IG Stories (end)

By azellleza

22.3K 3.3K 2.3K

- There are stories behind every post - [COMPLETE] Maknae in Love @040817 - 041517 Yein mengumpat, bahkan mel... More

Pemilik Akun
Maknae in Love (1) - Kurang Fokus
Maknae in Love (2) - Masih Kurang Fokus
Maknae in Love (3) - Kenal?
Maknae in Love (4) - Moto
Maknae in Love (5) - INU
Maknae in Love (6) - Ketahuan
Maknae in Love (7) - Goodnight
Maknae in Love (8) - Waktu
Maknae in Love (9) - Perempuan Itu
Maknae in love (10) - IMSER
Her Medication (1) - Bercanda
Her Medication (2) - Obat
Her Medication (3) - 00:00
Her Medication (4) - 15:51
Her Medication (5) - Kims
Her Medication (6) - Jadi
Her Medication (7) - Lima
Her Medication (8) - Pre
Her Medication (9) - Keputusan
Her Medication (10) - Permintaan
Her Medication (12) - Pergi
Do You Know (0) - "that both of them are"
h a l o

Her Medication (11) - Pulang

595 83 142
By azellleza

 Rasanya sudah lama sekali Sujeong tidak tidur senyenyak ini. Akan tetapi matanya segera membesar ketika sadar bahwa dirinya tinggal seorang diri di atas kasur. Sudah tidak ada Taehyung dan tangan laki-laki itu yang melingkar di pinggangnya.

Mengabaikan rasa pusing yang muncul ketika ia langsung bergerak bangun dari tempat tidur, Sujeong lantas bergegas ke kamar mandi. Hawa panas menyerbak wajahnya ketika ia membuka pintunya. Kosong, namun Taehyung belum lama keluar dari kamar mandi.

Tanpa sadar rahang Sujeong menegang. Apa Taehyung pergi meninggalkannya? Apa laki-laki itu memutuskan untuk mendorong Sujeong lagi menjauhi hidupnya? Ke mana laki-laki itu pergi? Ia tidak benar-benar telah pergi, kan? Tidak, tidak, masih banyak yang ingin Sujeong lakukan dengan laki-laki itu. Masih banyak pengakuan yang belum ia dengar langsung dari bibirnya. Masih banyak yang belum Sujeong lakukan untuk laki-laki itu. Untuk mereka.

Sujeong menggeleng-geleng kuat, mengambil jaket dan ponselnya. Sambil keluar dari kamar ia mencoba menghubungi nomor Taehyung yang kemarin ia gunakan untuk menghubunginya. Ia berlari menuju lift. Lagi-lagi operator yang menjawab panggilan. Pandangan Sujeong kini mulai rabun karena air mata.

Ketika lift terbuka, hanya hela napas yang keluar dari bibir Sujeong. Dan setetes air mata. Kakinya melangkah masuk dan memeluk Taehyung.

"Eh? Kamu udah bangun?" tanya Taehyung, kedua tangannya sibuk memegang plastik makanan dan menahan tombol agar pintu lift tidak tertutup. "Kamu...ga papa?"

Sujeong hanya menggeleng pelan. Ia bahkan baru ingat bahwa tadi ia berada di kamar itu seorang diri. "Aku pikir aku ga bakal ngeliat Kakak lagi."

Taehyung mencium pucuk kepala gadis itu. "Sujeong, keluar dulu yuk. Jangan bikin aku mau nyium kamu di lift yang ada anak kecilnya gini ah."

Perkataan itu membuat Sujeong berhasil mengangkat kepalanya dari dada Taehyung. Lantas mendapati seorang ibu-ibu sedang menutupi mata anak laki-lakinya. Secepatnya Sujeong berlari ke luar dan masuk ke kamar.

Taehyung masuk tak lama kemudian, setelah meminta maaf pada ibu-ibu satu lift tadi dan memberikan sebungkus permen kepada anaknya. Tawa laki-laki itu kini memenuhi ruangan.

"Aigoo, Sujeongie?" tanya Taehyung. Tidak menemukan kekasihnya itu di kasur, Taehyung mengetuk kamar mandi. Tidak ada jawaban dari dalam sana.

"Aku masuk nih. Aku merem kok!" canda Taehyung yang berhasil menghadiahinya dengan teriak kekesalan Sujeong.

"Apa sih!" pekik Sujeong ketika membuka pintu dan melemparkan handuk bekas cuci muka ke laki-laki itu. Ia segera melewatinya untuk duduk di lantai, mengambil satu bungkus plastik berisi makanan yang sudah Taehyung letakkan di atas meja. Sujeong toh tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat mendengar tawa laki-laki itu mengiringinya.

"Kamu harusnya liat muka anak kecilnya tadi. Lucu banget minta diculik," bahas Taehyung, masih tertawa di sela-sela kata.

"Udah ah, sarapan!"

Sujeong enggan membahas hal itu lagi, memilih untuk mengubah topik pembicaraan menjadi sarapan yang dibeli Taehyung. Meskipun sudah pukul setengah 11, keduanya toh tetap menganggap makanan pertama kali yang masuk ke perut mereka di suatu pagi dinamakan sarapan. Ya, mereka sudah pernah setuju dengan terminologi ini sebelumnya.

Taehyung akhirnya duduk di depan gadis itu, lantas mengambil satu per satu nasi gulung dari bungkusnya. Ia mengamati Sujeong yang lebih memilih mencicipi japchae terlebih dulu. Perasaan bersalah masih terasa di hatinya. Lagi lagi ia membuat perempuan itu harus berada di ruangan seorang diri.

"Kamu...tadi beneran ga kenapa-napa?" tanya Taehyung lagi, baru selesai tersenyum lebar melihat pipi Sujeong menggembung dipenuhi makanan.

Perempuan itu mengunyah perlahan dan menjawab setelah menelan makanannya. Sekarang Sujeong semakin sadar bahwa ia memang tidak kambuh sama sekali. "Yang ada di otak aku cuma Kakak. Aku ga mau jadi menyedihkan terus dan ngebiarin orang yang aku sayang ninggalin aku."

"Ah...hmm...bagi japchaenya jangan diabisin aku laper," rengek Taehyung, mencuri sumpit yang dipakai Sujeong meskipun masih ada sumpit lainnya yang belum terbuka. Ketika itu juga Sujeong pun sadar bahwa Taehyung belum ingin membicarakan kondisinya.

Ini bukan pertama kali Sujeong makan dengan Taehyung, jelas. Dan laki-laki itu tidak pernah kehabisan akal untuk membuat sesi makan mereka menjadi 'menyenangkan'.

"Ya ampun apaan sih masa nasinya digulung japcahe."

"Iya nanti jadinya japchae gulung nasi."

"Nasi gulung gulung japchae," tukas Sujeong, punya pemikiran sendiri untuk nama makanan hasil eksperimen Taehyung.

Bahkan ketika Sujeong merebut cola yang ingin diminum Taehyung, laki-laki itu masih sempat menawarkan Mentos kepadanya untuk dicampur. "IH!"

Sujeong selesai makan lebih dulu, lantas berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tangan. Ketika itu juga Taehyung berkata, "Oh itu plastik satunya ada baju buat kamu."

"Hah?"

"Baju. Buat kamu."

Dengan cepat, dahi mengkerut, perasaan campur aduk, Sujeong membuka plastik tersebut dan menemukan kemeja putih panjang dan celana jeans panjang. Yang membuat Sujeong tak habis pikir adalah kehadiran seperangkat pakaian dalam. Dengan ukuran yang pas dengan miliknya.

Mata Sujeong lantas menghujam Taehyung penuh amarah, "Kak kok-"

"Kok bisa bener?" sela laki-laki itu, tersenyum dengan sebelah bibir terangkat ke atas. Belum cukup menyebalkan sampai sana,Taehyung memutar bola mata dan menaik-naikkan alisnya. "Bukan cuma perempuan yang misterius. Laki-laki kan juga punya keahlian misterius tertentu."

Langsung saja Sujeong melempar kaleng colanya ke laki-laki itu. Tepat mengenai badannya. "YANG KAYAK GITU DIBANGGAIN! MESUM!"

"Eh, aduh! Yah, jangan marah. Aku suka kok nomor segitu!"

"KAK!" teriak Sujeong ketika ia ingin membuka pintu kamar mandi.

"Yaudah aku ga suka!"

"KAK! IH!"

Taehyung mengangkat kedua tangan untuk melindungi wajahnya ketika Sujeong kembali dari kamar mandi dengan membawa pengharum ruangan milik hotel dan berencana melemparnya. "Ampun ampun, topan," jawab Taehyung sungguh-sungguh. "Aku nanya mba-mbanya kok."

"Nanya apaan?" tanya Sujeong ketus.

"'Kalo yang kayak Mba, nomor berapa?', gitu!"

"KAK TAEHYUNG!"

(a.n: aku udah berapa kali mengucap "kalo ga sayank aku tuh sama kamu mas mas ;_;)

---

Sujeong berjalan keluar dari kamar mandi setelah mengeringkan rambutnya. Ia hampir sejam di dalam sana, menenangkan diri karena Taehyung sudah berhasil membuatnya takut, tertawa, dan kesal dalam waktu tidak lebih dari dua jam. Sujeong juga tak bisa henti memikirkan bagaimana caranya ia dapat membicarakan penyakit laki-laki itu, pun membahas permintaan ayah Taehyung yang masih sulit dicerna oleh Sujeong.

Ia mendapati Taehyung duduk menyilang di atas kasur, di depannya berbaring manis sebuah gitar yang tidak asing semakin dekat Sujeong melihatnya. "Ini kan..."

Taehyung menghela napas pelan, ia gagal menemukan cara yang paling tepat untuk memberikan gitar itu kepada sang gadis. Taehyung tahu Sujeong akan kesal karena telah membeli gitar yang sudah lama ia inginkan.

"Waktu aku dateng, dan ngobrol sebentar sama pemilik tokonya, dia bilang dia mau tutup dan pindah dari Seoul," kata Taehyung, memutuskan untuk mengungkapkan yang sejujurnya.

Sujeong tidak membalas, namun matanya tetap memindai lamat-lamat Yamaha dengan ukiran merpati-merpati putih di gagangnya itu. Sujeong tidak tahu apa yang membuatnya begitu menginginkannya. Ia hanya tahu 'aku harus memilikinya'. Atau setidaknya memainkan satu lagu dengannya.

"Aku ga mau Kakak ngasih ini ke aku. Aku ga mau nerima."

Kan. Taehyung sudah yakin jawaban semacam itu yang akan keluar dari bibir Sujeong. "Kenapa engga-"

"Aku bayar cicil." Sujeong menantap mantap laki-laki itu. "Tiga bulan," imbuh Sujeong.

Ekspresi Taehyung berubah hambar. Keduanya tahu ke mana arah pembicaraan ini berlanjut. Sulit bahkan bagi Taehyung untuk membayangkan dirinya masih di dunia minggu depan, apalagi tiga bulan. Sedangkan Sujeong sama sekali tidak ingin benda itu menjadi hadiah terakhir dari Taehyung untuknya. Tidak ketika Sujeong tahu bahwa laki-laki itu masih punya harapan.

Sujeong sudah membuka mulutnya, siap membahas penyakit laki-laki itu. Namun Taehyung lebih cepat menghindar. "Mungkin kamu mau nyoba dulu? Siapa tau engga enak dimainin."

"Kak kenapa Kakak di-"

"Sujeong," ah, itu suara serius Kim Taehyung, "please," tutupnya, tersenyum singkat dan Sujeong bisa merasakan hatinya menangis.

Setelah memejamkan mata dan menghembuskan rambut halus yang menghalangi dahinya, Sujeong tersenyum. 

Ia naik ke atas kasur, mengambil gitar tersebut pelan-pelan, seperti sedang memomong bayi yang baru berumur dua hari. Di antara perasaannya sedih karena laki-laki itu dan perasaan kagum pada gitar impiannya, Sujeong memetik beberapa senar. Ia memastikan suara yang keluar dari sana. Senarnya masih agak kaku, dan Sujeong membutuhkan waktu sekitar lima menit untuk tuning.

Sujeong menarik napas dan menghembusnya pelan. Ia degdegan, seperti sedang akan tampil di acara sekolah ataupun kontes. Tidak, ini lebih dari itu karena ia akan memainkannya khusus untuk laki-laki yang ia cintai. Sujeong mendongkak, darahnya seakan naik ke atas menemukan tatapan Taehyung terkunci pada dirinya. Laki-laki itu tersenyum, begitu indah, namun menenangkan.

"Coba nyanyiin lagunya Twice. Yang TT."

Kalau yang sekarang ada di tangannya adalah gitarnya yang biasa, Sujeong pasti sudah memukul Taehyung dengan benda itu. Toh akhirnya Sujeong hanya mendengus kecil dan tertawa. Sujeong sendiri tidak pernah mendengar lagu itu dengan keinginannya sendiri, namun salahkan para panitia Penerimaan Mahasiswa Baru karena Sujeong akhirnya ingat awal hingga chorus lagu itu (dan gerakan dancenya!).

Sujeong tertawa kecil lagi sebelum akhirnya memetik senar gitar, menghasilkan melodi yang mudah dicerna. Taehyung tersenyum, kepalanya bergerak ke kiri ke kanan pelan.

"Nanaanananananna~"

"Nanaanananananna!" balas Taehyung setengah berteriak. "Ryu Sujeong. Ryu Sujeong," ucap Taehyung bagaikan sedang melakukan fanchant.

Sujeong menggeleng, namun tetap berhasil memainkan gitarnya dan bernyanyi. "I love you so much~"

"I LOVE YOU!" teriak Taehyung dengan sekuat tenaga, membuat Sujeong memutuskan untuk berhenti dan menendang kaki laki-laki itu.

"Kak!" gerutu Sujeong.

Taehyung terkekeh geli, mulutnya berubah menjadi persegi dan Sujeong pun tertular dengan tawa itu. "Ganti lagu ah."

Laki-laki itu masih tertawa pelan, lalu menggumam. "Half Moon."

Lagi dan lagi, Sujeong merasa hatinya semakin tidak karuan. Ia tidak tahu apa yang ada di pikirannya saat ini. Rasa sukanya. Ketakutannya akan kehilangan Taehyung. Sakitnya mendengar permintaan ayah laki-laki itu. Semuanya tentang Taehyung. Dan lagu ini adalah yang membuat laki-laki itu menjadi miliknya. Sujeong memejamkan mata. Terpejam kadang bisa membuatnya lebih konsentrasi. Dalam kegelapan itu ia memilih fokus pada seluruh perasaan sukanya pada pemuda Kim.

Taehyung menatap Sujeong penuh kasih sayang. Ia merindukan perempuan itu. Ia bagaikan seseorang yang kehausan sebelum akhirnya mendengar suara Sujeong menjawab panggilannya. Dan sekarang perempuan itu mengeluarkan suaranya yang indah untuk Taehyung.

Semua ini begitu indah. Tapi begitu menyakitkan.

Senyum Taehyung perlahan menghilang. Ia tidak akan berada di tengah keputusan sesulit ini jika tidak mendengar suara perempuan itu, tidak jatuh pada senyumnya. Jika ia tidak mencintai perempuan itu, maka akan lebih mudah bagi Taehyung untuk pergi.

Taehyung memejamkan matanya, yakin ia harus kembali membiasakan diri karena sebentar lagi ia akan berjalan menuju kegelapan. Kedua tangannya menumpu tubuh di belakang. Kepalanya ia goyangkan, bersama petikan gitar dan suara gadis yang ia cintai, Taehyung berhasil sedikit menikmati kegelapan yang ia benci.

"Kak?" ucap Sujeong. Ia selesai mengabulkan permintaan Taehyung, tapi Taehyung memutuskan untuk tetap menutup mata.

Tak lama kemudian Taehyung merasakan tarikan pelan di kepalanya. Jemari Sujeong menyisir sisi rambutnya, membawa kepalanya ke depan. Senyum perempuan itu adalah cahaya yang begitu indah yang langsung mengisi netra Taehyung ketika ia membuka mata. Mengisi otaknya dengan hormon kebahagian. Memompa sel-sel darahnya dengan tekanan yang labil saat bibir mereka bertemu.

Sujeong menciumnya. Satu tangan perempuan itu turun ke bahunya. Tangan yang lain di belakang kepala Taehyung, menuntunnya untuk mendongkak dan memperdalam permainan mereka. Napas Sujeong di wajahnya membuat temperatur tubuh Taehyung meningkat pesat.

Taehyung meletakkan tangannya di pinggang Sujeong, naik ke punggung perempuan itu, membawa tubuh keduanya agar semakin mendekat. Ia memberikan akses penuh pada Sujeong untuk memegang kendali, mengikuti setiap gerakan yang gadisnya lakukan. Ketika Sujeong akhirnya berhenti untuk mengambil napas, Taehyung menggunakan waktunya untuk menikmati refleksi dirinya di kedua mata perempuan itu.

Sujeong masih tegak dengan lutut menumpu tubuh. Masih terdengar deru napasnya yang tak beraturan, namun Taehyung sudah selesai menunggu. Ia mendorong tubuhnya ke depan, menjatuhkan Sujeong ke atas kasur. Tangannya dengan cepat berhasil menemukan tangan Sujeong dan mengait jemari milik gadis itu dengan miliknya. Tangan yang lain mengurung Sujeong dalam kuasanya.

Dahi mereka bertemu. Mata Taehyung memindai wajah Sujeong dengan seksama, memastikan tidak ada penolakkan di sana sebelum seluruh sarafnya lantas terpusat pada bibir gadis Ryu. Seakan mengiyakan semua adrelanin yang ada, Sujeong membuka mulutnya. Mempermudah Taehyung untuk lebih dari sekedar menyentuh bibirnya.

Ah, bibir Sujeong ketika tersenyum adalah alasan pertama yang berhasil membuat Taehyung tergila-gila. Tapi Taehyung tidak bisa bohong kalau ia juga suka sekali ketika bibir itu beradu dengan miliknya. Rasa manisnya benar-benar membuat Taehyung mabuk.

Seketika itu pun membuat Taehyung bertanya rasa apa yang bisa ia dapatkan saat mencium bagian lainnya.

Taehyung menjilat bibirnya sendiri ketika ia menjauh dari wajah Sujeong yang sudah merah. Membiarkan keduanya untuk bernapas. Meskipun sedikit Taehyung tahu bahwa ujung jemarinya yang menyapu bibir Sujeong ternyata sama sekali tidak membantu perempuan itu untuk bernapas dengan benar. Apalagi ketika perlahan bergerak menjelajahi lehernya.

"Kaak..." Desahan Sujeong ketika Taehyung mencium tulang leher perempuan itu bisa membuat jantung Taehyung meledak detik ini juga. Benar-benar mendorong Taehyung untuk melakukan hal yang berbahaya. Kilatan mata Taehyung menghujam Sujeong dengan pasti.

Sujeong bukan perempuan naif. Ia tahu apa yang ada di pikiran laki-laki itu, yang sejak tadi bukan hanya memberikan sensasi abnormal di setiap sentuhan dan tatapannya, tapi turut membuat Sujeong tertantang untuk melakukan hal yang serupa. Semua sengatan yang Sujeong rasakan dari sentuhan Taehyung membuat penglihatannya terkunci pada laki-laki itu. Sujeong tahu bukan posisi ini yang seharusnya ia lakukan dengan sang laki-laki pujaan, namun ia tidak tahu apa yang mendorongnya untuk memulai. Dan menginginkan lebih.

Ketika senyum tipis Taehyung memasuki wajahnya, ketakutan akan kehilangan laki-laki itu kembali menghujam Sujeong dengan pahitnya kenyataaan.

Bagaimana jika ia tidak bisa melihat senyum itu lagi?

"Sujeongah,..." Jangan panggil Taehyung cenayang, tapi paham bagaimana ekspresi wajah Sujeong adalah salah satu hal yang Taehyung banggakan. Perempuan itu ingin menangis. Anggapannya langsung terbukti ketika Sujeong enggan menatapnya saat Taehyung benar-benar ingin mempertanyakan persetujuan perempuan itu atas semua yang bisa -dan ingin- Taehyung lakukan untuk melanjutkan apa yang sudah keduanya mulai.

Perasaan kecewa menghampiri Taehyung, tentu saja.

Hal itu turut membuatnya sadar bahwa sejak pertama kali Sujeong datang, perempuan itu tidak mempertanyakan apapun. Tangisannya, begitu juga operasi yang harusnya Taehyung jalani Jumat lalu. Sujeong sudah tahu apa yang sedang terjadi.

Taehyung menghela napas. Membawa tangannya yang tadi sudah siap membuka kancing kemeja Sujeong ke kepala perempuan itu. "Sujeongah," mengacak-acak rambutnya, "jalan-jalan, yuk?"

---

Setelah membeli dua cone es krim, sepasang kekasih itu duduk di tepi air mancur. Aroma air tanah memasuki penciuman. Tapi apalah arti itu semua ketika mereka bisa mengisi indera perasa dengan manisnya susu yang dingin. Kontras dengan itu, tubuh mereka tetap hangat dimandikan cahaya matahari yang muncul malu-malu hari ini serta sentuhan lengan dan bahu keduanya pada milik satu sama lain.

"Bagi dong." Itu Taehyung, menyesal karena memilih es krim rasa pisang. Awalnya enak, tapi lama-lama ia jadi mual sendiri karena terlalu manis.

"Dikit," titah Sujeong, mengulurkan conenya ke arah Taehyung. Tentunya definisi 'sedikit' mereka berbeda.

"Ih!" pekik Sujeong, langsung menarik conenya menjauh dari Taehyung menyadari laki-laki itu meraup hampir setengah es krim miliknya.

Taehyung tak lama kemudian bangkit, membuang es krimnya yang masih lumayan banyak. Ia tidak langsung kembali duduk di samping Sujeong. Lebih memilih untuk mengamati perempuan itu menjilati es krimnya dengan serius dan hati-hati. Seakan Sujeong akan marah pada dirinya sendiri jika ia membiarkan satu tetes es krim meleleh dan jatuh sia-sia ke tanah atau pun bajunya.

"Jangan lupa napas, Jeongieah." Candaan itu hanya membuat Sujeong menoleh sinis, sebelum kembali menikmati es krimnya.

Taehyung lantas memindai sekeliling. Ia tidak menggunakan masker, kacamata, ataupun topi. Mereka sudah jalan-jalan selama hampir sejam. 

Ini bukan pertama kalinya Taehyung kabur dari rumah sakit. Rekor terlamanya kabur hanyalah satu hari. Dan ini sudah lebih. Ini pertama kalinya sang ayah sengaja membiarkan Taehyung. 

Alih-alih menggunakan pesuruh untuk menjemputnya -kau tahu kan, 'menjemput' tanpa persetujuan dirinya dan menggunakan sedikit kekerasan-, ayahnya kali ini menggunakan Ryu Sujeong untuk membuat Taehyung setuju atas keputusannya yang tidak masuk akal. Kim Jaehyun bisa saja memaksanya pulang saat ini juga, tapi laki-laki itu lebih memilih menggunakan gadis yang dicintai anaknya.

Taehyung menyeringai sinis. Keputusan sang ayah sudah begitu bulat.

"Gimana dia?" tanya Taehyung. Ia menghadap air mancur, menatap riak-riaknya di pusat pusaran.

"Dia?"

"Kim Jaehyun. Kamu udah ketemu." Taehyung memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Kan?"

Taehyung menoleh, mendapati Sujeong berhenti memakan es krimnya. Diam perempuan itu merupakan konfirmasi dari pertanyaan Taehyung.

"Ganteng, ya?" tanya Taehyung lagi, mencoba meringankan nada suaranya. Tapi tentu saja ia gagal.

"Kak..."

"Hmm, ganteng tau. Dulu aku pernah nyuruh Ayah nyari istri lagi. Setiap hari kerjaannya cuma di rumah sakit. Sayang kan muka gantengnya cuma bikin perawat-perawat rumah sakit salah tingkah," bahas Taehyung.

"Akhirnya kamu tau sendiri. Awalnya aku pikir karena Ayah emang secinta itu sama Mama." Taehyung menunduk, mendesis ketika menahan air matanya untuk keluar. "Ternyata karena dia ga mau ada yang nahan rencananya buat ngasih jantungnya ke aku."

"Agh!" Taehyung berteriak, mendongkak menatap langit yang mulai abu-abu. Seakan langit itu menggambarkan suasana hatinya saat ini.

"21 tahun dia cuma mikir bakal mati buat aku," ucap Taehyung sesak.

Taehyung merasakan tangan Sujeong meraih tangannya. Perempuan itu menautkan tangan mereka. Menghangatkan kembali tangan keduanya yang tadi dingin.

Sesak sekali rasanya. Kepala Taehyung mulai sakit menahan semua emosi yang ia rasakan. Semuanya terkumpul di sana. Muncul lagi meskipun ia sudah berkali-kali menangis dan berteriak untuk menyalurkannya. "Kamu tau apa yang Ayah bilang waktu aku nolak?"

"Dokter Kim ga ngasih tau sampe sana."

"Ga... Ayah... Masih banyak yang membutuhkan kemampuanmu. Ayah itu dokter! Ayah udah nyelametin banyak nyawa dan masih banyak lagi yang harus Ayah tolong. Kumohon jangan lakuin ini. Apa Ayah ga mikirin perasaanku? Perasaan Jimin?"

"Taehyungah, aku tidak pernah melarangmu melakukan apapun. Permintaanku padamu hanya satu, Taehyungah. Kau harus hidup. Kau harus mau menerima donor dariku."

Kepalan tangan mereka semakin kuat, mulai membuat Sujeong meringis karena kesakitan. "Kak? Kak Taehyung!"

Taehyung tersadar, menatap gadisnya. "Ma-maaf. Maafin aku," ucapnya mengendurkan tautan tangan mereka. Namun Sujeong kembali menggengam tangannya, bahkan kali ini ia berdiri dan mengambil tangan Taehyung yang lain.

"Aku emang ga ngerti seberapa keselnya Kakak sekarang. Aku tau kondisi aku dulu dan kondisi Kakak jelas-jelas beda. Tapi sampai baru-baru ini, aku sadar kalo aku marah sama diri aku sendiri. Karena ga bisa nolongin Ayah. Karena ga bisa ngeberentiin Ayah aku buat ngelindungin aku. Tapi karena pengorbanan dia sekarang aku ada di sini. Sekolah sampe kuliah. Ketemu banyak orang. Ketemu Kakak. Jatuh cinta sama Kakak."

Mata Taehyung mulai berair. Tidak, ia tidak mau mendengarnya. Taehyung menutup mata, ia lebih memilih kegelapan itu dibandingkan nyawa ayahnya.

"Kak, tatap mata aku," ucap Sujeong, menangkup wajah Taehyung. "Aku belum selesai ngomong."

"Please, Sujeong," rintih Taehyung pelan. Hanya perempuan itu yang ingin Taehyung lihat saat ini. Tapi Taehyung juga tidak ingin perempuan itu turut setuju atas keputusan ayahnya. Tidak setelah seluruh keluarga Namjoon menyetujuinya. Keputusan yang membuat Taehyung benar-benar ingin memilih mati secepatnya.

"Kak, aku emang nyesel bertahun-tahun. Tapi bertahun-tahun itu juga aku ngerasa hidup aku jadi lebih berharga. Karena aku juga hidup buat nyawa Ayah." Sujeong tersenyum, meskipun ia tidak tahu apakah senyum itu berlandaskan atas perasaan apa. Yang jelas bukan perasaan bahagia, namun bukan pula kesedihan yang terpuruk.

Taehyung menggeleng pelan.

"Kak, aku cuma mau cerita apa yang aku alamin. Aku ga mau ngasih tau Kakak keputusan apa yang harus Kakak ambil. Kakak yang bilang kan kalo Kakak bakal sebisa mungkin ngertiin keputusan aku kalo aku ada masalah. Aku juga mau kayak gitu."

Sujeong terdiam sebentar, mencari sebuah pengertian pada wajah Taehyung. Hatinya merasa ngilu, tapi ia harus kuat karena Taehyung membutuhkannya. "Taehyungah, aku bakal ngertiin apapun yang mau kamu lakuin sekarang. Tapi kematian itu bukan keputusan. Itu putus asa namanya."

---

Sujeong menatap layar ponselnya. Tepat 24 jam setelah ia kembali bertemu dengan Taehyung. Laki-laki itu sedang mandi sekarang. Dokter Kim memintanya membawa Taehyung kembali ke rumah sakit dalam waktu tidak lebih dari 24 jam. Taehyung telah memberi tahu Sujeong sebelumnya bahwa pesuruh sang ayah sudah mengetahui keberadaannya sejak entah kapan. Hanya masalah waktu sampai sang bos meminta mereka menyeret Taehyung ke rumah sakit.

"Ayah nyuruh kamu ngebujuk aku kayak mana?"

"Hm. Ga gimana-gimana. Cuma disuruh bawa kamu balik ke rumah sakit ga lebih dari 24 jam," gumam Sujeong pelan dalam dekapan Taehyung. Mereka sudah kembali ke kamar hotel, bergelung di atas kasur.

Taehyung tertawa pelan. "Selalu. Sedikit lagi 24 jam, ya?"

"Kira-kira."

"Keputusan Ayah udah pasti, Sujeongah. Kami keluarga Kim punya gen keras kepala yang turun-menurun..."

"Sama aja kayak keluarga Ryu," komentar Sujeong.

Taehyung manggut-manggut setuju. "Hm, nanti anak kita bahaya ya. Pasti bandel." Kalimat itu membuat Sujeong mendongkak, menatap raut jenaka yang sudah kembali pada wajah sang kekasih.

"Kakak punya rencana apa?" tanya Sujeong. Laki-laki itu sudah kembali melontarkan candaan yang berbau masa depan. Menyatakan bahwa Taehyung sudah perlahan melupakan rencana untuk membiarkan dirinya mati sia-sia. Namun Sujeong masih yakin bahwa laki-laki itu tetap tidak mau menerima donor dari ayahnya sendiri.

"Hm, rencanaku sih dua perempuan dua laki-laki. Selang-seling kayaknya lucu. Trus satu anjing peliharaan. Kamu kuat ga?"

"IH! BUKAN YANG ITU MAKSUDNYA!" Sujeong mencubit lemak di perut Taehyung.

"ADUH!" Taehyung meringis. "Iya, iya, jangan melotot," bujuk Taehyung, mengusap dahi dan wajah perempuan itu.

"Apa?" tanya Sujeong lagi, mengembalikan topik pembicaraan mereka.

"Kamu tau Jimin, kan?"

Kepala Sujeong sudah seperti setrika, menatap layar ponsel, menatap pintu, begitu saja terus sampai Taehyung keluar dari kamar mandi.

"Keseleo aja kepala kamu tuh baru tau," ujarnya, menatap Sujeong yang masih gelisah sambil mengeringkan rambutnya.

"Ugh!" geram Sujeong, ia menatap Taehyung sepersekian detik, namun ia sudah bisa melihat laki-laki itu lebih hidup. "Sini aku bantuin," ujarnya, mengisyaratkan Taehyung untuk mendekat agar Sujeong bisa mengeringkan rambut laki-laki itu.

"Hehehe," kekeh Taehyung senang. Tapi belum sempat ia mendekat ke gadis Ryu, pintu kamar hotelnya sudah lebih dulu diketuk dari luar.

Keduanya langsung menegang. Taehyung mengisyaratkan Sujeong untuk tetap di sana. Meskipun bukan pertama kalinya 'dijemput' ketika sedang kabur, Taehyung tetap saja kesal dan takut di saat bersamaan. Apalagi kali ini ada Sujeong di dekatnya. Taehyung jelas tidak ingin 'penjemputnya' menyentuh Sujeong.

Ketukan kembali terdengar. Sujeong mengabaikan isyarat Taehyung, berjalan mendekati gitar impiannya. Benda itu bisa dijadikan senjata. Bodo amat dengan berbulan-bulan yang Sujeong lewati dengan memimpikan si keluaran Yamaha.

Setelah semenit lebih penuh ketegangan, Taehyung mengintip keluar melalui lubang pintu. Di luar sana ia bisa melihat seorang laki-laki berkacamata hitam membalas tatapannya. Bibirnya lantas menyunggingkan seringai kecil seraya ia membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit turun.

"Jimin?" ucap Taehyung ketika sadar siapa yang mengetuk pintu kamar hotelnya. Taehyung segera membukakan pintu. Seluruh tubuhnya tidak lagi tegang.

"Whoaa," pekik Taehyung kelewat senang. Sudah berapa lama ia tidak bertemu dengan laki-laki itu.

"Ho, ini gue," ucap Jimin, membuka kacamata, membalas pelukan sahabatnya.

"OMG," balas Taehyung lagi dengan aksen Inggris yang dibuat-buat. "Gue ga tau lo bakal dateng secepat ini." Ia menarik Jimin masuk.

Sujeong, mengetahui bahwa ia tidak perlu lagi was-was,  segera menunjukkan dirinya ke hadapan laki-laki itu. Alasan lain Taehyung kabur adalah karena ia menunggu kepulangan Park Jimin. Taehyung sudah meminta Jimin pulang secepat yang laki-laki itu bisa. Mereka berdua akan meyakinkan Kim Jaehyun bahwa ada kesempatan lain untuk Taehyung.

Akan tetapi embun es bagaikan menyapu belakang leher Sujeong ketika Park Jimin menatapnya. Entah karena ia mengetahui catatan kotor laki-laki itu dengan Kei atau karena ia masih terlalu defensif, Sujeong tidak tahu. Yang pasti, Sujeong yakin ia akan sulit berteman dengan pemuda Park yang notabene adalah teman sejak kecil Kim Taehyung itu.

Anggapan Sujeong langsung dikonfirmasi benar dengan begitu cepat.

"Hm, kemaren gue udah ngasih lo alamat, ya?"

"Belum." Lalu geraman Taehyung menahan sakit mengisi ruangan itu. Matanya perlahan tertutup diiringi teriakan murka Sujeong.

"Udah lewat 24 jam," ucap Jimin, menahan tubuh Taehyung dengan satu tangan ketika tangan lainnya melempar jarum suntik masuk ke tempat sampah. "Ya, kan, Ryu Sujeong?"

---

jiminijimin

Liked by 65 others

jaesungjae CUY TEMEN LO KEMANE???

danielkang wih udah balik?

halfmoonbok CUY TEMEN LO KEMANE??? (999)

taemin93lee @kmjngn_kai meet up

---

azel's note:

tuh tuh yang kebelet jiminnya pulang :)

one more and im kinda afraid i'll mess this up :( maafkaaan huaaaa. sejatinya the moment taejeong ngebelok jadi soooo sad i know im gonna disappoint, tapi semoga engga ya tapi tapi tapi T_________T

dan iyaaaah, ada sesi hampir R di atas sana. kalian tidak salah baca. tenang saja aku aslinya konservatif, tapi tangan aku ini loh, penganut liberal namun sopan /APA SIH/

OH, terima kasih banyak semua yang ngevote IG Stories di BFA. Ehe, mau curhat banyak tapi nanti aja deh abisin dulu sedih-sedihnya taejeong inih ;_;

MAKASIH SELALU~ <3

Continue Reading

You'll Also Like

33.8K 4.4K 42
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
444K 4.7K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
233K 34.9K 63
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
466K 46.7K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...