangi feel ya :')

Continue Reading

You'll Also Like

3M 47.2K 10
Shit! Aku memasuki altar pernikahan disaat aku tidak mengingat semuanya. Maksudku, aku sedang amnesia. Bahkan aku lupa siapa diriku sebenarnya tetapi...
1.3M 28.3K 27
# 28 in Fanfiction [25- 05- 2018] [Sebagian cerita telah dihapus untuk kepentingan penerbitan] Apa yg ada dibenak kalian kalau dijodohin sma cowo Gan...
355K 12.6K 38
Mario Arkha Alexander. Cowok umur 16 tahun yang baru masuk SMA. wajahnya yang tampan rupawan membuat ia menjadi playboy tenar. Alyssa Gennifya Pradip...
3.3M 179K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...