Kisah Aku

By Syadera_

47K 4K 244

Cinta tidak selalu berjalan mulus seperti yang kita ingin. Pasti akan selalu ada lika-liku kecewa, sedih, tap... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Info !!

16

1.5K 144 10
By Syadera_

- Happy Reading -

"Pa, Bella mau ngomong sebentar sama papa" ucap Bella. Yah pesta telah selesai dan sekarang Bella dan ayahnya berada di rumah mereka sendiri.

Bella mendekati ayahnya yang sedang duduk santai di sofa ruang keluarga rumah mereka.

"Ada apa sayang ?" Restu mengelus rambut putri kesayangannya itu.

"Jadi beneran papa sama Om Hamzah itu sahabatan ? Kok Bella gak tau sih pa ?" tanya Bella.

Restu mengangguk mengiyakan.
"Jadi Hamzah itu sahabat papa dari SMA, kami sangat dekat dan saling tolong menolong dalam merintis usaha, lalu setelah berhasil papa dan keluarga kita pindah ke Amerika dan membuat usaha disana. Waktu itu kamu masih kecil, jadi mungkin kamu lupa sayang" ucap Restu.

"Mondy ganteng ya pa, hebat lagi masih muda udah jadi CEO" ucap Bella.

Restu mengerutkan dahinya dan melihat mata putrinya yang berbinar saat menceritakan tentang Mondy.

"Kamu suka sama Mondy ?" tanya Restu.

Bella menganggukkan kepalanya beberapa kali dan tersenyum manis.

"Tapi Mondy udah punya pacar sayang, kamu liatkan perempuan yang sama dia tadi itu pacarnya" ucap Restu berusaha memberi pengertian kepada Bella.

Wajah Bella berubah cemberut saat Restu seolah melarangnya menyukai Mondy.
"Bella tau Mondy udah punya pacar. Tapi Bella mau Mondy pa, lagian papa kan sahabatan sama Om Hamzah ya papa bujuk dong Om Hamzah buat deketin Bella sama Mondy" ucap Bella kesal.

"Gak semudah itu sayang. Gini aja papa bakalan cariin kamu anak temen papa yang gak kalah hebat dan ganteng dari Mondy" Restu berucap lembut takut membuat putri semata wayangnya ini salah paham.

Bella melepas kasar pelukan ayahnya dari tubuhnya.
"Pokoknya Bella gak mau tau, Bella mau Mondy ! Dan Bella mau papa bujuk Om Hamzah buat jodohin Bella sama Mondy ! Kalau papa gak mau bantuin Bella berarti papa gak sayang sama Bella dan Bella akan marah sama papa" Setelah memaksa dan mengancam ayahnya Bella pergi meninggalkan ayahnya sendiri dan masuk ke kamarnya.

Restu menghela nafas panjang, putrinya tidak pernah berubah. Akan selalu memaksa mendapatkan apa yang ia mau. Maklum ia sudah terbiasa mendapatkan apa yang diinginkannya dengan mudah. Dan ia bisa saja berbuat nekat saat keinginannya tidak dipenuhi.

*

Kini Raya telah berada di dalam mobil Mondy. Mereka akan berangkat ke kantor seperti biasa. Tapi sedari tadi Raya hanya diam dan memandang ke arah luar jendela.

"Kamu masih marah ?"

Raya hanya diam tidak menjawab pertanyaan Mondy.

Raya mengerutkan dahinya saat sadar bahwa jalan yang dilalui Mondy berbeda dengan jalan menuju kantornya.

"Loh kita mau kemana Mon ? Ini bukan jalan ke kantor" ucap Raya.

Mondy hanya diam seolah membalas sikap Raya yang juga mengacuhkan pertanyaannya.

"Mondy aku tuh nanyak, kamu budeg ya ?" ucap Raya geram.

"Kamu bisa diam gak Ray ?"

Raya mengerucutkan bibirnya sebal. Akhirnya ia memilih diam saja walaupun di kepalanya bertanya-tanya kemana Mondy akan membawanya.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, Mondy menghentikan mobilnya di sebuah Villa.

"Kita ngapain kesini ?" tanya Raya heran.

"Liburan" jawab Mondy singkat.

"Liburan ? Kita berdua ?"

Tanpa menjawab Mondy membawa Raya masuk ke dalam villa. Saat Raya dan Mondy tiba di depan pintu, tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan Ranty dan Rasya yang menyambut hangat kedatangan mereka.

Raya membulatkan matanya tak percaya, bagaimana mungkin Rasya dan Ranty juga ada disini.

"Mondy yang ngajak kakak sama Ranty liburan bareng kalian disini" ucap Rasya seolah tahu apa yang ada di pikiran Raya.

Yah, setelah mengantar Raya pulang semalam. Mondy baru membaca pesan dari Rasya yang mengatakan bahwa besok adalah hari ulang tahun Raya dan mereka berniat memberi kejutan untuk Raya. Saat itulah Mondy menghubungi Rasya dan merencanakan liburan mereka di villa Mondy.

"Ya udah Ranty kamu anter Raya ke kamarnya ya" ucap Mondy.

Ranty mengangguk dan membawa Raya  ke kamarnya yang telah disiapkan Mondy yang berada di lantai dua villa tersebut tepat di sebelah kamar Mondy.

"Ini kamar kamu Ray" ucap Ranty.

"Kamu di kamar mana ? Bukannya disini juga ?" tanya Raya balik.

Ranty menggeleng dan tersenyum melihat wajah Raya yang masih saja terlihat bingung.

"Enggak, kamar aku di bawah"

"Kenapa gak disini aja sih kan kamarnya gede bisa bareng" Raya mendengus kesal.

"Pak Mondy yang ngatur, udah turutin aja ya. Ya udah aku balik ke kamar dulu kamu istirahat aja" ucap Ranty dan meninggalkan kamar Raya.

Raya menghempaskan dirinya ke ranjang. Sejujurnya ia masih bingung tapi karena ia juga lelah bekerja apa salahnya liburan sekali-sekali.
Raya masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Ia keluar dengan masih menggunakan baju kerjanya. Tiba-tiba ia jadi kesal dengan Mondy, kalau saja Mondy mengatakan akan mengajaknya liburan ia pasti akan membawa pakaian tapi ini tidak ada sama sekali.

Iseng-iseng Raya membuka lemari pakaian di kamarnya berharap ada satu baju yang bisa ia kenakan. Namun matanya terperangah saat melihat banyak pakaian yang tergantung disana. Dan itu semua pakaiannya. Darimana Mondy mendapatkan ini pikirnya.

Raya mengambil satu kaos dan celana jeans selutut dan memakainya. Segera ia keluar dari kamarnya dan akan menemui Mondy.

Setelah berkeliling villa mencari Mondy akhirnya Raya menemukan Mondy yang sedang duduk di taman belakang villa ditemani Rasya. Entah apa yang mereka bicarakan tidak dapat Raya dengar.

"Ekhem" deheman Raya membuat kedua orang di depannya menoleh ke arahnya. Rasya menepuk bahu Mondy dan berjalan meninggalkan Raya dan Mondy. Rasya tahu Raya dan Mondy butuh waktu berdua.

Raya berjalan mendekati Mondy dan duduk di sebelahnya.

"Kok kamu tiba-tiba ngajak aku liburan ? Terus kenapa pakaian aku semua bisa ada disini ?" tanya Raya. Mondy tertawa wajah Raya terlihat begitu menggemaskan di matanya.

"Emangnya gak boleh kalau kita liburan ? Kamu mau aku cepat tua hah karena stress kerja terus ?"

"Ya gak gitu juga. Aku bingung aja gimana bisa pakaian aku ada disini semua, padahal kan aku gak bawa apa-apa tadi" ucap Raya.

Mondy menganggukkan kepalanya dan tersenyum miring.

"Kamu lupa kalau pacar kamu ini bisa ngelakuin apa aja yang dia mau ?"

"oh iya aku lupa, punya pacar arogan, tukang paksa, egois...." ucapan Raya terhenti saat tiba-tiba jari telunjuk Mondy sudah berada tepat di bibirnya.

"Tapi kamu cinta kan ?" goda Mondy.

Raya terdiam dan menganggukkan kepalanya. Karena memang benar ia sangat mencintai pria di hadapannya ini. Mondy tersenyum dan suasana tiba-tiba hening.

"Masalah kemarin...." Raya dan Mondy saling menatap dan tersenyum canggung saat keduanya serentak berucap.

"Kamu duluan Mon" ucap Raya.

"Ladies first"

"Aku minta maaf karena aku terlalu berlebihan marah sama kamu" gumam Raya.

"Seharusnya aku yang minta maaf sama kamu Ray, aku yang udah marah-marah sampai ngebentak kamu. Sebenarnya aku gak bermaksud buat kamu nangis, tapi aku gak bisa ngontrol emosi aku saat melihat kamu dengan Rio. Aku minta maaf yang" lirih Mondy dan mencium tangan kanan Raya yang digenggamnya.

"Iya Mon, aku udah maafin kamu" ucap Raya.

"Boleh aku tanya sesuatu sama kamu ?" ucap Mondy.

Raya mengangguk dan mempersilahkan Mondy bertanya.

"Apa yang terjadi antara kamu dan Rio dulu Ray ? Aku mohon, kamu cerita sama aku. Biar aku ngerti dan gak selalu berpikiran aneh-aneh Ray" lirih Mondy.

"Baiklah Mon" jawab Raya karena memang ia rasa ini saat yang tepat untuk Mondy mengetahui tentang dirinya dan Rio.

Flashback On

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Semua siswa SMA Tunas Bangsa keluar dari kelas dan membubarkan diri. Lima menit kemudia Raya baru saja selesai dengan catatannya. Raya membereskan buku-bukunya yang berada di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas.

"Ray, maaf ya gak bisa bareng. Aku udah di tungguin mama di depan. Aku duluan ya" ucap Reva teman dekat Raya di sekolahnya. Belum sempat Raya menjawab gadis itu telah berlari meninggalkan Raya sendiri di kelas.

Raya berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya keluar dari kelasnya. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah tarikan di lengan kirinya.

Raya tersentak dan berusaha melepas cekalan tangan Rio dari lengannya.

"Rio.. lo apaan sih ? Lepasin gue mau pulang" Raya masih berusaha melepaskan tangannya dari Rio. Tapi sia-sia tenaga Rio lebih besar darinya.

"Diam Ray ! Gue cuma mau ngomong bentar sama lo" ucap Rio yang membuat Raya terdiam. Raya tidak melawan lagi karena berpikir ia hanya akan mendengarkan Rio bicara dan setelahnya dia akan langsung pulang. Rio membawa Raya masuk ke ruang musik dan menutup pintunya.

"Yo, kenapa di tutup sih ? Lagian ngapain juga ngomong disini, di luar kan bisa sekolah juga udah sepi" ucap Raya.

Rio mendekati Raya dan mengambil sebelah tangan Raya. Raya hanya diam menunggu apa yang akan dikatakan Rio.

"Untuk yang ke-tiga kalinya Ray, gue suka sama lo dan gue mau lo jadi pacar gue" ucap Rio.

Ya, Rio memang menyukai Raya dan sudah menyatakan cintanya pada Raya dua kali sebelumnya namun selalu di tolak oleh Raya karena memang Raya tidak memiliki perasaan lebih pada Rio hanya sebatas teman.

"Gue gak bisa Yo, gue udah pernah bilang dulu sama lo kalau gue cuma anggap lo teman gak lebih karena gue juga gak punya perasaan lebih ke elo Yo. Sorry, sekarang gue mau pulang" Tanpa Raya sadari perkataannya telah membuat Rio geram dan merasa terhina. Rio adalah anak pemilik yayasan Tunas Bangsa dia kaya, dan juga tampan, semua cewek di sekolah itu bahkan berlomba untuk mendapat perhatiannya tapi Raya gadis sederhana yang malah terlihat sedikit tomboy sudah menolak Rio sebanyak 3 kali. Tentu saja itu membuat Rio emosi.

Dengan kasar Rio menarik lengan Raya yang akan melangkah melewatinya. Rio mendorong Raya hingga tersungkur ke lantai dan menjerit kesakitan karena tubuhnya terhempas ke lantai dengan kasar.

"Lo emang cewek gak tau diri Ray ! Seharusnya lo bangga kalau lo bisa jadi pacar gue, tapi apa lo dengan bego'nya menolak semua perasaan gue ke elo. Sekarang lo liat, gue bakalan kasi pelajaran ke lo dan setelah ini gue pastiin gak bakalan ada cowok yang mau ngejar-ngejar lo lagi karena lo akan gue hancurkan Raya sehancur-hancurnya" Rio tersenyum menyeringai dan tiba-tiba Raya merasa dirinya dalam bahaya. Raya tidak bodoh untuk tidak dapat mengerti apa yang akan Rio lakukan padanya.

Dengan susah payah Raya bangkit dari duduknya dan berlari akan keluar dari ruangan itu. Namun lagi-lagi Rio menarik Raya dan mendorong Raya hingga terhempas ke lantai kedua kalinya. Dengan cepat Rio kini sudah mengungkung Raya yang berada di bawahnya. Ia menahan kedua tangan Raya di samping kiri dan kanan kepalanya.

"Lepas Yo" lirihan Raya yang kini telah terisak tidak membuat Rio menghentikan aktivitasnya. Setan dan iblis kini telah merasuk dan menguasai dirinya. Rio terus menciumi wajah Raya dan kini telah beralih ke leher jenjang Raya. Raya terus berdoa di dalam hati agar ada orang yang menolongnya.

"Hiksss... Ja....ngan" Raya memberontak dan menjerit saat Rio menggigit leher bawahnya hingga menimbulkan rasa sakit. Tepat saat Rio akan menarik paksa seragam yang dikenakan Raya, dengan sekuat tenaga Raya menendang selangkangan Rio hingga Rio terjatuh ke belakang dan berteriak kesakitan. Dan kesempatan itu digunakan Raya untuk lari. Karena kesakitan dan Raya yang sudah jauh Rio tidak bisa mengejar Raya.

Raya terus berlari keluar dari sekolahnya dengan air mata yang masih mengalir deras. Saat dirasa sudah jauh dan Rio tidak mengejarnya Raya mengambil handphonenya yang sedari tadi berbunyi. Ia terkejut melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dari ibunya dan terdapat sebuah pesan masuk.

Raya menggenggam erat handphonenya dan menangis semakin kencang. Pesan dari ibunya mengatakan ayahnya kecelakaan dan sekarang kritis di rumah sakit.

Segera Raya mencegat sebuah taxi dan menuju rumah sakit tempat ayahnya di rawat. Setelah sampai Raya berlari menuju ruang ICU dan langkahnya terhenti saat mendapati ibunya meraung-raung dan ditahan oleh dua orang suster. Raya melangkah pelan mendekati ibunya.

"Ma" Seketika ibunya menoleh dan memeluk erat Raya. Raya menangis melihat ibunya begitu terpukul.

"Papa baik-baik aja kan ma ?" tanya Raya lirih. Sebenarnya hatinya sudah tak menentu sekarang, melihat ibunya yang terus menangis dan menggelengkan kepalanya. Raya melepaskan pelukan ibunya dan berjalan mendekati ruang ICU. Tangannya gemetar saat menekan knop pintu ruangan tersebut. Dan seketika dunianya menjadi gelap air matanya kembali tumpah saat melihat kain putih telah melingkupi tubuh yang terbaring kaku di atas ranjang tidur rumah sakit.

"Pa...pa" Raya menyerbu tubuh kaku dan dingin tersebut dan menangis sejadi-jadinya. Papanya telah tiada bahkan ia tidak bisa menemani ayahnya di saat-saat terakhirnya. Dan itu semua karena Rio. Andai saja ia pulang lebih awal pasti setidaknya ia bisa menemani ayahnya di saat-saat terakhirnya berada di dunia ini.

Setelah kejadian itu Raya memilih pindah sekolah ke SMA Merah Putih Jakarta. Ia tidak ingin bertemu Rio lagi. Namun semenjak kepergian ayahnya ibunya selalu sakit-sakitan. Raya lah yang menjadi tulang punggung keluarga mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan biaya berobat ibunya. Namun saat Raya lulus SMA, ibunya pun meninggalkannya seorang diri menjadi anak yatim piatu dan sebatang kara di Jakarta.

Flashback Off

Mondy mengepalkan tangannya dan terlihat begitu emosi saat mendengar cerita Raya yang kini sudah terisak kembali di pelukannya. Ia berjanji dalam hati akan menghajar Rio habis-habisan saat dirinya pulang ke Jakarta nanti.

**

Malam telah tiba, setelah menyelesaikan makan malam hasil masakan Raya dan Ranty kini mereka ber-empat sedang duduk santai sambil menonton film Horror yang dibawa Rasya. Sebenarnya Raya takut, tapi ia memberanikan diri saja.

Beberapa kali Raya berteriak histeris dan memeluk Mondy saat tiba-tiba hantu-hantu di film tersebut menampakkan diri dan mengejutkannya. Mondy hanya tersenyum dan menikmati ketakutan Raya yang membawa berkah baginya. Setelah selesai mereka bubar ke kamar masing-masing.

Mondy mengantar Raya ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamarnya sendiri.

"Kamu hati-hati ya, biasanya malam-malam ada yang sering gangguin" ucap Mondy menakuti Raya.

Raya mendengus kesal dan masuk ke kamarnya tidak ingin mendengar candaan Mondy lagi yang akan membuatnya semakin takut. Mondy tertawa puas melihat wajah Raya yang kesal.

Tepat pukul 12 malam, Raya terbangun dari tidurnya saat mendengar suara langkah kaki berjalan dan krasak-krusuk dari bawah. Ia memejamkan matanya rapat dan menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia mencoba kembali tidur namun tidak bisa. Tiba-tiba lampu di kamarnya mati dan menjadi gelap gulita.

"Aaaaaaaa........" Raya berteriak ketakutan dan segera berlari keluar dari kamarnya. Lampu di lantai dua semua mati. Dengan ketakutan yang luar biasa ia mengetuk pintu kamar Mondy yang berada di sebelah kamarnya namun tidak ada jawaban karena panik Raya membuka pintu kamar mondy dan masuk namun ia tidak menemukan Mondy di kamarnya. Raya yang ketakutan kini sudah terisak dan segera berlari menuju ke kamar Ranty dan Rasya di bawah.

Raya berteriak dan menangis di kegelapan seperti orang gila memanggil nama Mondy, Rasya, dan Ranty. Saat menuruni anak-anak tangga terakhir matanya menangkap lilin-lilin yang tersusun indah membentuk love berukuran sedang dan tiba-tiba lampu menyala dan menampakkan ketiga orang yang dicarinya berdiri di hadapannya dengan memegang sebuah kue tart besar bergambar hello kitty dan beberapa bungkus kado.

"Surprisseeeee......" ucap Ranty Rasya dan Mondy bersamaan.

"Selamat ulang tahun sayang" ucap Mondy mendekati Raya dan mencium kening gadisnya itu. Mondy menghidupkan lilin di atas kue tart dan meminta Raya meniupnya. Raya memejamkan matanya berdoa dan membuat harapan-harapan bagi kehidupannya dan meniup lilin di kue yang dibawa Mondy. Raya terharu baru kali ini ia mendapat kejutan ulang tahun setelah orang tuanya tiada. Setelah Mondy, Ranty dan Rasya pun bergantian memeluk dan mengucapkan selamat kepada Raya dan tak lupa memberi kado.

Mondy mendekati Raya yang berdiri di samping lilin berbentuk love buatannya, dan menggenggam tangan gadisnya itu. Mondy meminta Raya memejamkan matanya dan Raya pun menurut. Kemudian Mondy mengeluarkan sebuah kotak bludru berwarna merah dari sakunya. Mondy mengeluarkan liontin dari kotak itu dan mengalungkannya di leher jenjang Raya.

"Buka mata kamu Ray" titah Mondy.

Raya membuka matanya dan menyentuh benda kecil yang melingkari lehernya. Sedetik kemudian ia tersenyum haru sambil terus menggenggam mata kalung berbentuk hati tersebut.

"Terimakasih" Raya memeluk Mondy erat. Hatinya sangat bahagia. Mondy membalas pelukan Raya tak kalah erat.













Part ini panjang tapi gaje ya wkwkwk

Maafkan kalau rada-rada gak nyambung apa gimana :)

Terimakasih banyak buat yang masih mau baca, ngevote, dan comment

Continue Reading

You'll Also Like

41.4K 5.7K 34
Takdir membawa Vincent harus berurusan dengan Irene, penyanyi sekaligus aktris paling populer yang hidup dalam kepalsuan. Irene tidak bahagia dengan...
1.4M 113K 36
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
2.4M 106K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
80.1K 6.2K 40
❝Aku gak bisa janji untuk gak bikin kamu nangis, tapi aku bakal berusaha untuk bikin kamu bahagia.❞ ―𝐃𝐢𝐨 𝐅𝐢𝐤𝐡𝐚𝐫 𝐀𝐝𝐢𝐧𝐚𝐭𝐚 #4 in dokyung...