DUNKELHEIT [COMPLETED]

By Justgalon

1.9M 44.2K 2.1K

Pernah bergabung dalam program Paid Stories Wattpad dari 27 Mei 2020 sampai dengan 8 Juni 2021. Julio Harding... More

Pengumuman Dunkelheit dan Metanoia
Pengumuman
Prolog
Tentatio
Desafio
Impetum
Proksima
Prizorgo
Stormfulde
Erantzun
Pahoitella

Tervezés

48.7K 3.8K 122
By Justgalon


"Bizga njerёzor nӧ perfektni, meitӓželim la praspérité og firavanliq."

Ucapan itu terus berulang di gereja hitam milik Szandor. Mereka tengah melaksanakan ritual dengan seorang manusia yang dijadikan tumbal. Seorang wanita perawan yang siap dibakar hidup-hidup. Wanita itu menangis meraung-raung minta diselamatkan, tetapi percuma karena tidak akan ada yang menyelamatkannya. Api sudah disulut membakar sang wanita yang jeritannya menyayat hati. Tujuannya jelas untuk memberikan sesembahan pada setan yang menjadi panutan mereka. Acara ritual diakhiri dengan meminum bersama-sama darah hewan ternak. Szandor menyunggingkan senyum dengan gigi dan bibir yang penuh dengan darah.

"Akan lebih nikmat jika sesembahan untuk bulan depan adalah tubuh sang putri kerajaan. Sudah lama sekali tuan kita menginginkannya," dia berpidato di atas mimbar kepada para pengikut ajarannya.

"Tapi tidak mudah untuk menculik sang putri," salah satu pengikutnya bersuara.

"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Kita perlu rencana khusus untuk menculiknya. Kita harus menyusup di istana lalu menculik sang putri dan tuan kita akan semakin senang karena kita bisa memberikan sesuatu yang selama ini dia inginkan. Darah murni perawan bangsawan. Itu akan membuatnya semakin hebat!"

"Pertahanan istana cukup kuat. Mereka akan tahu jika kita menyusup."

"Kita akan bekerja sama dengan penyihir Sorgin. Sihir akan membuat semuanya tampak lebih mudah," dia kembali meminum darah dari gelasnya. Para pengikutnya juga melaksanakan hal yang sama. "Ini akan membuat ajaran kita semakin terkenal di penjuru negeri dan hutan Dunkelheit akan mengabulkan semua keinginan kita."

➴➵➶

"Kenapa kau tersenyum?"

Joanna menoleh dan mendapati kakaknya tengah berjalan mendekat. Joanna mengalihkan lagi pandangan matanya ke bawah. Kakaknya mengikuti arah pandangan Joanna. Para prajurit tengah berlatih di sana. "Dia sungguh tidak peduli dengan apa pun. Aku sudah melihatnya dari tadi dan dia bahkan tidak terpancing emosi ketika yang lainnya mengajak bertarung." Joanna melipat tangannya dan bersandar di jendela.

"Dia yang kaumaksud itu Julio Harding?" tanya kakaknya. Joanna mengangguk. "Sejauh mana kau sudah mengujinya. Yang kudengar kau mengajaknya ke kamarmu kemarin. Apa yang kaulakukan padanya?" Joanna mendengar nada tajam dari kakaknya.

"Hanya sedikit bermain. Menyenangkan sekali mengujinya," Joanna tidak gentar menghadapi kekhawatiran sang kakak.

"Sebaiknya hentikan jika kau tidak ingin terjerat dengan ujianmu sendiri. Dia bukan tidak bisa digoda. Dia hanya kuat godaan, tapi bukan berarti itu akan bertahan selamanya. Dia pria dan kau wanita. Akan ada sesuatu yang terjadi jika kau melangkah terlalu jauh," nasihat kakaknya.

"Itu artinya dia sama saja dengan munafik. Terlihat tidak ingin padahal butuh."

"Joanna, kau putri kerajaan. Hentikan permainanmu ini. Biarkan orang-orang kepercayan Ayah yang akan mengujinya."

Tidak! Joanna tidak suka jika sesuatu yang telah dimulainya harus diakhiri terlebih dengan paksaan. Apa salahnya? Dia hanya ingin membuktikan sendiri, terlebih ini juga demi kerajaan. Dia tentu tidak bisa serta-merta memercayai orang suruhan ayahnya. Posisi petarung adalah melindungi kerajaan. Dia yang akan berada di garis depan jika sesuatu terjadi pada istana.

"Aku tahu sampai batas mana aku akan melangkah. Jangan khawatir. Ketakutanmu tidak akan menjadi nyata. Lagi pula, dia setuju untuk kuuji." Joanna mendongak menatap kakaknya sambil memamerkan senyum indah miliknya. "Daripada itu, sebaiknya kakak segera mempunyai anak lagi. Harry Gabrielle Hawthorne sudah cukup besar untuk bisa kugendong." Felix Hawthorne mendengkus lalu mengusap kepala adiknya. Umur mereka berbeda enam tahun dan itulah yang membuat Joanna begitu manja kepadanya.

"Katakan itu pada kakak iparmu. Dia yang bertugas mengandung." Joanna tertawa.

"Tapi kau yang bertugas memberi benih."

Keduanya tertawa ringan. Dan saat itu juga pandangan mata Joanna kembali teralih ke bawah. Dilihatnya Julio tengah menatap langit lalu pandangannya bergeser mengarah ke Joanna. Mata tajam itu menatapnya tanpa ekspresi. Sementara Joanna tersenyum lalu mengedipkan sebelah matanya. Ini menyenangkan, menggoda Julio adalah tantangan tersendiri bagi Joanna.

"Kakak akan ke bawah menemui ayah. Sampai jumpa makan malam nanti," kakaknya berlalu meninggalkan Joanna yang masih berdiri tegak sambil memperhatikan Julio dari jendela kamarnya. Tiba-tiba saja sebuah rencana muncul di kepalanya dan dia bergegas keluar dari kamar.

"Tolong panggilkan Julio Harding untukku. Bawa dia ke sini segera," perintah Joanna pada pengawal yang berdiri di depan pintu masuk.

➴➵➶

Julio Harding tahu pasti ada yang tidak beres jika sang putri sudah memanggilnya. Dia tidak bisa menolak dan kini dirinya sudah berada di dalam kamar Joanna Hawthorne. Gadis itu duduk di tempat tidurnya yang mewah. Dia tersenyum menyambut Julio. Matanya berkilat senang dan sikapnya jelas diiringi godaan yang siapa saja bisa langsung menyerangnya lalu menghabisinya di tempat tidur.

"Aku tahu kau tengah latihan, tapi yang kulihat kau hanya duduk-duduk saja di sana." Joanna melangkah mendekat. "Jadi daripada duduk di luar, bukankah lebih baik duduk di dalam bersamaku."

Julio melihat Joanna dari atas sampai bawah. Tidak ada celah bagi siapa saja menolak tawaran Joanna. Tapi Julio berbeda, dia terlalu kuat untuk bisa luruh oleh godaan murahan Joanna. Dia sudah kebal menghadapi banyak godaan dalam hidupnya. Ini bukan kali pertama wanita menarik perhatian sang petarung itu. Bahkan dulu dia pernah menghadapi yang lebih dari sekadar godaan.

"Bagaimana jika kita melakukan ujian saja?" tanya Joanna sambil kedua tangannya mengapai tangan Julio lalu meletakkan di pinggangnya. "Aku sedang semangat untuk mengujimu," sambungnya dengan senyum menggoda dan tangan yang mulai melingkar di leher Julio.

"Saya penasaran mengapa Anda begitu ingin menggoda saya, Yang Mulia Putri Joanna Theodora Hawthorne. Apakah ini mempunyai maksud terselubung dari Anda. Mengatasnamakan ujian padahal sebenarnya Anda tertarik pada saya." Joanna Hawthorne terbelalak sebentar kemudian dia tertawa. "Bagaimanapun Anda mencoba. Saya tetap tidak tertarik."

"Kau begitu jujur menilaiku." Joanna menarik kepala Julio agar mendekat ke arahnya. "Benarkah? Meskipun kutawarkan kenikmatan padamu?"

"Saya tidak ingin kasar kepada Anda. Segeralah menjauh atau belati ini akan menggores leher Anda."

Joanna melihat pisau yang sudah terarah ke lehernya, tapi bukannya menjauh, justru Joanna semakin mendekat. Dia ingin melihat sejauh mana Julio mampu menahan godaannya untuk tidak menggores leher Joanna. Sayangnya pria itu tidak gentar dengan permainan Joanna. Dia benar-benar melakukannya. Mengores leher Joanna sehingga leher itu terluka dengan darah yang perlahan mengalir. Hanya luka gores yang tidak terlalu besar. Joanna semakin menekan lehernya dengan cara terus mendekat ke arah Julio.

"Kuakui kau pria sejati. Tapi pria sejati tidak melukai wanita."

Joanna berbisik di telinganya. Julio menarik pisau yang tadi terarah ke leher Joanna lalu mendorong Joanna dengan sekali sentak. Dapat Julio lihat darah di leher Joanna mulai membasahi kerah bajunya. Joanna berbalik ke arah cermin dan menyentuh lukanya. "Kau mengotori gaunku. Aku jadi harus ganti baju."

Julio melipat tangannya dan menatap Joanna dengan tajam. Baiklah, dia memutuskan untuk mengikuti permainan Joanna kali ini. Sepertinya menarik untuk melihat Joanna yang kalah di depan matanya.

"Ganti saja pakaianmu di depanku. Itu yang kauinginkan, Tuan Putri." Julio berbicara dengan kalimat tidak sopan.

"Aku suka pria yang peka terhadap kemauanku!"

Joanna membuka lemari pakaiannya dan diam sesaat sambil berpikir pakaian apa yang akan dia pakai. Diambilnya beberapa pakaian lalu ditunjukkannya ke hadapan Julio.

"Yang mana?" tanya Joanna sambil memegang beberapa gaun. "Kau pasti tidak akan memberi jawaban atas pertanyaanku. Jadi aku akan memilih sendiri." Joanna berlalu meletakkan pakaiannya di atas ranjang.

"Apa kau sering melakukan hal ini kepada banyak pria?"

Tidak disangka Joanna jika Julio akan memberikannya pertanyaan seperti itu. Joanna menoleh sesaat dengan tangan yang siap membuka resleting belakang pakaiannya.

"Kenapa ingin tahu?" tanya Joanna dengan senyum menggoda. "Daripada bertanya, kenapa tidak membantuku membuka pakaian." Julio berdecih dan tidak bergerak dari posisinya.

"Kau tampak seperti jalang, Tuan Putri." Joanna mengeram marah, tetapi dia menyikapinya dengan senyum palsu. Pakaian Joanna sudah terbuka sebagian. Memperlihatkan punggungnya yang mulus. "Aku akan keluar. Permisi."

Joanna menoleh ketika Julio membuka pintu, tetapi dia tidak mencegahnya. Setelah Julio keluar. Joanna melihat dirinya di depan cermin. Dia berpikir, mengapa dirinya bisa melakukan hal yang sejauh ini. Padahal menurut akal sehat, Julio hanyalah orang biasa. Bukan pangeran atau berdarah bangsawan. Dilihatnya luka di leher dengan darah yang hampir mengering. Ini tanda jika dia sudah melangkah terlalu jauh dan peringatan dari pria itu jika Joanna perlu usaha lebih keras untuk meluruhkannya.

➴➵➶

Hiwtc!

Beberapa penyihir berjalan dengan jubah-jubah panjang hitam dan tongkat besar yang terarah ke langit. Mantra yang mereka serukan bersama membuat langit menjadi gelap. Hari ini adalah malam bulan purnama. Mereka akan mengadakan tradisi penyihir Sorgin, menanam satu pohon di pinggiran hutan Dunkelheit. Gunanya agar kekuatan mereka semakin bertambah kuat setiap harinya. Di samping itu mereka juga akan merencanakan penyerangan terhadap istana. Tujuan mereka jelas adalah keturunan langsung sang raja. Pangeran Felix Hawthorne cukup kuat untuk menghalau ilmu sihir. Yang tersisa hanya putri kerajaan. Mereka sudah lama mengincar sang putri yang akan dijadikan tumbal untuk hutan Dunkelheit.

"Szandor ingin bekerja sama untuk menculik sang putri. Bagaimanapun, sekte pemuja setan adalah orang-orang yang licik. Kami tidak percaya padanya."

"Kita akan lebih dulu menculik sang putri lalu menyerahkannya kepada hutan penggoda Dunkelheit. Jangan harap Szandor bisa memonopoli kita," pemimpin penyihir Sorgin, Ayrus memain-mainkan jemarinya lalu munculah bayangan Joanna yang tengah makan malam. "Dia milik kita. Tidak akan kuserahkan kepada siapa pun."   

TBC...

Continue Reading

You'll Also Like

243K 20.1K 45
⚠️SLOW UPDATE ⚠️ Kisah menyegarkan seorang gadis cantik, pemberani dan pintar bersama peri yang akan memandunya di setiap cerita. Mereka berdua akan...
304K 20.6K 22
Bagaimana jika kamu sedang tidur dengan nyaman, tiba tiba terbangun menjadi kembaran tidak identik antagonis?? Ngerinya adalah para tokoh malah tero...
2.8M 266K 78
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya.
373K 43.3K 55
Rafka, seorang mahasiswa berumur dua puluh tujuh tahun yang lagi lagi gagal dengan nilai terendah di kampus nya, saat pulang dengan keadaan murung me...