Miss Wanda (Completed)

By Mommiexyz

4.4M 30.2K 1.6K

Sudah terbit. Apa jadinya jika Wanda Camellia, seorang guru cantik yang menjadi wali kelas siswa bermasalah b... More

Dua

Satu

212K 14.2K 483
By Mommiexyz

Tidak ada yang menyangka kalau di sekolah unggulan seperti SMA Negeri satu Jakarta Raya memiliki murid seperti Ari dan Mike yang sekarang malah sibuk nongkrong di kantin sekolah sambil menikmati asap nikotin memenuhi paru-paru mereka. Tidak peduli bel tanda pelajaran dimulai dua puluh menit yang lalu. Bahkan salah satunya adalah ketua OSIS yang seharusnya menjadi contoh bagi seluruh teman di sekolahnya.

"Gue suntuk, bro. Nyokap udah nggak balik tiga hari. Bokap masih di luar negeri." Aku Ari pada Mike yang nasibnya tidak jauh berbeda, berasal dari keluarga berantakan.

"Lo masih mending. Kakak gue ketahuan hamil sama bokap, abis badannya digebukin. Mau bela, gue malah jadi sasaran. Malang banget hidup gue." Dengan kasar Mike menghembuskan asap putih dari mulutnya. Gumpalan asap tersebut menyelubungi mereka berdua bagai kabut putih.

Mereka berada disana selama sepuluh menit, saling berbagi cerita sampai terdengar derap langkah kaki mendekat dan sosok wakil kurikulum, pak Jamaluddin muncul dihadapan mereka.

"Hoh, jadi disini rupanya kalian berdua?"

Ari dan Mike hanya sempat saling berpandangan sebelum kerah leher keduanya ditarik dan mereka kemudian diseret menuju ruang guru untuk dihakimi.

***

Wanda Camellia, wali kelas XI.E baru saja keluar dari kelas setelah bel pergantian jam satu menit lalu berbunyi dan ia berniat kembali ke mejanya yang berada di lantai satu, sementara kelasnya mengajar tadi berada di lantai empat. Kakinya terasa mau copot karena mengajar marathon selama empat jam. Sialnya, ia memakai hi heels hanya gara-gara pacarnya yang tampan menjemputnya, membuat ia ingin sedikit menjadi lebih feminin dihadapannya yang kemudian membuat sang pacar terpesona, juga tambahan kaki ngilu setelahnya.

Wanda berusia dua puluh enam tahun, adalah lulusan program studi bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di sebuah universitas negeri di Jakarta, ia menjadi guru honorer saat masih berstatus mahasiswa dan diterima sebagai CPNS segera setelah ia lulus kuliah di umurnya yang menjelang dua puluh dua tahun kala itu.

SK pertama menugaskannya mengabdi di SMA Negeri 1 Jakarta Raya sebuah sekolah unggulan yang menjadi incaran banyak siswa yang lulus dari SMP karena menjadi gudangnya murid pilihan dan prestasi yang dimiliki sekolah tidak main-main banyaknya. Hingga pada hari ini ia sudah berada disana hampir empat tahun, menghadapi banyak siswa dengan beragam perangai, dari yang baik sekali sampai seperti kata sahabat Wanda, Dinda, seperti jelmaan iblis saking nakalnya kelewatan atau juga dari yang kutu buku dengan wajah alakadar dan kaku bukan main sampai si badung berwajah tampan yang digilai banyak anak perempuan, sebuah kontras yang luar biasa tapi nyata terjadi di sana.

Hampir semua siswa yang diajarnya tunduk pada Wanda, bukan karena ia kejam, namun karena cara mengajarnya selalu berhasil menarik minat siswa. Ia juga tidak pernah pilih kasih, sehingga semua murid menyukainya. Selain itu, Wanda menjadi favorit karena ia memiliki wajah yang cantik, tingginya semapai bak model, ditambah kemampuan bahasa Inggrisnya yang cas cis cus persis bule, membuat kebanyakan murid langsung terpesona pada pandangan pertama mereka bertemu.

Seperti itu juga yang dialami Bagas, kekasihnya saat pertemuan pertama mereka.

Wanda nyaris tersenyum membayangkan kisah lampau tersebut sampai ia sadar sesuatu terjadi di ruang guru, karena wajah Dinda yang sengaja menunggunya di luar tampak mengulum senyumnya yang aneh.

"Wandaa... anakmu buat ulah. Sekarang lagi diceramahi pak Jamal." Katanya santai.

Wanda menghela napasnya. Padahal ia belum makan dari pagi tadi. Jeda satu jam akan ia manfaatkan dengan mengolah nilai ulangan siswa sambil makan lotek. Kalau sudah begini, mana sempat dia makan. Pak Jamal pasti akan memaksanya menonton pria itu memuntahkan amarahnya pada anak muridnya yang badung.

Siapa sih yang bikin onar?

Paling si Raka, juara ribut atau Omar, si biang kerok.

Namun langkah Wanda terhenti di muka ruang guru saat pak Jamal menumpahkan kekesalannya kepada dua orang yang paling dipercaya Wanda dalam kelas, si Ketua OSIS, Ari dan Mike, si ketua kelas.

Wanda mengusap dahinya keras-keras.

"Nah itu, itu mamak kalian. Biar dia yang hukum kalian, kasih skors kalau bisa. Ampun benar, ketua OSIS malah ngudut di kantin, mau gila, hah? Ini sekolah bukan warung kopi. Bilang saja sama bapak kalian, berenti sekolah jadi kuli."

Kepala Wanda langsung pusing. Ia langsung menuju mejanya dan meletakkan buku-buku yang dipegangnya sebelum ia melangkah ke tengah ruang guru yang ditata berbentuk O, hingga terdapat ruang kosong ditengah jajaran meja dan kursi. Di tempat itulah kedua murid kesayangannya duduk bersila sambil tertunduk dengan wajah merah menahan malu karena dipermalukan didepan seluruh guru, hanya karena ketahuan merokok dan membolos di jam belajar.

"Bu Wanda, ini anakmu aku temukan di kantin, sedang bolos dan merokok. Jam siapa mereka belajar tadi? Bisa-bisanya gurunya tidak tahu kalau anak muridnya hilang dua."

"Tadi jam pelajaran saya, pak. Mereka izin katanya mau fotokopi bahan pelajaran, tapi ternyata tidak kembali."

Raut pak Jamal kembali berubah garang. Kepalanya yang mulai membotak terlihat dipenuhi anak keringat.

"Dengar itu kata mamak kau? Tambah lagi kebohongan kalian. Aku tidak mau tau, ini nanti suruh panggil walinya, biar dikasih skors saja. Bagus-bagus nggak usah dinaikkan ke kelas tiga. "

Ari menatap wajah pak Jamal dengan suram, begitu juga Mike yang langsung merengek.

"Pak, jangan panggil bapak saya, bapak saya kejam."

"Kau tau bapakmu kejam malah buat ulah!" Sembur pak Jamal lagi.

Wanda menghela napasnya. Ceramah pak Jamal biasanya tidak akan usai, sementara cacing diperutnya sudah mulai meraung-raung.

"Pak, biar saya saja yang menangani mereka. Nanti saya akan panggil wali, hari ini juga biar mereka jera." Kata Wanda pada akhirnya, membuat kemarahan pak Jamal kemudian berkurang.

"Ya sudah, kau urus anakmu dua itu. Bikin malu, satu ketua OSIS, satu ketua kelas. Mau jadi apa sekolah, biangnya saja sudah begitu." Kata pak Jamal sambil membalikkan badannya dan bersungut-sungut menuju ruang wakil kepala sekolah.

Selepas kepergian pria itu, Wanda lalu menarik salah satu kursi guru yang ditinggal pemiliknya mengajar lalu duduk dihadapan mereka berdua yang masih tertunduk lesu.

Ia bahkan tidak butuh bicara sepatah kata pun karena keduanya langsung memohon ampun atas kesalahannya.

"Bunda, maafin Ari."

"Mike juga, bunda."

"Kita suntuk, banyak masalah dirumah." Ari mulai bicara.

"Kalian berantem sama istri dirumah?" Tanya Wanda.

Keduanya menggeleng.

"Kalian pusing mikirin uang sekolah anak?" Tanyanya lagi. Keduanya kembali menggeleng.

"Terus masalah apa?"

"Masalah orang tua." Mike mengaku. Wanda yang tahu latar belakang keluarga Mike yang keras langsung menghela napasnya.

"Kamu, Ari?"

"Sama, bunda."

Dobel masalah.

Secara garis besar Wanda sadar latar belakang anak didiknya bukan hanya berasal dari sembarang keluarga. Anak-anak seperti mereka banyak berasal dari keluarga berada namun kebanyakan kurang kasih sayang orang tua. Alasan klasik karena sibuk mencari uang untuk kebahagiaan mereka juga. Pada akhirnya si anak mencari kebahagiaan di tempat lain. Saat orang tua sadar, biasanya anak mereka sudah menjauh dan sibuk dengan dunia mereka masing-masing.

"Terus kenapa merokok di sekolah? Kenapa nggak di tempat lain? Kalian sengaja biar ketahuan?"

Wanda tahu perangai kedua muridnya itu. Ia tidak akan merasa perlu melarang mereka untuk tidak merokok, karena mereka berdua sebenarnya tau apa dampak yang akan didapatkan dari perbuatannya sendiri, apalagi keduanya memegang jabatan yang lumayan penting di sekolah.

Tatapan mata Wanda kemudian terarah pada Ari yang sedang memandangi wajahnya, memohon ampunan agar wanita itu tidak melakukan hal yang ia hindari dari tadi, menelepon walinya.

Prastya Abiyyu Adriansyah atau dipanggil Ari oleh teman-temannya, memiliki wajah tampan di atas rata-rata siswa sekolah ini. Alisnya tebal, hidung mancung khas timur tengah, karena salah satu kakeknya berasal dari sana, lesung pipi yang dalam, tinggi badan yang menjulang dan proporsional membuat sebagian besar napas siswa perempuan nyaris tercabut saat melihatnya, ia pun memiliki prestasi yang bagus, beberapa kali menempati peringkat kedua juara umum, pintar main basket, yang ketika ia sedang beraksi di lapangan, bahkan membuat para siswi itu histeris.

Namun Ari tak pernah bisa berkutik didepan Wanda, atau yang sering dipanggil oleh para muridnya "Bunda". Dia boleh saja ganteng dan pintar, tapi Wanda tetap saja gurunya. Sementara para gadis bertekuk lutut padanya, kini malah dirinya sendiri yang menekuk lututnya memohon agar sang guru membatalkan niatnya.

Jika benar itu terjadi, ia akan mendapat masalah.

"Kita beneran nggak sadar kalau lagi disekolah, bunda." Akunya. Wanda mendengus.

"Terus tadi kalian kira ada dimana? Dikafe remang-remang? Warung pojok?"

Ari menggeleng dengan cepat.

"Beneran bunda, Ari khilaf. Janji nggak bakal ngulang lagi."

Wanda hanya diam. Tatapannya pun beralih pada Mike.

Sebelas-dua belas dengan Ari, Mike Aditya Jensen pun memiliki wajah tidak kalah tampan. Malah bocah keturunan ekspatriat itu memiliki mata biru cemerlang yang membuat banyak gadis klepek-klepek, dan kelebihan Mike dibanding Ari adalah ia lebih ramah dan murah senyum. Hanya saja, karena kepergok melakukan satu kesalahan, makan sekarang sikapnya berubah drastis di depan gurunya.

"Mike? Kamu kenapa diam?"

Mike yang dipanggil tambah menundukkan kepalanya.

"Mike salah, bunda. Dirumah sedang kacau. Kakak Mike yang perempuan hamil, ayah marah, kepingin ngelindungin, tapi Mike cuma seorang pengecut."

Rahang Mike berubah kaku, wajahnya tampak memerah membuat Wanda yang melihatnya mendadak iba.

"Mike tahu kakak salah, tapi kakak juga tidak pantas disiksa seperti itu."

"Dan merokok juga bukan jalan keluar dari semua masalah kamu, Mike." Katanya, membuat Mike langsung terdiam.

"Ayah kamu memukul kakak, itu bukan perbuatan yang dibenarkan, kamu merokok disekolah, itu juga tidak bisa dibenarkan. Hati kalian sakit, terluka, tertekan, kalian masih punya tempat untuk berbagi, ada ibu disini, bahkan Tuhan. Tapi baik kamu, Ari dan Mike, kalian bahkan tidak ada yang datang kepada ibu. Justru mengundang masalah hingga seperti ini. Masih beruntung bapak Jamal hanya menyerahkan kalian pada ibu, sebelumnya, yang ketahuan merokok dihukum beliau menghisap satu pak sampai habis, agar jera. "

Keduanya tertunduk lagi.

"Teman-teman percaya pada kalian. Begitu juga guru kalian. Bukan begini caranya menyalahgunakan kepercayaan itu."

"Ibu beri waktu lima menit dari sekarang, untuk menghubungi wali kalian, tidak ada kata tapi..." Kata Wanda tegas ketika melihat keduanya mulai memasang raut memohon lagi.

"Hubungi mereka, kalau tidak bapak Jamal akan meminta ibu menskors kalian." Ucapnya untuk yang terakhir kali sebelum memutuskan untuk berangkat dari tempat duduknya dan berpikir apa yang akan ia katakan kepada orang tua Ari dan Mike yang kemungkinan akan datang tidak lama lagi.

***

Haaaii eke kembali,

Ini bunga keempat yang muncul di ceritaku.

Kali ini kita main-main ke sekolah, yuk. Ada ibu Wanda di sana yang jadi idola anak muridnya.

Tapi seperti Dignity, Wanda mungkin akan slow update karena fokusnya masih ke Gagal Move On.

Semoga suka ya.


Continue Reading

You'll Also Like

227K 37.1K 25
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
361K 31.8K 85
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
851K 40.7K 34
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
129K 16.3K 15
SEKUEL OF DIAMANTA Selama tiga tahun dipisahkan, akhirnya surat-surat itu berdatangan. Awalnya hanya memuat deretan informasi untuk dipelajari, hing...