IG Stories (end)

By azellleza

22.3K 3.3K 2.3K

- There are stories behind every post - [COMPLETE] Maknae in Love @040817 - 041517 Yein mengumpat, bahkan mel... More

Pemilik Akun
Maknae in Love (1) - Kurang Fokus
Maknae in Love (2) - Masih Kurang Fokus
Maknae in Love (3) - Kenal?
Maknae in Love (4) - Moto
Maknae in Love (5) - INU
Maknae in Love (6) - Ketahuan
Maknae in Love (7) - Goodnight
Maknae in Love (8) - Waktu
Maknae in Love (9) - Perempuan Itu
Maknae in love (10) - IMSER
Her Medication (1) - Bercanda
Her Medication (2) - Obat
Her Medication (3) - 00:00
Her Medication (4) - 15:51
Her Medication (5) - Kims
Her Medication (6) - Jadi
Her Medication (7) - Lima
Her Medication (8) - Pre
Her Medication (9) - Keputusan
Her Medication (10) - Permintaan
Her Medication (11) - Pulang
Do You Know (0) - "that both of them are"
h a l o

Her Medication (12) - Pergi

708 86 301
By azellleza


 Ketika Taehyung membuka mata, ia harus menahan diri untuk tidak menertawakan dirinya sendiri. Pingsan mulu bro kagak bosen, batinnya miris. Tentunya ia bersyukur karena masih bisa melihat cahaya. Meskipun cahaya yang kali ini memasuki matanya berasal dari lampu rumah sakit, tepatnya di kamar VVIP yang sudah biasa ia tempati. Kamar keduanya, secara implisit.

"K-kak?"

Ah, Ryu Sujeong. Senang rasanya mendengar suara itu. Ia menoleh, merasakan tangan dingin perempuan itu menyentuh lengannya seraya membantunya duduk di sandaran kasur. Tidak ada tanda-tanda luka atau apapun pada perempuan itu. Wajahnya yang bulat terlihat lelah dan penuh kecemasan.

"Kamu ga tidur?" tanya Taehyung. "Ga bisa tidur ya kalo ga aku peluk?" canda Taehyung. Ia sangat suka senyum perempuan itu, ingat? Dan bersedia melakukan apapun untuk bisa melihatnya.

Akan tetapi Sujeong hanya menggeleng, tidak berminat meladeni gurauan sang kekasih. "Kak, kita di rumah sakit. Kakak bilang Kakak kabur buat nunggu Jimin. Tapi kenapa dia yang malah bawa kita ke sini?"

Taehyung menoleh lagi ke sisi lain ruangan. Di atas sofa, Jimin meringkuk dengan mata terpejam.

"Kak...Kakak nyuruh aku percaya sama Kakak dan Jimin. Tapi aku ga percaya sama dia," ucap Sujeong lagi.

Kembali menatap si gadis Ryu, Taehyung tersenyum tipis. "Aku percaya kok sama Jimin."

"Apa...ini rencana kalian? Dia emang bakal bawa Kakak balik, gitu?" tanya Sujeong, kali ini duduk di tepi kasur dan menghadap Taehyung.

Taehyung menggenggam kedua tangan Sujeong yang dingin. Taehyung sadar bahwa ia lagi-lagi telah membuat Sujeong khawatir bukan main. "Em...engga."

Kerutan segera muncul di wajah Sujeong. Taehyung hanya bisa balas tersenyum lagi, lantas mencium kedua tangan perempuan itu. "Cepet ato lambat, aku emang harus balik ke rumah sakit."

"Aku tau. Tapi kenapa coba pake adegan bius-biusan?" ucap Sujeong ketus, masih marah dan kesal dengan peristiwa di hotel tadi.

Melihat betapa sinisnya sikap Sujeong pada Jimin –teman sejak kecilnya– entah kenapa membuat Taehyung meringis geli. "Aku udah pernah bilang belum sih kalo aku lama-lama suka banget ngeliat kamu marah-marah?"

"IH!"

"Gue bius lagi lo ah biar diem." Itu kata Jimin. Laki-laki itu bergerak bangun dan menggelengkan kepalanya, masih mengantuk. Di pipi bagian kanannya bisa Taehyung lihat sedikit bekas memerah.

"Kenapa lo?" tanya Taehyung.

"Tanya cewe lo tuh," balas Jimin malas. Sedangkan Sujeong hanya bisa memutar bola mata. Taehyung lantas mencoba menebak benda apa yang dilempar Sujeong kepada laki-laki itu. Bantal? Sendal? ...gitar?

Ketika Taehyung masih menduga-duga jawaban dari pertanyaan itu, Jimin sudah mendekat namun tetap menjaga jarak aman dari si gadis Ryu. "Lo udah ketemu Ayah?"

Jimin menatap Taehyung lamat dan menggeleng. Ketika itu juga Taehyung tahu bahwa laki-laki itu belum bisa membawa kabar baik. "Btw mana oleh-oleh? Ngapain lo lama-lama di Amrik kalo pulang ga bawa apa-apa," cibir Taehyung, mencoba mengalihkan topik.

"Gue bawa kok oleh-oleh. Biar lo idup." Jimin langsung menghela napas ketika Taehyung menatapnya dengan mata membulat. Ditambah lagi dengan tatapan mengerikan dari Ryu Sujeong.

"Sebelum kalian lanjut, gue mau kalian jelasin dulu ini lagi ngomongin apa."

"Loh, Jimin belum jelasin?" tanya Taehyung agak terkejut.

"Baru nyapa aja gue udah kayak mau dibunuh. Gue ngejelasin melayang beneran nyawa gue. Lagian," Jimin terdiam sebentar. Ia tahu siapa Ryu Sujeong dan hubungannya dengan Kim Jiyeon. "Cewe lo ga bakal percaya omongan gue," tutup Jimin.

Taehyung hanya menggumam, mencoba memahami situasi yang semakin canggung di dalam ruangan. Akhirnya Taehyung menatap Sujeong lembut. "Aku minta Jimin nyari tau tentang penyakit aku ke rumah sakit di Amerika. Dia kenal sama anak dokter gitu deh katanya." Mata Taehyung menyipit-nyipit menyelidiki kebenaran dari ucapan Jimin. "Kenal, doang, katanya," ucap Taehyung penuh penekanan.

"Jawaban mereka sama. Jalan terakhirnya lo harus dapet donor," sela Jimin, malas meladeni sentimen yang diberikan Taehyung.

"Lo...ga bakal ngedukung Ayah, kan?" balas Taehyung cepat. Penuh pengharapan bahwa Jimin akan sejalan dengan pendiriannya.

"Dukung lah."

Taehyung spontan melempar bantal kepalanya pada Jimin yang sudah berdiri di hadapannya. "Aduh, kalian sepasang demen banget lempar-lempar, ya? Hati-hati aja kalo berantem ancur semua barang-barang," komentar Jimin, berhasil menghindar. Ia menghela napas terlebih dulu sebelum melanjutkan. "Gue dukung keputusan Tuan Kim kalo donor yang gue temuin ga cocok buat lo."

Taehyung bego dulu lima detik. Sujeong -yang tadi sudah siap ikut melempar Jimin dengan gelas- lebih dulu bertanya, "Lo beneran nemu donor buat Kak Taehyung?"

"Eeeh, gimana-gimana?" ulang Taehyung, masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Gue nemu donor, buat lo, Congek." Kali ini Jimin mendesis karena Taehyung berhasil melemparnya dengan bantal.

"Aduh lepasin dong infus gue, gue mau meluk lo trus gue cium cium sampe belepotan."

Jimin pun akhirnya membalas kalimat itu dengan melempar kembali dua bantal Taehyung ke empunya. "Mbak yang di sana tolong pacarnya dikontrol. Lagian jangan seneng dulu. Ayah lo belum tentu nerima."

Sujeong lantas menggumam, mencoba menelaah situasi yang sedang mereka hadapi. "Tubuh kamu belum tentu nerima, Kak, walaupun pas diperiksa cocok. Sepenangkapan aku, kenapa Dokter Kim mau jadi donor adalah karena takut Kakak ga bisa nerima donor lain dan akhirnya susah ditolong."

Taehyung menatap Sujeong mantap. "Sujeongah, Ayah ga ngasih tau kamu kalo aku juga punya kemungkinan buat nolak jantungnya, ya?"

Diam Sujeong beberapa detik membuat Taehyung mengulas senyum. "Dokter...yakin banget bakal berhasil."

"Sekarang kamu tau kan aku dapet bakat akting dari siapa?" tanya Taehyung sambil melepas infusnya. "Jagoan aku sih, jelas. Ayah di ruangan? Kita harus ngomong"

"Belum. Gue udah naro laporan donornya di atas meja."

"Wew," Taehyung berjalan untuk memeluk Jimin. "Gue cium sekarang apa nanti aja?" canda Taehyung yang langsung menghadiahinya dengan sebuah bogem pelan di bahunya.

"Gue mau nanya," ucap Sujeong serius, mengenyampingkan imajinasi kedua laki-laki itu sungguh-sungguh berciuman, "Kenapa...harus pake adegan ngebius sih?"

"Biar keren. Kayak di film-film," jawab Jimin asal. "Tuan Kim setengah jam lagi kelar operasi. Gue tunggu kalian di ruangannya."

"Seriusan alasannya itu doang?" tanya Sujeong dengan nada meninggi. Jimin tidak menggubris dan berjalan keluar ruangan, meninggalkan Taehyung untuk tersenyum lebar pada gadis Ryu.

"Kamu ga diapa-apain kan sama Jimin?"

Sujeong menggeleng. "Aku malah yang ngelempar dia pake botol Aqua."

Ah, bukan gitar, batin Taehyung.

"Ah, iya kan, kalo bukan Jimin yang jemput kamu bisa aja kenapa-napa." Taehyung menangkup pipi Sujeong. "Kalo sama yang lain, abis kamu lempar Aqua kamu bisa kena juga."

"Aku lempar asbak juga."

Taehyung membuka mulutnya, tapi tidak ada yang bisa keluar dari sana. "Betul..." Dalam hati mulai setuju pada Jimin. Ia harus meminimalisir pertengkaran jika ia tidak ingin mati duluan di tangan Sujeong.

"Jimin ga punya pilihan lain, Sujeongah. Percaya deh, dia ga sejahat yang kamu tau, kok," ucap Taehyung, tidak yakin juga Sujeong akan langsung setuju.

Namun tanpa aba-aba, Sujeong memutuskan memeluk sang kekasih. "Kak, aku sayang banget sama Kakak."

Taehyung tersenyum lebar, membalas pelukan kekasihnya. Dalam hati sudah berteriak hore dengan lantang. "Makasih, ya," ucapnya tulus.

"Buat-, buat apa?"

"Nemenin aku sampai sekarang," Taehyung melepas pelukan keduanya untuk menatap Sujeong lagi, "dan buat seterusnya."

Masih menatap refleksinya di netra sang kekasih, Taehyung berkata yakin, "Sujeongah, aku ga bakal nyembunyiin masalah penyakit aku lagi. Kamu bakal nerima semuanya, kan? Keputusan aku. Masa depan aku. Masa depan kita."

---

Di dalam ruangan Kim Jaehyun, Jimin hanya bisa berdiri tegak. Laki-laki paruh baya yang merupakan walinya sejak 12 tahun yang lalu itu masih duduk di kursinya. Matanya terpejam dengan wajah ditumpu oleh kedua tangan.

"Kau sadar bisa membuat Taehyung dalam bahaya yang lebih besar dengan membawa donor antah barantah ini?" tanya Kim Jaehyun, membuka matanya dan menatap Jimin tajam.

"Anda sadar bahwa donor ini direkomendasikan oleh Professor Akira dari Cleveland, Tuan Kim. Aku hanya sekedar membawa berita donor ini kepada Anda," ucap Jimin.

"Kau melakukan ini tanpa persetujuanku, Park Jimin." Jaehyun membuka lembaran laporan tersebut, melihat donor dan spesifikasinya, entah untuk keberapa kali.

Jimin membalas tatapan itu dengan sedatar mungkin. "Anda juga menyelamatkan nyawaku tanpa persetujuanku, Tuan Kim."

"Apa ini bentuk balas budimu?" balas Jaehyun pelan dan menuntut.

Jimin melengos, tersenyum miring kemudian ketika ia kembali membalas tatapan laki-laki itu. "Balas budiku adalah menjadi teman untuk putramu. Anda seharusnya tidak lupa bahwa Anda juga yang gagal menyelamatkan nyawa kedua orangtuaku. Your life is never one of my concern."

Jaehyun hanya membalas dengan sebauh senyum miring, perlahan tertawa kencang. "Apa seseorang pernah bilang kalau aktingmu buruk, Jiminnie?"

"Aku sudah bosan mendengarnya dari Anda," ungkap Jimin. Menggeleng lelah, lalu tersenyum ketika laki-laki itu berjalan mendekatinya.

Jaehyun memandang laki-laki muda yang sudah ia anggap sebagai anak kedunya itu. Salah satu lagi alasannya ingin cepat-cepat mendonorkan jantungnya untuk Taehyung adalah agar ia tidak perlu melihat Park Jimin lagi. Tidak perlu merasa terbebani jika akhirnya ia juga harus meninggalkan si pemuda Park.

"Welcome home, Park Jimin. Terima kasih sudah kembali dengan baik. Terima kasih juga kau datang dengan informasi ini," katanya tulus seraya memeluk Jimin.

Jimin mengangguk pelan. "Taehyung live for us, so i hope you do, too."

Taehyung masuk ke ruangan, lantas membuat Jimin dan sang Ayah melepas pelukan. "Aigoo, aku juga mau dipeluk!" teriaknya berjalan cepat ke arah keduanya.

"Eh, engga deng. Aku ga mau meluk Ayah sampai Ayah setuju dengan rencanaku."

Jaehyun memperlebar senyumannya ketika ia melihat Sujeong di belakang Taehyung. Perempuan itu menunduk pelan, tersenyum canggung. Tidak ia ketahui bahwa Sujeong masih bingung bagaimana harus berhadapan dengan dirinya. Sujeong kan, tidak ingin dikelabui lagi, walaupun tidak benar-benar ditipu, sih.

"Ini...mungkin. Aku akan membicarakannya dengan tim jantungmu dan menghubungi Professor Akira untuk memberikan ucapan terima kasih dan membahas informasi lain yang mungkin bisa ia berikan kepadaku terkait penyakit dan donormu," ucap Jaehyun dalam satu tarikan napas.

"Oh, sungguh? Kau tidak khawatir donor itu tidak cocok denganku atau sebagainya?"

"Aku sangat khawatir. Tapi di saat itu terjadi toh aku masih tetap ada untuk melindungimu. Ya kan, Ryu Sujeong?"

"Eoh?"

Sujeong sudah menunduk untuk pamit undur diri. Ia tidak suka dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia tidak suka dengan keputusan Dokter Kim. Ia ingin cepat-cepat pergi dari hadapan laki-laki itu. Namun hatinya terus meronta untuk mengeluarkan beberapa kata.

"Sampai sekarang aku masih menyesal karena tidak bisa menolong ayahku. Aku sudah mulai menerimanya, memang, karena aku tidak mungkin bisa sampai sejauh ini tanpa pengorbanannya. Mungkin pengorbanan yang ingin Anda lakukan serupa dengan milik ayahku, dia melakukannya untuk melindungiku. Tapi, aku pun juga masih terus bertanya-tanya sampai saat ini. Jika dia masih ada di sisiku hingga sekarang, Ayah pasti masih bisa melindungiku, Ibu, dan adik-adikku. Satu pertanyaanku. Dengan memberikan jantung Anda kepadanya, apakah itu berarti Anda tidak ingin melindungi Kak Taehyung sampai akhir?"

"Eh? Apa? Apa saja yang kalian bicarakan ketika bertemu??" Taehyung menoleh pada ayah dan kekasihnya dengan bergantian. Ayahnya tersenyum penuh misteri sedangkan Sujeong semakin gugup.

Iya, Sujeong ingat apa yang ia katakan dengan wajah penuh ingus malam itu. Bagaimana ia bisa lupa mengatakan hal yang kurang ajar dengan tampilan kurang ajar di depan calon mertuanya? Kan, pusing!

"Ini rahasia orang tua dan calon menantu, Kim Taehyung." goda Dokter Kim, "Oh, aku sudah punya anak di umurmu sekarang, kalian tahu?"

"Eh-"

"Heeeei! Ayah! Hanya aku yang boleh menggoda Sujeong. Jangan mentang-mentang Ayah masih ganteng makanya Ayah merasa pantas untuk menggodanya," komentar Taehyung tidak suka.

Jimin berdeham, mulai mengantuk melihat adegan berbunga berbahagia ini. "Kalian tidak akan bedah-bedahan sekarang, kan? Aku jetlag, mau tidur. Dah."

"Eh, bentar," Taehyung meraih bahu Jimin, menghalangi laki-laki itu pergi. "Jangan pergi dulu. Lo juga harus denger keputusan gue, Jiminnie."

"What kind? Why though?" balas Jimin asal sambil menguap.

Sekilas, Sujeong akhirnya melihat Jimin benar-benar tersenyum walaupun singkat ketika mendengar jawaban Taehyung. "Karena lo termasuk cahaya yang nerangin gelap gue." Taehyung pun meraih tangannya, mengaitkannya dalam kehangatan.

"Karena kalian Kim Taehyung bisa menang ngelawan semua ini. Kim Taehyung masih akan ketemu banyak kegelapan lagi, tapi kalian akan selalu jadi cahaya kenapa gelap Kim Taehyung akan terasa berharga. Dan kenapa sampai akhirnya Kim Taehyung akan terus berjuang."

Jatung Sujeong berdegup kencang ketika Taehyung tersenyum simpul dan mengangguk kepadanya.

"Hm, lihat Jiminni wajahnya sudah merah," celetuk Jaehyun penuh goda.

"Apaan sih?! Engga!! Yaudah cepet ngomong ngantuk!" pekik Jimin.

Taehyung menatap ayahnya sungguh-sungguh. "Yah, pokoknya aku bakal ngikutin semua prosedurnya dengan baik, tapi Ayah harus tetep di samping aku."

Jaehyun menghela napas panjang. Bulir air mata hampir saja keluar dari muaranya. Itu kalimat yang serupa dengan yang ia dengar puluhan tahun silam. "Jaehyunah, aku tidak akan bandel lagi, kok. Aku bakal ikutin semuanya dengan baik mulai sekarang, tapi kamu harus tetap ada di sisiku. Ya?"

Tersenyum, Jaehyun tertarik untuk lanjut menggoda darah dagingnya. "Masa? Kamu keliatannya lebih suka nempel di sebelah Sujeong?"

Hal tersebut malah membuat wajah Sujeong berubah semerah apel segar. "Ya iyalah. Ayah ga mau istri lagi yaudah aku kasih menantu aja. Tunggu setahun lagi. Cucunya agak lamaan tapi, Sujeong masih kecil. Rencananya dua perem-"

"KAK!"

"Duh, ngantuk ah gue!"

Teriak Sujeong dan Jimin berbarengan. Kedua orang itu pun berbalik dengan ancang-ancang keluar ruangan.

"EH eh! Sebentar katanya tadi dia udah di parkiran!" Hampir bertepatan dengan itu Kim Namjoon muncul setelah mengetuk pintu.

"Nah karena udah lengkap... Aku mutusin buat fokus berobat total. Dan aku juga mau jadi dokter."

---

kimvtaehyung

Liked by keiyakei, jaesungjae, jeong_yein, and 230 others.

Hai, ini Kim Taehyung. Maaf karena udah membuat khawatir dan mengecewakan banyak orang. Semua berita yang ada tentang aku akan vakum dari dunia akting itu benar. Sampai kapan aku juga ga tau. Hal ini aku lakuin atas keinginan pribadi aku, tanpa tekanan dari pihak atau kasus manapun.

Terima kasih untuk semua dukungan yang kalian berikan selama ini untuk mendukung cita-citaku. Dari awal sampai saat ini pun aku masih yakin bahwa cita-citaku adalah menjadi aktor, tapi keputusan ini sudah aku pikirin matang-matang. Aku pergi untuk kembali menjadi Kim Taehyung yang lebih baik lagi.

Sekali lagi terima kasih banyak!

(p.s. iya, aku udah jadian sama Sujeong, iya iya nanti diundang semua kalo nikah, ya <3)

view all comments...

kimtaehyung_net KAK KITA DUKUNG KAKAK SAMPE KAPANPUUN. TETEP UPDATE KITA YA KAAAK. KITA NUNGGU UNDANGANNYA JUGA KOK

halfmoonbok YA AMPUN SEMUA INI KEJADIAN PAS GUE LAGI JALAN-JALAN BIKIN RONTOK RAMBUT AJA

jaesungjae berkurang rival satu tapi kok hatiku sedih

rabbitnayeon sampe lo vakum jg dari kampus, gue jejelin wortel lo sampe muntah2

jeon_jeongkook ini vakumnya bukan karena mau ngurusin lamaran kan?

x0530shia sukses kak apapun keputusannya

halfmoonbok @jeon_jeongkook WADUH?

actorsnews_official cepat kembali ya kak :D

SMA_hotnews @jeon_jeongkook seriusan?? wah wah wah wah wah terciduk!

jeong_yein @jeon_jeongkook kok kamu jd bigos gini sih?

---

Taehyung sudah berdiri mematung dengan tubuh menempel dinding. Tatapannya kosong dan ekspresinya tak terbaca. Ia menatap meja di depannya yang penuh dengan buku-buku tebal. Di bawahnya juga berserakan notes pernuh tulisan. Beberapa katanya yang tercantum di sana adalah 'anatomi', 'saraf, 'sistem peredaran'.

Jiwa Taehyung seakan menguap bersama udara. Bahkan belum berhasil ia kumpulkan kendati gadis yang ia tunggu kehadirannya setiap hari akhirnya muncul dengan tampilan kasual namun manis seperti biasa.

Sujeong masuk ke dalam kamar Taehyung dengan kaus warna-warni berleher rendah dan jeans berpotongan longgar menempel pada tubuhnya. Hari ini ia menggulung rambutnya ke atas. Perempuan itu lantas memekik kaget melihat Taehyung menempel dinding dan tak bergerak dengan wajah menyeramkan.

"Kak?" seru Sujeong.

"Kak?" ulang Sujeong, tidak mendapati respon dari Taehyung meskipun ia sudah menyentuh pergelangan tangan laki-laki itu. Sujeong pun membawa telapak tangannya naik turun di hadapan wajah Taehyung.

"Kaak?" Sujeong melihat sekeliling, mendapati kamar inap Taehyung serupa penampakannya selama seminggu terakhir. Penuh buku kedokteran, tepatnya buku dan catatan sang Ayah. Bedanya kali ini ada Park Jimin duduk santai memainkan ponselnya di sofa, terlihat sama sekali tidak terganggu dengan pemandangan yang ada di sekitarnya, pun kehadiran Sujeong.

Masih memiliki pandangan buruk terhadap Park Jimin, Sujeong sudah sadar bahwa hubungan Taehyung dan laki-laki itu memang lebih dari sekedar teman masa kecil. Katakanlah Sujeong aneh, tapi ia semacam cemburu melihat kedekatan kedua laki-laki itu. Heug, apalagi mengetahui fakta bahwa Jimin sudah lebih sering tidur bersama pemuda Kim dibandingkan dirinya.

Tolong Sujeong kok jadi begini sih?!

Ehem, dan ya, semuanya sungguhan. Taehyung benar-benar ingin menjadi dokter, belajar selama ia menunggu masa cangkok jantungnya tiba (yang terhitung tidak ada sebulan lagi dari sekarang) dan tetap mengerjakan tugas akhirnya sebagai mahasiswa jurusan akting di SMA. Ia akan ikut tes masuk universitas kedokteran sungguhan setelah ia lulus dari SMA dan menyelesaikan treatment lanjutan.

"Aku kan anak Ayah! Anak keluarga Kim yang IQnya tumpah-tumpah itu. Aku ini juga genius, tahu!" Sujeong tertawa kecil mengingat jawaban Taehyung ketika sang Ayah dan juga Namjoon mengatakan bahwa menjadi dokter bukanlah perkara mudah.

Lihat apa yang terjadi seminggu setelah laki-laki itu mengatakannya. Depresi tahap akhir, mungkin?

Dua menit lebih melihat Taehyung hanya mematung menempel dinding dan ekspresi kosong, Sujeong akhirnya menyerah. Ia meletakkan tasnya di nakas dekat kasur Taehyung, kemudian mengambil buku-buku yang bergelimpangan juga di atasnya.

Seluruh tubuhnya lantas menggigil geli ketika ia merasakan kedua lengan Taehyung dengan lihai menyelinap di bawah lengannya. Taehyung menarik dirinya ke dalam pelukan laki-laki itu, lantas meletakkan kepalanya di bahu Sujeong.

"Clavicula kamu keliatan seksi banget hari ini," ucapnya, lalu meniup leher Sujeong dan masih terkesima dengan tulang selangka gadisnya yang terekspos bebas hari ini.

"IH! Lepas!"

"Shh, jangan teriak-teriak gitu. Membran timpani aku nanti rusak. Berobatnya susah apalagi kalo sistem vestibularnya juga kena."

Tadi apa? Taehyung depresi tahap akhir? Halah.

Yang ada Sujeong yang depresi karena laki-laki itu sekarang berbicara dengan tiga bahasa campuran sekaligus. Bahasa yang bisa Sujeong mengerti, bahasa laki-laki itu yang kadang membuat Sujeong mengenyit, dan bahasa kedokteran yang membuat Sujeong ingin hengkang sementara dari hadapan laki-laki itu.

"Kak, lepasin sekarang ga ato aku pulang nih!" ucap Sujeong pelan. Ia melirik Jimin, meminta pertolongan. Tapi laki-laki itu hanya melirik sebentar lalu kembali ke ponselnya.

"Kak,..." ulang Sujeong lagi. "Aku. Mau. Pulang."

"Jangan! Lobus frontalis aku suka disfungsi kalo jauh-jauh dari kamu. Circadian rhytm aku juga jadi ga karuan."

"YA TUHAN! AKU PERGI BENERAN NIH!"

Sujeong berusaha melepaskan dirinya dari jeratan Taehyung. Laki-laki itu benar-benar licik. Ia tahu bahwa Sujeong tidak akan bisa berbuat banyak jika dipeluk dari belakang. Sujeong kalah kuat melepaskan tangan Taehyung di perutnya. Sujeong pun pasti segan menyikut bagian dada laki-laki itu.

Oh, betul, Kim Taehyung securang itu!

"Lepasin ga!" ujar Sujeong lagi, kali ini menginjak kaki Taehyung yang tak beralas kaki dengan sendalnya.

"Eeeeh, sakit!" pekik Taehyung, lalu akhirnya melonggarkan pelukannya. Sujeong berhasil melepaskan diri, hanya untuk kembali mendapati kedua tangannya ditahan di atas kasur oleh milik Taehyung.

"Tanggung jawab nih. Kalo edema gini butuhnya garamycin. Tapi aku ga papa cuma sama obat minum. Kamu itu pil, tablet, sirup, ato puyer?"

Tatap mata Taehyung sungguh tajam mengisi penglihatan Sujeong. Seakan ia memang serius dengan itu semua. "Kak...serius, please," ucap Sujeong lelah. Ia baru saja selesai mengisi acara puncak penerimaan mahasiswa baru. Sujeong ingin mendapatkan energinya kembali dengan sedikit bersantai menemani Taehyung belajar. Bukannya malah degdegan tak karuan dengan bombardir sentuhan dan tatapan yang tak habis-habis dari sang kekasih.

"Aku ga bisa konsentrasi dari awal kamu dateng ke hidup aku."

Kalau dirinya diibaratkan sebuah gunung merapi, Sujeong sudah masuk Siaga 4 siap meledak. Sujeong ingin membuka suara lagi ketika Jimin menyela. "Dia udah apal satu buku. Biarin dulu istirahat."

Ya tapi kan kalau seperti ini hati Sujeong yang ga istirahat namanya!

"Gue pergi dulu."

"Ke mana?" tanya Taehyung pada Jimin, tapi tatapannya sudah terpaku pada bibir Sujeong.

Paham bahwa Taehyung tidak  benar-benar peduli dengan destinasinya, Jimin hanya tersenyum miring menatap Sujeong yang semakin gugup di bawah tatapan Taehyung. "Nyari obat."

"Hm," gumam Taehyung, mendekatkan tubuhnya ke Sujeong, "iri ya gue udah nemu obat gue?"

Bersamaan dengan "F you," dari Jimin dan kepergian laki-laki itu, Sujeong menutup matanya.

Ia bisa merasakan sapuan lembut di bibirnya tak lama kemudian. "Sujeongah, all of these pils and medications, but you are the best cure for me."

Laki-laki itu tersenyum sangat tampan sampai membuat Sujeong pusing. Ia balas tersenyum, menyerah dengan romantisme yang selalu dilancarkan laki-laki itu nyaris tiap hari.

Akan tetapi, ciuman yang lebih dalam dari laki-laki itu bukanlah yang membuat Sujeong kehabisan akal sehat, melainkan suara Jimin yang masuk ke dalam telinga keduanya, "Hm ga jadi deh. Kalo kalian udah mulai tida-tida baru gue bakal pergi."

------

CURHATAN AZEL: (bukan azel's note lagi WQ)

Huft, iya, berakhir sampai sini.

Engga, engga ada yang mati. Makanya aku ngerasa kesel sama diri sendiri WQWQWQWQWQWQ. Aku SAYANG BANGET SAMA MEREKA GIMANA DOONG? BAHKAN JADI SAYANG JUGA SAMA O'OM JAEHYUN! HUAAAAAAA.

Maafkan endingnya jadi terlalu 'maksa' :( 

Aku udah mau ngubah endingnya jd lebih masuk akal /menurut aku, which is o'om jaehyun tetep jd donor WQ trus gagal trus Taehyungnya meninggal WQWQWQWQ/ tapi apalah hati ini tidak kuad. 

Aku hakikatnya adalah pabrik gula, ingat? :"D

Tapi aku jg ga menutup ini dengan cukup manis :( Padahal bisa lebih bahas gimana perasaan Sujeong akhirnya dia udah ga trauma lagi, trus Taehyung udah semangat lagi gitu2...Tapi dari awal ini dibuat...aku maunya fokus ke Taehyung gitu emang, ga bahas banyak inner voicenya Sujeong. Kayak, mau pake POV ketiga tapi yg diceritain cuma satu orang gitu~ Tapi akhirnya di tengah2 gagal juga capee ;_; 

Daripada ga move on move on akhirnya aku tutup sampai sana. 

Funfact:  IG Stories tidak pernah punya draft sampe akhir. 

Cuma awalnya doang, trus flownya jalan aja sesuka hati dan mood aku WQ. Maknae in Love maunya IG Stories ala2 lucu emesh gitu, biasa senior junior gemay cie ciean, eh malah jd 10 part banyak2. Her Medicaton maunya cuma Taehyung ga berenti2 ngejar Sujeong trus pake drama artis naik daun gitu lah ama fans2nya (makanya ada akun gosip kan, jd malah ga kepake), eeeeh trus jd 12 part Taehyungnya pakek ditambahin bawang putih bawang merah dan bawang bombay ;___;

APAKAH AKU AKAN KEK GITU LAGI DI CAST BERIKUTNYA? KEMUNGKINAN BESAR /menggaruk-garuk dinding/ 

Ya pokoknya terima kasih yang sudah baca Her Medication (dan Maknae in Love!), ngevote, dan ngomen juga eheu~ Dont be shy shy shy to give me any critics yha ku suka kok dikasih cabe cabe wkwkwk aku kan orang minang suka makan yang pedes-pedes /halah/

Terima kasih udah ngebuat aku makin suka ngelakuin apa yang aku suka :3 

OH, kenapa emang Taehyung mau jadi dokter? Itu...mungkin bakal lebih ciamik aku bahas di cast berikutnya. Iya, KeiMin, iya :))

Ini, Dokter Kim Taehyung in ur area (tida berhasil menemukan siapa pengeditnya, credit to her/him pokoknya)

HAVE A GOOD DAY, HOPE WE WILL MEET AGAIN IN THE NEXT 'IG STORIES'~

---

Continue Reading

You'll Also Like

334K 27.8K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
133K 10.3K 88
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
50.8K 6.6K 42
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
315K 23.9K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...