Would You Still Love Me The S...

By xcumbag

174K 9.9K 309

Asya Shakila Gibran Cewek berpipi gembul yang hidupnya nggak mau menye-menye kayak perempuan yang biasanya a... More

Prolog
[Satu] Hah? Sayang?
[Dua] Asya dan Dunianya
[Tiga] Something in The Past
[Empat] Arza Hilang, Asya Tobat
[Lima] Kok Dia Lagi Sih?
[Enam] Mas? Masalah buat Asya!
[Tujuh] Kemunculan Arza dan Si Buaya Darat
[Sembilan] Kata Rayhan, Resmi!
[Sepuluh] Distant Lover
[Sebelas] Wisuda Jurit
[Dua Belas] Mabuk Cinta
[Tiga Belas] Antara Gundah dan Bahagia
[Empat Belas] Sebatas Teman
[Lima Belas] Sebuah Teka-Teki!
[Enam Belas] Pernyataan Cinta
Spoiler!
[Tujuh Belas] Keraguan
Lagi Ngoceh
[Delapan Belas] Wanita dan Egonya
[Sembilan Belas] Pengajuan Nikah
[Dua Puluh] H-1 Pernikahan? Asya Ambruk!
[XXI Bagian 1] Hari Bahagia
[XXI Bagian 2] Hari Bahagia
[XXII] Seoul in Love
Dream Cast
[XXIII] Pinky Promise?
[XXIV] Bitter, sweet...
[XXV] For Better and For Worse
[XXVI] Suami Idaman?

[Delapan] Perasaan Apa Ini?

5.3K 320 8
By xcumbag

Bubur ayam memang paling sedap kalau disantap sebagai menu sarapan. Ditemani teh hangat, lengkap sudah untuk menemani Asya melawan dinginnya Malang. Rayhan tersenyum tipis melihat Asya yang seperti anak kecil, caranya makan yang menyisakan bubur di tepi mulut membuatnya tak tahan ingin mengusap bibir gadis di hadapannya. Kemudian, tangannya memberikan tisu pada Asya.

"Buat apa? Nggak nangis kok aku," ucap Asya masih dengan keadaan mulut yang mengunyah. Cakue di bubur ayam enak banget. Asya paling senang makan, lebih-lebih kalau ditraktir gini.

Rayhan tersenyum menyadari Asya yang menggunakan 'aku' dan kadang 'Asya' untuk merujuk ke dirinya sendiri. Terdengar sangat manis bagi Rayhan. "Mulut Asya belepotan tuh, macam balita lagi makan," ujar Rayhan sambil mengulurkan tisu ke telapak tangan Asya.

Malu kebiasaan buruknya saat makan diketahui orang selain keluarganya, Asya langsung mengambil tisu dari tangan Rayhan untuk diusapkannya di mulut. Terbongkar sudah satu aibnya di depan Rayhan. Eh? Kok dia khawatir sekali akan kebiasaan buruknya yang dapat mengganggu kenyamanan orang? Bukannya dia tidak pedulian akan pemikiran orang lain? Asya heran mengapa pemikiran takut Rayhan melihat aib-aibnya sempat terlintas.

Asya takut hatinya yang selama ini tertutup pada akhirnya dirampas oleh pria di hadapannya ini. Lelaki yang sedang meneguk teh tawar itu sama sekali bukan tipenya. Apalagi ketika tahu bahwa dia calon tentara. Asya muak dikelilingi dengan orang yang berprofesi sebagai robot negara. Tapi apa ini? Seakan takdir mempermainkannya, dia selalu berhadapan dengan tentara lagi, dan lagi. Pertama sang Papa, kemudian Arza, dan juga Rayhan. Mau melepas diri ke keluarga lain saja rasanya.

"Saya antar pulang, Sya. Naik motor," ajak Rayhan setelah mereka menyudahi sarapan. Walau sebenarnya, hanya Asya yang bersantap pagi.

Asya menggelengkan kepala, menolak ajakan Rayhan. "Nggak usah repot-repot. Bisa jalan kaki, deket. Mending situ pulang. Belum makan juga, 'kan?"

Rayhan menyentuh pundak Asya sepersekian detik, "Ya sudah. Pulang dulu, ya. Jumpa lagi nanti sore."

Tubuh Asya menegang karena sentuhan di pundaknya. Dia mengangguk kikuk mempersilakan Rayhan pergi. Asya mengusap wajahnya, menyadarkan dirinya untuk kembali ke kesadaran.

"Ingat, Sya. Buaya darat punya seribu satu cara untuk memperdaya wanita." Peringatnya pada diri sendiri.

***

Asya selalu dibuat heran dengan pelatihnya, Mas Jeje, yang keras dan disiplin dalam melatih, tetapi juga dapat melunak dan kalem saat menyuntikkan dukungan kepada anak-anak didiknya. Mas Jeje dikenal sebagai pelatih debat yang membangun interest muridnya, dengan dukungan tiada henti. Makanya, Mas Jeje kerapkali menjadi juri ataupun pelatih debat bagi debaters pemula, yang masih sering takut untuk bersuara di dunia debat. Namun, saat melatih tim yang sudah naik turun di dunia perdebatan, dia tidak akan segan untuk menaikkan suaranya karena kami malas datang untuk latihan ataupun melupakan tugas darinya. Mungkin karena konsistennya itu, anak didiknya sering mendapatkan penghargaan yang sepadan dengan kerja kerasnya.

Mas Jeje berlagak suportif sekarang, dengan gestur badan menyemangati kami. "Jangan pernah anggap suatu amanat itu sebagai beban. Anggaplah sebagai anugerah, jadi enteng ngelakuinnya," ucapnya dengan menoleh ke arah Asya di akhir kalimat.

Menduduk malu, Asya yang ketahuan mengeluh karena dapat motion susah itu langsung disemprot oleh omelan Jeje. Marco yang duduk di pojok ruangan hanya bisa tertawa.

"Waktu case building dua puluh menit. Dilarang tawar-menawar," kata Marco dengan menekan stopwatch di ponselnya.

Asya langsung duduk di kursi dan mulai menuliskan motion yang akan didiskusikan. Dia akan jadi tim Government, atau istilah umumnya sisi positif. Sedangkan tim Rayhan, akan menjadi tim Opposition, atau sisi negatif.

Satu menit pertama Asya, Keanu, dan Lia mendiskusikan definisi dari mosi debat yang mereka dapat.

This House Regrets The Existence of Vicarious Liability in Military Courts

[Dewan Ini Menyesali Adanya Pertanggungjawaban Pidana Pengganti dalam Pengadilan Militer].

Aduh, susah banget. Asya memutar otaknya untuk bekerja lebih cepat. Vicarious Liability? Yang dia tahu, memang seperti itulah cara kerja militer. Dari definisinya, vicarious liability adalah perlimpahan tanggung jawab, dari anggota ke atasan. Sebagai contoh, anggota tentara menembak seseorang, maka yang akan dihukum di pengadilan militer adalah atasan dari anggota tersebut. Karena diyakini, segala sesuatu yang dilakukan oleh anggota adalah utusan dari atasannya. Nah, Asya ada di pihak yang menolak tindakan penegasan hukum yang seperti itu. Meskipun dia pembicara ketiga, atau yang terakhir tampil. Bukan berarti dia nganggur saat pembentukan materi.

"Kalau ada orang melakukan sesuatu, pastilah dia naruh yang namanya self-interest. Kecuali dia robot yang nggak bisa nolak. Iya 'kan? Pasti ada lah minat dari dia walaupun itu perintah dari atasan sekali pun," Keanu menulis asal setelah ide muncul saat dia berucap. Lia dan Asya mengangguk mengiyakan.

"Harus lebih spesifik sih kita kasih contoh kayak apa self-interest seseorang yang kerja di militer. Hmmm," Lia menambahkan pemikiran Keanu. Asya mulai menggali-gali ide. Saat dia menulis, terlintas sesuatu di pikirannya.

"Self-interest... Ya naik jabatan atau sekadar mempertahankan posisi agar nggak dipecat. Berani jatuhin bom demi perintah atasan? Basi. Pasti dia nggak pengen ditendang dari militer, karena membantah perintah tugas atasan sama aja kayak cari mati. Mending bunuh orang daripada keluarga di rumah terancam nggak selamat karena tekanan dari atasan. Artinya, every bullets that you shoot is personal.Every bombs that you dropped is your own mistake. Jadi, nggak bisa hanya atasan yang dihukum. Anggotanya juga dong, karena masih ada motif pribadi di situ." Jelas Asya panjang lebar. Lia mencium pipi Asya, adiknya ini pintar sekali. Asya meringis ngeri pipinya jadi korban dari keganasan Lia.

[Setiap peluru yang ditembakkan itu bersifat pribadi. Setiap bom yang dijatuhkan adalah kesalahan diri sendiri.]

"Time is up!" seru Jeje agak keras, agar tim negatif, Rayhan dan kawan-kawan, yang berada di luar ruangan bisa mendengar. Tim Rayhan pun masuk ke ruangan dan duduk di kursi yang berseberangan dengan timnya Asya. Udara dingin dari AC dan tatapan tajam Rayhan seakan menusuk kulit Asya berkali-kali. Dia merinding!

Asya memperhatikan dengan seksama jalannya latihan kali ini. Satu persatu pembicara sudah maju. Ternyata, pembicara pertama dan kedua tim calon-calon tentara itu lancar sekali speaking-nya. Mereka terlihat berwibawa menjelaskan prinsip seorang anggota di militer itu bagaimana, menghaturkan argumen mereka dengan rapih walau masih ada sedikit kekurangan yang bisa disanggah oleh tim Asya. Asya salah mengira bahwa tim musuhnya ini tidak ada apa-apanya dibanding timnya. Dia seharusnya tidak boleh langsung menelan ucapan orang-orang yang mengatakan bahwa tentara hanya modal otot saja.

Sekarang, giliran Asya untuk menyampaikan rentetan argumennya.

"I call upon the third speaker of the government side of the house. Asya, time is yours," sambut Marco.

Asya meneguk air mineralnya sebelum dia maju dengan kertas-kertas hasil coretan dari pemikirannya. Dia menarik napas sebentar, mengatur detak jantungnya yang selalu berdentum kencang setiap kali akan menyampaikan ide pikirannya.

"Ladies and gentleman, we understand the decision of soldiers in the army relies on its commanders. We do realize that the opposition side of the house keep saying that soldiers can not criticize and do whatever they want. We know it ladies and gentlemen, but however we want to keep it down by our proposal, that we want to lessen the dictatorship leaders to brainwashing these soldiers..."

[Kami tahu bahwa setiap keputusan dari tentara bergantung pada komandannya. Kita menyadari bahwa tim oposisi selalu mengatakan kalau tentara tidak bisa mengkritisi dan tidak bisa berbuat apapun yang mereka inginkan. Kita tahu itu. Tetapi, kita ingin mengurangi pemikiran tersebut dengan proposal kami yang dapat mengurangi pula pemimpin yang diktator untuk mencuci otak dan berbuat semena-mena terhadap tentara-tentara ini...]

Tujuh menit dua pulu lima detik, waktu yang Asya habiskan untuk menyampaikan pidato tentang argumennya. Sekarang, giliran Rayhan untuk tampil. Asya memusatkan perhatiannya pada pria itu. Rayhan menyedekapkan tangannya di dada dan sekali-kali menggerakkan tangannya membentuk gestur yang sesuai dengan konteks pembicaraan.

"Ladies and gentlemen, instead of keep denying and saying no and no all over again like what Asya did, which is called dismissive. In our side of the house, we want to clarify certain things that the preposition have mistaken. First of all, military courts are completely different from normal courts. This is why, for example we don't judge the cases based on what is right and what is wrong. We prosecute things based on its necessity...]

[Daripada bersikap defensif dan berkata tidak berkali-kali seperti yang Asya lakukan, tim kami akan mengklarifikasi dan menanggapi hal-hal yang telah disalahartikan oleh tim positif. Pertama, pengadilan militer dan pengadilan umum sangat berbeda. Inilah mengapa, pengadilan militer tidak melihat sesuatu bergantung pada konteks yang benar atau salah, melainkan penting atau tidaknya suatu kasus...]

Tujuh menit dua puluh detik. Rayhan pun kembali ke tempat duduknya dan meneguk air dari botol plastik, dia menyeka keringatnya dengan sapu tangan coklat miliknya. Asya sempat dibuat cengo dengan cara penyampaian Rayhan yang santai tetapi sangat tajam. Dia tidak menyangka seorang Rayhan bisa terlihat begitu berwibawa saat menyampaikan pidatonya.

"Pulang bareng siapa?" tanya Rayhan, menarik tali tas berwarna biru milik Asya. Langkah Asya pun terhenti, dan tubuhnya tertarik ke belakang. Dia mendengus kesal.

"Naik go-car," jawab Asya, masih berusaha merebut tasnya yang dicengkram kuat oleh Rayhan. Tanpa diduganya, Rayhan menarik lagi tali dari tasnya, mau tak mau Asya mengekori langkah Rayhan karena takut tas kesayangannya rusak kalau dia memberontak.

Rayhan memberikan helm berwarna putih kepada Asya. Asya yang kelaparan pun mulai memproses lambat tindakan Rayhan, "Ngapain?" tanyanya kemudian.

"Saya yakin kamu bisa cara pakai helm, 'kan? Apa perlu aku pasangkan?" Rayhan mulai terkikik geli, lesung pipinya terlihat jelas saat dia menggoda Asya yang lagi lemot itu.

Asya membatin dalam hati, padahal 'kan dia selalu dipakein helm sama Arza. Kok Rayhan nggak gitu, sih? Langsung dia menggelengkan kepala.

"Bisa-bisanya aku kepikiran kayak gitu?" lirih Asya dalam hati. "Apa mungkin Asya suka sama Mas Rayhan?"

Kemudian, keduanya menyusuri dinginnya kota Malang dengan berboncengan di sepeda motor. Asya menggenggam erat jaket yang dikenakan Rayhan. Ada perasaan hangat yang membuncah dalam dirinya, mulai terasa mengusik perasaan. Perasaan apa ini?

***

[Asya kalau lagi mager di kamar, heu heu.]

[Walaupun Asya nggak cewek-cewek banget, tetep aja dia suka pink!]


[Ini sih ekspresi Mas Rayhan pas capek abis latihan fisik.]

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 47.4K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
936K 87K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
389K 21.8K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
2.1M 9.8K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...