Kisah Aku

By Syadera_

46.7K 4K 244

Cinta tidak selalu berjalan mulus seperti yang kita ingin. Pasti akan selalu ada lika-liku kecewa, sedih, tap... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Info !!

19

1.2K 144 8
By Syadera_

Raya Pov

Aku melirik Mondy yang tengah fokus menyetir mobil. Saat ini kami di perjalanan menuju kantor. Tapi sedari tadi ia hanya diam saja. Seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Kamu mikirin sesuatu ?" tanyaku pelan. Ku lihat ia tak bergeming, apa suaraku sangat pelan hingga ia tak mendengarnya pikirku.
Lalu ku sentuh lembut bahunya, barulah ia sedikit tersentak dan menoleh ke arahku.

Aku mengulang pertanyaanku karena kurasa ia tak mendengar pertanyaanku tadi.
Ia menggeleng pelan dan tersenyum.
"Aku gak pa-pa. Hanya sedikit lelah" ia mengecup sebelah tanganku yang berada di genggamannya. Aku pun mengangguk mengerti, mungkin benar ia sedikit lelah karena kegiatan kami kemarin di puncak.

Setelah sampai di kantor, seperti biasa Mondy akan membukakan pintu untukku lalu kami berjalan bergandengan tangan mesra menuju ruangan kami.

*

Sudah tepat seminggu sejak sang ayah memintanya bertunangan dengan Bella. Sudah seminggu juga Mondy berusaha menutupi masalahnya kepada Raya.
Dan malam ini Mondy beserta keluarganya akan datang ke rumah keluarga Bella.
Malam ini akan diadakan pertemuan keluarga Restu dan Hamzah untuk membahas masalah pertunangan anak-anak mereka.

Mobil mewah milik Mondy berhenti tepat di sebelah mobil orang tuanya ketika mereka telah sampai di kediaman Bella.
Keluarga Bella menyambut hangat kedatangan mereka. Mondy memasang wajah tenang, namun siapa sangka di balik ketenangannya pikirannya telah melalang buana memikirkan gadisnya.

Setelah acara makan malam bersama selesai kini kedua keluarga tersebut sedang duduk bersama dengan mimik wajah berbeda-beda. Restu dan Bella terlihat sumringah, sedangkan Mondy menatap mereka semua jengah.

"Jadi kita sepakat tentang pertunangan Bella dan Mondy ?" tanpa basa-basi Restu bertanya kepada Hamzah. Hamzah hanya mengangguk mengiyakan dengan mimik wajah datar. Sebenarnya ia berat karena mengorbankan perasaan anaknya.

"Jadi kapan akan dilaksanakan ?" tanya Bella antusias.

"Minggu depan" bukan Hamzah maupun Mondy yang menjawab melainkan Restu sendiri. Mondy hanya diam dan menatap Bella tak suka.
"Bagaimana ?" sambung Restu.

"Tunggu. Sebelum kami bertunangan aku ingin berbicara dengan Bella dulu berdua" ucap Mondy yang sedari tadi hanya diam. Bella mengangguk antusias ia berpikir Mondy pasti ingin mengenalnya lebih dekat. Dengan senang hati ia membawa Mondy ke taman belakang rumahnya untuk berbicara empat mata.

Dan sekarang mereka telah duduk berdua di bangku taman. Mondy hanya diam dan memandang lurus ke depan. Ia merasa muak melihat wajah Bella.
Berbeda dengan Bella yang sedari tadi tersenyum manis menatap wajah Mondy.

"Kenapa kamu menerima pertunangan kita ?" ucap Mondy. Nada suaranya terdengar dingin dan datar. Seakan menunjukkan bahwa dirinya tak pernah tertarik dengan gadis yang kini berada di sampingnya.

"Ya.. Karena aku memang suka sama kamu" jawab Bella santai.

"Tapi kamu tahu kan aku sudah punya Raya ? Dan aku SANGAT MENCINTAI DIA" Mondy sengaja menekan tiga kata terakhir yang diucapkannya. Memang begitulah perasaannya sesungguhnya, hatinya telah dipenuhi Raya dan tidak ada tempat lagi untuk wanita lain selain Rayanya.

Bella tersenyum sinis.
"Siapa peduli ? Aku menginginkanmu, dan aku rasa aku tidak bersalah menerima perjodohan ini.
Walau sebenarnya tanpa kamu tahu akulah yang merencanakan semuanya" lanjut Bella dalam hati.

Wajah Mondy mengeras. Ia berusaha menahan emosinya, bagaimana pun ia tengah menghadapi seorang perempuan. Jika saja Bella laki-laki pasti Mondy sudah menghabisinya sekarang.

"Aku tahu kau memang egois dan tidak berperasaan, terlebih untuk memikirkan perasaan orang lain" ucap Mondy. Kemudian tangannya bergerak masuk ke saku celananya dan mengambil sesuatu disana. Ia mengeluarkan selembar kertas dan memberikannya kepada Bella. Awalnya Bella terlihat bingung tapi ia menerimanya juga dan membaca tulisan dalam kertas itu baik-baik.
Matanya melebar membaca tulisan dalam surat itu. Lalu ia menatap Mondy tajam.

"Apa maksud semua ini ?" tanya Bella.

Mondy menatap Bella yang tampak tak terima. Kemudian ia tersenyum yang terkesan meremehkan Bella.
"Aku rasa tulisan di kertas itu sudah cukup jelas" jawab Mondy datar.

"Aku gak terima semua ini Mondy !"

Mondy tersenyum sinis.
"Aku gak minta kamu buat terima, aku cuma mau kamu tanda tangan di kertas itu. Itu perjanjian antara kita, kalau kamu tidak mau aku dengan senang hati akan membatalkan pertunangan kita" ucap Mondy datar.

Bella mendengus dan kembali membaca surat perjanjian yang Mondy berikan.
Disana tertulis beberapa point perjanjian yang harus disepakati kedua belah pihak.

Yang pertama : kedua keluarga harus menyembunyikan status pertunangan Raya dan Mondy kepada siapa pun, tidak boleh ada orang luar yang tahu.

Yang kedua : Bella tidak ber-hak ikut campur dalam kehidupan Mondy sehari-hari termasuk hubungannya dengan Raya.

Yang ketiga : Bella tidak dapat menuntut Mondy jika di kemudian hari pertunangan ini batal dengan alasan apapun.

Itulah tiga point besar yang tertulis di perjanjian.
Bella berpikir keras sebelum akhirnya mengambil pulpen di tangan Mondy dan akhirnya membubuhkan tanda tangannya di atas materai. Bagaimana pun ia harus tetap bertunangan dengan Mondy, untuk masalah perjanjian itu ia akan memikirkannya nanti langkah apa yang akan ia ambil untuk memusnahkan perjanjian tersebut.

Mondy mengambil kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam saku celananya.
Kemudian tanpa melihat Bella lagi ia melangkahkan kakinya memasuki rumah meninggalkan Bella yang kesal kepadanya.


💕💕💕


Walau pertunangan ini terikat di atas perjanjian, namun tetap membuat hati Mondy tidak tenang.
Ia sangat takut jika suatu saat masalah ini mempengaruhi hubungannya dan Raya. Untuk itulah ia membuat perjanjian itu, untuk menjaga hati Raya gadis yang sangat dicintainya.

Mondy mengetuk pintu coklat rumah sederhana milik Raya. Karena ia membawa mobilnya sendiri ia bisa mengunjungi Raya setelah pulang dari rumah Bella. Karena dengan melihat gadisnya maka semua kegundahan hatinya akan hilang.

Ia melirik jam tangannya, sekarang pukul 9 malam. Tapi Raya tak kunjung membuka pintunya. Mondy berpikir mungkin Raya sudah tidur. Namun saat akan berbalik terdengar pintu terbuka dan menampilkan Raya dengan rambut sedikit acak-acakan dan wajahnya yang terlihat menahan kantuk.
Saat pintu telah dibuka pun Raya masih asik mengucek matanya agar terbuka lebih lebar lagi.

"Mondy" gumam Raya saat matanya menangkap jelas wajah Mondy yang kini berada di hadapannya.
Mondy tersenyum, gemas dengan tingkah Raya yang terlihat lucu.

"Maaf aku mengganggu tidurmu" ucap Mondy menyesal. Kalau ia tahu Raya sudah tidur ia tidak akan berkunjung ke rumah Raya dan menggangu tidur Raya.

Raya tersenyum dan membawa Mondy duduk di kursi yang berada di teras rumahnya. Kemudian Raya berlalu masuk ke rumahnya untuk mengambilkan Mondy air minum.
Tak lama Raya kembali dengan dua buah coklat hangat di tangannya. Ia meletakkan kedua gelas itu di atas meja dan duduk di sebelah Mondy.

"Lalu, kenapa malam-malam kesini ?" tanya Raya.

Mondy yang tengah menyesap coklat hangat seketika menoleh ke Raya.
"Memangnya gak boleh ya aku kesini ?" Mondy berkata lirih dan meletakkan kembali coklat panasnya di atas meja.

Raya tersenyum, Mondy salah paham rupanya.
"Bukan, ini kan bukan malam minggu. Biasanya cowok ngapelin pacarnya ya malam minggu" goda Raya.
"Atau ada hal penting yang mau kamu omongin ?" sambung Raya.

"Aku akan bertunangan dengan Bella" ucap Mondy dalam hati. Tentu saja ia tidak akan berani mengatakannya langsung kepada Raya. Ia harus menemukan alasan di balik pertunangannya dan Bella kemudian saat waktunya tepat barulah ia akan memberitahukannya kepada Raya.

Mondy menggeleng. Ia hanya tersenyum manis kepada Raya dan menggenggam tangan Raya lembut.

"Aku cuma kangen aja. Gimana kalau kita keluar ? Aku laper nih" ucap Mondy. Karena tadi di rumah Bella ia tidak bernafsu untuk memakan makanannya.

"Tapi kan ini udah malem Mon" ucap Raya. Melihat tatapan memohon Mondy akhirnya Raya luluh. Ia segera masuk ke kamarnya dan mengganti pakaiannya.

***

"Kamu mau ?" tanya Mondy pada Raya. Saat ini mereka tengah berada di kawasan pasar kuliner, pasar yang menjajakan berbagai makanan dan terbuka sampai larut malam.
Raya menggeleng pelan karena ia sudah makan tadi.

"Ya udah bang satu aja nasi gorengnya" ucap Mondy yang dibalas anggukan oleh penjual nasi goreng tersebut.
Lalu Mondy mendekati Raya dan duduk disampingnya.
"Kita makan sepiring berdua ya biar lebih romantis" ucap Mondy. Raya hanya tersenyum manis mendengar perkataan Mondy.

Tak lama nasi goreng pesanan Mondy pun datang. Mondy menyendokkan nasi goreng dan mengarahkannya ke Raya. Mau tak mau Raya menerimanya. Sesekali Raya juga membalas perlakuan Mondy.

Malam itu mereka habiskan dengan canda tawa berdua.
Sejenak Mondy sama sekali tidak memikirkan masalahnya ketika bersama Raya. Dan ia berharap sampai kapan pun ia dan Raya akan terus selalu seperti ini.



















Hai aku comeback bawa cerita gaje hahaha
Terimakasih yang masih sudi membaca ☺
Apalagi yang vote dan comment, aku menghargai sekali ☺

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 38K 29
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
5.6K 328 33
"apa salah aku berharap sesuatu dari takdirku. aku hanya ingin bahagia."park so eun "terima kasih. terima kasih banyak untuk waktu sembilan tahun yan...
2.9M 145K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
93.2K 2.9K 26
Shannon , Shannon Clarista Yohana seorang perempuan berumur dua puluh delapan tahun yang tampak normal, kehidupannya biasa-biasa saja sampai suatu ke...