Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]

By Anindana

11.4M 735K 20.6K

Megan Penelope dimata Alceo Tyler adalah seorang perempuan yang sangat menyebalkan di kehidupannya. Disaat se... More

Prolog
BadBoy 1
BadBoy 2
BadBoy 4
BadBoy 5
BadBoy 6
BadBoy 7
BadBoy 8
Badboy 9
BadBoy 10 (1)
BadBoy 10 (2)
OPEN PO FATED!!!
BadBoy 11
BadBoy 12
BadBoy 13
BadBoy 14
BadBoy 15
BadBoy 16
BadBoy 17
BadBoy 18
BadBoy 19
BadBoy 20
BadBoy 21 (1)
BadBoy 21 (2)
BadBoy 22
BadBoy 23
BadBoy 24
BadBoy 25
BadBoy 26 (1)
BadBoy 26 (2)
BadBoy 27
BadBoy 28
BadBoy 29
BadBoy 30
BadBoy 31 (1)
BadBoy 31 (2)
BadBoy 32
BadBoy 33
BadBoy 34 (1)
BadBoy 34 (2)
BadBoy 35
BadBoy 36
BadBoy 37
BadBoy 38
Badboy 39
BadBoy 40
BadBoy 41
BadBoy 42
BadBoy 43
BadBoy 44
Epilog (End super End!)

BadBoy 3

279K 16.6K 436
By Anindana

Alceo bersumpah ia tidak akan kembali lagi ke kelab malam miliknya yang satu itu. Seumur hidupnya, ia tidak pernah dipermalukan seperti itu oleh seorang wanita kecuali adik kembarnya. Tidak ada satu wanitapun yang berani menginjakkan kaki di atas harga dirinya.

Tidak seorangpun.

"Apa kau merasa tidak berlebihan, Marvel?" Suara bass Gary menyadarkan Alceo dari lamunannya. "Kalau kau tidak mau kesana lagi, kenapa juga kau harus memindah-tugaskan aku ke kelab ini?"

"Aku butuh teman bicara," sahut Alceo ketus.

"Yakin? Setelah mendapat mangsa, kau juga akan meninggalkanku. Lebih baik aku kembali ke kelab yang dulu saja. Disana lebih banyak pelayan seksi." Gary bersungut-sungut sambil mengelap meja barnya.

Kelab ini memang tidak sebesar kelab yang kemarin menjadi saksi harga diri Alceo terinjak. Namun persamaannya adalah, kedua kelab itu sama-sama milik keluarga besar Tyler. Jadi Alceo bisa berbuat seenaknya atas pegawai-pegawai bar tersebut. Termasuk memindah tugaskan Gary tanpa pemberitahuan sebelumnya.

"Mulutmu cerewet sekali seperti ibu-ibu rumpi," sindir Alceo.

Alceo meneguk minumannya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling kelab yang sebagian besar diisi oleh pejabat-pejabat berumur dan juga pekerja-pekerja kantor yang nampaknya menjadikan kelab malam ini sebagai alternatif tempat meeting. Berbeda dengan kelabnya yang kemarin, yang kebanyakan diisi oleh anak-anak muda.

Maka itu, Alceo hampir tersedak ketika ekor matanya tidak sengaja -atau memang hari sialnya belum berakhir- melihat bayangan wanita berambut pirang yang sama baru saja masuk ke kelab itu.

Alceo meletakkan sedikit kasar gelas di tangannya ke atas meja bar. "Kenapa dia ada disini?!"

Gary mengernyit dan mengikuti arah pandangan Alceo. "Dia siapa?"

"Wanita kemarin!" Pekik Alceo tidak percaya.

"Aku tidak melihatnya. Mungkin kau berhalusinasi. Kelab ini private dan hanya yang memiliki reservasi atau jabatan tinggi saja yang boleh masuk."

"Aku benar-benar melihatnya!" Alceo menatap Gary dengan mata melotot. Tidak terima diragukan. "Aku akan menghampirinya dan menanyakan maksudnya mengikutiku kemari!" Putus Alceo langsung bangkit dari tempatnya, meninggalkan Gary dan menghampiri lokasi wanita itu.

Gary tidak sempat mencegah atasannya itu karena Alceo bergerak dengan sangat cepat. Ditambah, suaranya teredam oleh musik beat yang memekakkan telinga.

***

Megan bernafas lega karena ia tidak perlu lagi kembali ke kelab malam itu. Kalau perlu malah ia tidak mau lagi datang ke kelab manapun beberapa bulan kedepan, karena tidak ada yang menjamin kalau ia tidak akan bertemu dengan orang yang mungkin melihat kejadian memalukan kemarin di kelab lain.

Kalau bukan karena undangan reuni teman sekolahnya, Megan pasti lebih memilih menggulung diri di dalam selimut hangat, dan merefleksikan dirinya atas apa yang ia lakukan kemarin.

Megan baru akan mencari meja tempat teman-temannya berkumpul, ia merasakan seseorang menarik tangannya dari arah belakang.

"E-eh... apa yang kau lakukan?!" Megan terkejut ketika dirinya ditarik oleh seorang laki-laki kearah berlawanan. Dan ketika megan melalui pintu bertempelkan tulisan 'gents', mata Megan terbelalak. Seumur-umur, Megan tidak pernah masuk ke toilet laki-laki seperti ini.

Belum rasa terkejutnya hilang, ketika laki-laki yang secara kurang ajar menariknya ke sana berbalik, Megan merasakan ia kehilangan seluruh nafasnya dan ia berharap kalau tanah dibawahnya runtuh lalu menenggelamkannya hingga ke dasar paling dalam.

"K-kau?!" Teriak Megan. Ia menarik lepas tangannya dari genggaman Laki-laki itu dengan cepat.

"Kenapa kau mengikutiku?!" Tanya laki-laki itu membuat Megan ternganga.

"Excuse me, Sir... aku mengikutimu?" Ulang Megan tidak percaya akan apa yang di dengarnya. Ia berkacak pinggang lalu mendengus. "Bukankah kau yang mengikutiku?!" Tanyanya ketus.

Laki-laki itu tertawa garing lalu ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Untuk wanita sepertimu yang sama sekali tidak menarik, untuk apa aku mengikutimu? Yang harusnya bertanya itu aku. Kenapa kau bisa ada disini? Kau menyesal sudah menolakku kemarin, lalu kau ingin mengulangnya lagi hari ini?"

Mata Megan menyipit. "Bagian mana? Bagian aku mengunci tanganmu? atau bagian aku menendang bokongmu?" Tanya Megan menantang laki-laki itu.

Laki-laki itu menahan nafasnya dan menggeram. "Kau..."

"Apa?" Tantang Megan.

"Apa kau selalu seperti ini? Menginjak harga diri orang lain?" Desis Laki-laki itu geram.

Megan mendengus. Ia menunduk sambil melihat kedua kakinya dan mengangkatnya satu persatu. "Aku tidak melihat harga dirimu di bawah sini. Ah, apa semut itu yang kau maksud harga dirimu?" Sindir Megan.

Ketika Megan ingin kembali menatap Laki-laki di hadapannya, hal yang mengejutkan terjadi.

Laki-laki itu kembali menciumnya yang sangat tidak ingin Megan akui kalau ciumannya yang kemarin dan sekarang itu cukup membuatnya menahan nafas.

Namun Megan bukan tipe wanita yang akan membiarkan dirinya direndahkan, apalagi setelah ia merendahkan laki-laki itu.

Tidak, harga dirinya lebih tinggi dari itu!

Megan mendorong tubuh Laki-laki itu dan melayangkan satu tamparan yang dinilainya pantas untuk laki-laki hidung belang itu dapatkan.

Megan mempelototi Laki-laki itu yang nampak santai saja setelah ia tampar. Seakan tamparan tersebut hanya sebuah sentuhan kecil yang tidak menyakitkan untuknya.

Perlahan laki-laki itu menyentuh pipinya sambil menatap Megan.

"Kau benar-benar hama manusia! Dasar hidung belang!!!" Seru Megan ketus lalu berlalu meninggalkan laki-laki itu begitu saja. Ia bahkan mengabaikan tatapan terkejut orang yang baru akan masuk ke dalam kamar mandi yang seharusnya tidak Megan masuki.

"Laki-laki itu benar-benar cari mati! Aku bersumpah akan menyetrika tata kramanya kalau sampai aku bertemu dengannya lagi!" Gerutu Megan sepanjang jalannya menuju ke meja yang ditempati teman-teman sekolahnya sekarang. "Tidak, aku sangat tidak berharap bertemu lagi dengannya!"

***

"Wajahmu terlihat kusut sekali. Ada apa?" Suara Claire mengalihkan perhatian Megan dari layar komputer menjadi ke arahnya. "Apa terjadi sesuatu?"

Megan menyunggingkan senyum kecilnya dan menggeleng. Ia memang belum bercerita pada sahabatnya itu mengenai pertemuannya lagi dengan Pria hidung belang itu.

Lebih kepada Megan tidak merasa perlu menceritakan hal memalukan itu. Apalagi kalau mengingat lokasinya yang... ewww.

"Apa kau sudah mengumpulkan laporan magang bulan ini pada Ed?" Tanya Megan mengalihkan pembicaraan.

Claire mengernyit sejenak lalu mengangguk. "Tadi aku menawarkanmu untuk sekalian ku kumpulkan, tapi kau melamun terus," jawab Claire sedikit ragu.

"Ah... kalau begitu aku kumpul dulu agar bisa di tanda tangani." Megan berdiri dari kursinya dan membuka laci kerjanya sedikit menunduk untuk mengambil map yang ia perlukan.

"Kau yakin tidak apa-apa? Tidak biasanya kau melamun seperti itu, Meg." Raut khawatir terlihat jelas diwajah Claire. Claire memang selalu seperti itu, dan itu bukan hanya kepada Megan, tapi juga Tania dan David. Claire hanya terlalu peka.

"Aku hanya rindu rumah. Sudah ya, aku harus segera memberikan ini pada Ed sebelum ia mengeluh karena aku mengumpulkannya terlalu lama." Megan tertawa kecil lalu meninggalkan Claire yang masih belum puas dengan jawabannya.

Langkah kaki Megan yang mengenakan heels 5 cm bergerak dengan cepat menuju ke pintu yang ia dan seluruh karyawan divisi yang sama dengannya ketahui sebagai ruangan Ed, Marketing Manager mereka.

Setelah mengatur nafasnya, ia mengetuk pintu di hadapannya sambil berdeham.

"Masuk." Suara Ed terdengar dari dalam.

Megan membuka pintu di hadapannya perlahan, lalu melangkah masuk.

Ed sedang memiliki tamu sepertinya, karena Megan melihat Ed tidak sedang sendirian di ruangannya.

"Ed, maaf mengganggu. Aku hanya ingin menyerahkan laporan magangku untuk di tanda tangani bos besar. Semoga kau belum mengumpulkan milik Claire." Megan berjalan menghampiri meja Ed untuk menyerahkan map di tangannya.

"Kebetulan, Laporan Claire juga sedang di tanda tangani. Kemarikan, Meg." Ed mengulurkan tangannya untuk meraih map itu tanpa memperhatikan perubahan ekspresi laki-laki di hadapannya yang berubah menegang ketika Megan membuka suara. "Mr.Tyler, maaf, tapi ada satu laporan lagi yang perlu kau tanda tangani."

Megan menatap punggung laki-laki yang di panggil Mr.Tyler tadi sedang duduk membelakanginya. Terasa familiar sepertinya. Namun Megan tahu kalau itu pasti hanya perasaannya saja. Bagaimana mungkin ia merasa familiar dengan Mr.Tyler yang bahkan officeboy juga tahu kalau ia pastilah pemilik Tyler Enterprise yang super besar ini.

Laki-laki itu membuka map yang di berikan Ed perlahan. Lalu bibirnya bergerak, menimbulkan suara seperti bisikan, "Megan Penelope..."

"Kalau begitu, aku permisi dulu, Ed," pamit Megan langsung berbalik tanpa menunggu persetujuan Ed.

Belum sampai langkahnya menuju ke pintu keluar, langkahnya kembali terhenti tak kala suara bariton yang membuat seluruh bulu kuduknya meremang terdengar.

"Megan."

Mata Megan sedikit melebar ketika hatinya berperang dengan akal sehatnya untuk tidak berbalik. Namun Akal sehatnya menang dan tubuhnya berputar perlahan.

Kalau ia kira matanya sudah cukup lebar saat mendengar suara bariton itu tadi, perkiraannya salah karena nyatanya, matanya semakin melebar melihat laki-laki yang tadi membelakanginya sekarang sudah memutar tubuh kearahnya dengan senyuman miring yang melemaskan lutut Megan.

"Megan Penelope... apa kau tidak merasa berhutang maaf padaku?" Tanya Alceo. Kalimatnya penuh dengan kalimat penindasan yang ditujukan pada wanita yang sudah dua kali menginjak egonya.

Megan berdiri mematung. Pikirannya bercabang. Sebagian mencoba meyakinkan kalau ia sedang mimpi buruk dengan melihat laki-laki hidung belang yang sialnya bernama Mr.Tyler dan berpotensi sebagai Atasan dari atasan dari atasan atasannya ini sedang menatapnya penuh kemenangan. Lalu sebagian lagi sedang sepenuh hati berdoa kalau lantai yang dipijaknya secara ajaib runtuh.

Ketika 2 menit berlalu dan tidak ada apapun yang terjadi, meski Megan sudah mencoba mencubiti lengannya dengan kuku jari, maka Megan tahu kalau dirinya sedang berada dalam masalah besar. Atau mungkin, laporan magangnya yang sedang dalam masalah?

***

Tbc

Karena banyak yang protes dengan Castnya, (padahal aku udah pake Chris dan Liam Hemsworth sebagai Tyler bersaudara di Between the Line 😧), ya udah cast cowoknya aku ganti aja.

Ryan Guzman As Alceo Marvello Tyler.

Kalo ga suka juga, ya udah bayangin cast sendiri" aja. Hehe

Makasih.

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 20.8K 39
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
3.3K 632 46
•happy reading gays! •share ke temen-temen kalian yaaa cerita aku!✨ •support trus aku,dan pantau terus cerita JADI MILIKKU SLAMANYA inii!!!✨ •jangan...
136K 11.4K 13
Kisah seorang Zayn Malik yang berusaha menahan segala godaan di bulan ramadhan. '21/6/2014' (This Story Made just for fun) humor #8 on July,20 2...
4.9M 181K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...