Would You Still Love Me The S...

Galing kay xcumbag

174K 9.9K 309

Asya Shakila Gibran Cewek berpipi gembul yang hidupnya nggak mau menye-menye kayak perempuan yang biasanya a... Higit pa

Prolog
[Satu] Hah? Sayang?
[Dua] Asya dan Dunianya
[Tiga] Something in The Past
[Lima] Kok Dia Lagi Sih?
[Enam] Mas? Masalah buat Asya!
[Tujuh] Kemunculan Arza dan Si Buaya Darat
[Delapan] Perasaan Apa Ini?
[Sembilan] Kata Rayhan, Resmi!
[Sepuluh] Distant Lover
[Sebelas] Wisuda Jurit
[Dua Belas] Mabuk Cinta
[Tiga Belas] Antara Gundah dan Bahagia
[Empat Belas] Sebatas Teman
[Lima Belas] Sebuah Teka-Teki!
[Enam Belas] Pernyataan Cinta
Spoiler!
[Tujuh Belas] Keraguan
Lagi Ngoceh
[Delapan Belas] Wanita dan Egonya
[Sembilan Belas] Pengajuan Nikah
[Dua Puluh] H-1 Pernikahan? Asya Ambruk!
[XXI Bagian 1] Hari Bahagia
[XXI Bagian 2] Hari Bahagia
[XXII] Seoul in Love
Dream Cast
[XXIII] Pinky Promise?
[XXIV] Bitter, sweet...
[XXV] For Better and For Worse
[XXVI] Suami Idaman?

[Empat] Arza Hilang, Asya Tobat

5.5K 359 0
Galing kay xcumbag

Tidak terasa Asya dan Arza telah menghabiskan dua tahun di SMA, di semester genap ini Asya masih aktif dalam lomba-lomba debat bahasa Inggris yang diadakan universitas bergengsi, seperti di UI, UGM, Unair, dan masih banyak lagi. Hebatnya, hampir disetiap perlombaan Asya mendapat gelar juara. Namun, dia tidak lagi bekerja sama dalam tim dengan Arza, yang sibuk dengan ujian akhirnya. Dia berganti partner tim dengan Dennis, dan tetap si Tiaranya yang paling dia sayangi.

Asya mengalami banyak perubahan akhir-akhir ini, dia tidak lagi suka bangun siang saat libur. Dia mulai ikut Arza untuk lari keliling kompleks perumahan atau sekedar jogging di area tersebut. Frekuensi Asya berolahraga pun bertambah seiring berjalannya waktu, mulai dari sprint di pagi hari sebelum berangkat sekolah ataupun sekedar senam lantai di teras belakang rumah setelah shalat subuh. Asya bukannya ingin mengejar cinta seseorang sehingga dia ingin jadi langsing. Bukan. Asya menyadari bahwa sebaiknya makan yang banyak itu diiringi pula dengan olahraga, agar seimbang. Lemak di bokongnya juga tidak separah dulu. Tulang pipi yang dulunya tidak terlihat juga sudah nampak, walau hanya sekilas terlihat. Dalam waktu singkat, Asya tentu tidak jadi kurus. Dia juga tidak mau seperti model-model yang terlalu kurus seperti mengidap penyakit anoreksia. Dia kira dia cukup sehat dengan bentuk tubuhnya yang tidak gendut dan tidak terlalu kurus pula.

"Za, foto dulu napasih jangan dilepas dulu jasnya. Idih, dasar bopung banget!" Asya mengomeli kembarannya yang tidak betah memakai setelan rapi itu. Di hari spesial Arza ini, Asya mau mengabadikannya dalam foto.

"Bang, Sini ah jangan resek. Habis ini pulang, kok. Sekali foto aja. Cepet, muka Papa udah asem nungguin rangkaian acara tadi nggak kelar-kelar. Sopir juga udah jemput tuh," bujuk Mama Asya. Asya pun menjulurkan lidah kepada Arza.

Keluarga Asya telah memposisikan diri ke photobooth dan mengambil beberapa pose untuk diabadikan. Meski bukan hari kelulusannya, Asya turut senang keluarganya dapat berkumpul di harinya Arza. Papa nya juga rela ijin demi menyaksikan Arza yang dapat penghargaan. Papanya keren banget. Asya jadi berpikir ulang untuk menyimpan ketakutan dalam dirinya terhadap Gibran, sang Papa.

***

Katanya anak kembar itu saling menguatkan satu sama lain sejak dalam kandungan. Nggak mau kembarannya sakit atau terluka. Kalau yang satu jatuh sakit, yang lain pun ikut merasakan sakitnya. Kayaknya hal-hal tersebut memang sering dialami Arza dan Asya. Pernah suatu ketika Arza demam tinggi, di malam harinya Asya bakal susah tidur dan napasnya sesak. Ikatan batin dan ikatan darah saudara kembar memang kuat.

Asya seperti magnet dengan kutub berlawanan dengan Arza, keduanya memang beda tetapi tidak bisa lepas. Terutama Asya, yang nggak mau jauh-jauhan sama sang kembaran yang telah dianggapnya Kakak. Karena Asya merasa Arza jauh lebih matang secara psikologi dibanding dirinya. Walaupun mereka berdua sama-sama suka slengean dan hidupnya penuh dengan saling melempar hujatan, ketahuilah bahwa sebenarnya mereka saling menyayangi. Isak tangis Asya tak kunjung berhenti ketika menyadari bahwa Arza telah menghilang dari rumah selama beberapa hari.

Apa permasalahannya? Tidak ada!

Hanya saja gelagat aneh Arza telat tercium oleh Asya. Dia tidak menyadari bahwa Arza selalu menghindari pertanyaan tentang kelanjutan studinya setelah lulus SMA. Arza kini telah dinyatakan lulus setelah lima hari yang lalu ikut wisuda di sekolahnya. Arza memang siswa akselerasi, sedangkan Asya tidak mengikuti seleksi program akselerasi dan menduduki kelas reguler SMA. Jangan ditanya apakah Asya sedih atau tidak ditinggal Arza lulus duluan. Pastinya sedih banget. Apalagi sekarang Arza menghilang tanpa jejak tanpa memberitahu apa-apa pada Asya. Akhir-akhir ini Asya memergoki Arza yang repot sendiri, fotokopi data-datanya untuk persyaratan studi lanjutan, pikir Asya ya Arza ingin memasuki Fakultas Hukum di Universitas Indonesia. Namun, teman-temannya Arza yang juga ingin mendaftar ke sana belum sesibuk Arza. Bahkan Asya masih berpapasan dengan Julie, teman sekelas Arza dan mengatakan bahwa UI baru saja membuka daftar ulang jalur undangan. Sedangkan untuk tes tulis akan digelar minggu depan.

"Lo nggak keterima SNMPTN di Kedokteran UNEJ, ya, Za? Udah gue bilang 'kan ambil Hukum aja, ih. Cocok deh serius," Asya mengelus pundak Arza yang air mukanya melas menatap ponsel yang menunjukkan deretan nama siswa-siswa yang lolos SNMPTN atau jalur undangan tanpa tes.

"Hm, Hukum ya? Yaudah liat aja nanti," timpal Arza tak bersemangat.

Asya mengumbar senyum pada Arza. "Gitu lah, optimis dikit."

Arza tersenyum jahil, "Iya ya, lo aja bisa langsing sekarang. Masa gue cari studi lanjutan aja nggak bisa," ucapnya mengalihkan pembicaraan yang terlalu serius.

"Kampret lo, Za. Bilang aja gue makin cantik!" Asya menggetok kepala Arza cukup keras. Arza tidak mau kalah dan mulai menggelitik tubuh adiknya hingga meronta meminta ampun. "Hahaha! Aduh, Za. Udahan kampretttt."

Lantas Asya meraung-raung dalam tangis mengetahui dia telah dibohongi kembarannya. Papa dan Mama Asya juga khawatir bukan main saat Arza dua hari lenyap dari rumah.

Arza, kabur kemana lo?!?

Gila lo bikin Papa sama Mama khawatir

Anjir bales wa gue!

Asya mengetikkan pesan melalui aplikasi chatting WA, tentu saja nggak deliv. Puluhan kali Asya menelepon pun tak ada jawaban, hanya operator yang menjawab bahwa ponsel Arza memang dalam keadaan mati.

***

+081912409993

Dek Asya? Ini tante Wina, sayang..

Asya mengernyitkan dahinya mendapat pesan dari nomol yang tidak disimpannya. Tante Wina..? Tante Wina, Oh temen Mama yang pernah dateng ke rumah!

Asya mengetikkan balasan kepada nomor tersebut.

Asya S.G

Ya, tante? Ada perlu apa?

+081912409993

Bilang sama Mama kamu, ya, Dek. Arza baik-baik aja di rumah saudara tante, di Jakarta. HP Arza rusak katanya. Ini nomor saudara tante barangkali orang rumah khawatir J

Mengirim Kontak

Asni

Asya S.G

Makasih tante bantuannya, infonya. Asya berterimakasih sekali sama Tante! *emot terharu* Nanti kalau Mama udah pulang arisan, Asya kasih tau ke Mama, ya, Te.. Makasih

Asya jadi lega kalau tahu saudara laki-lakinya itu kabur ke Jakarta, berarti dia benar mempersiapkan diri untuk mengikuti tes di UI. Duh, bandel sekali dia pergi tanpa pamit. Bisa-bisa Asya dibuat kurus tulang saja memikirkan kelakuan Arza yang super itu.

"Assalamualaikum, Dek!" salam Mama Asya setelah bunyi bel rumah terdengar. Asya berlari ke pintu untuk menyambut kedatangan Mamanya.

Asya menghambur ke pelukan sang Ibu, "Ma... Arza ketemu, Ma."

Mata Kila melebar mendengar pernyataan anaknya, "Bener, Sya? Kemana Abang nakalmu itu kabur?"

"Jakarta, Ma. Dia numpang di rumah saudaranya Tante Wina, namanya Tante Asni. Arza nggak bisa nelpon katanya HP dia rusak. Asya yakin dia lagi ikut tes masuk UI, Ma. Mama nggak perlu khawatir lagi,"

Kila mengangguk mengiyakan penjelasan Asya, hatinya lega sedikit. Walau rasa khawatir kepada Arza masih ada. Apa dia baik-baik saja di sana? Mengapa dia tidak berpamitan?

"Sya, ini Mama bawain sesuatu buat kamu. Ngeliat tingkahmu akhir-akhir ini yang banyak berubah, Mama maksa kamu buat pakai ini mulai dari sekarang," ucap Mama Asya sambil memberikan beberapa paperbag ke tangan Asya.

Asya melongo mendapati beberapa kain berpotongan segiempat di tangannya. Ada juga seragam sekolahnya yang menjadi lengan panjang.

"Mama mau aku berhijab? Ma... Shalat Asya aja masih bolong-bolong. Asya malu, Ma." Rambut Asya yang hitam kecoklatan itu dielus pelan oleh sang Ibu. Kila hanya tersenyum mendengar keluhan Asya.

"Justru ini motivasi kamu untuk berubah," tunjuknya pada hijab yang dipegang Asya.

Asya menelan ludahnya susah payah. Berubah? Jadi apa...? Power rangers syar'i? Dirinya? Berhijab? Apa cocok? Apa pantas dia yang masih suka lupa jam shalat itu pakai pakaian yang tertutup auratnya? Dan masih banyak pertanyaan yang muncul saat itu di kepala Asya. Apa iya sudah waktunya bagi Asya untuk berbenah diri?

***

a.n /// penampakan Asya dan makanan-makanan manis favoritnya yang gemesin banget kalau pakai hijab, hehe.

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

944K 87.5K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
2.1M 9.8K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
391K 22K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
1.5M 137K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...