Undetected Love

By kuroshironekore

44.9K 2.4K 242

Ketika kesetaraan secondary sex telah terjadi dimana alpha tidak lagi di segani oleh dunia. Baik alpha, beta... More

Meet You
Our Bond
You're mine now!! R-??
Don't worry
I Want You
Big Brother
-Ekstra R???-
Bright and Cloudy

Just black again

3.9K 258 23
By kuroshironekore

Hitam.. Gelap... Sunyi... Hanya terdengar gesekkan udara dengan kertas dari pintu geser itu. Terdengar pelan suara isakkan pelan dibalik pintu geser itu. Anak manis itu menangisi kepergian ibunya. Juga... Nasibnya yang ditelantarkan di rumah kerabat orang tuanya. Walau dirinya masih terbilang muda. Tapi ia anak yang pintar, tahu keadaan Ayahnya masih terguncang karena kepergian matenya, sebelah jiwanya. Sedangkan kakaknya masih tinggal bersama Ayahnya untuk mengurus Ayahnya dan beberapa dokumen untuk pemakaman ibunya.

Hiks.... Hiks.... Hiks....

Tapi kenapa hanya dirinya yang dititipkan di sini. Apakah karena dirinya adalah omega? Dirinya lebih mirip mendiang ibunya... Sehingga menyakiti hati Ayahnya?. Kenapa? Ayahnya juga tidak mau menatap dirinya. Hanya kakaknya yang mau menemani dan menghiburnya. Tapi sudah seminggu kakaknya tidak lagi mengunjunginya.

Hiks... Hiks... Hiks...

Mungkin kata kakak sepupunya benar. Keluarganya telah membuangnya. Omega tidak pernah dilahirkan di keluarga ini. Keluarganya secara diam-diam dan perlahan mengusirnya dari situ. Tapi... Setidaknya sekarang ia ingin dirinya berguna. Anak itu bertekad dirinya tidak akan menjadi omega lemah yang tidak bisa apa-apa. Air mata ini adalah air mata untuk kematian ibunya dan semangat untuk tidak menyerah.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Sasuke... Dan kau siapanya?", Ucap orang misterius itu dengan nada dingin. Orang itu berhasil mengejar keduanya. Seketika tubuh Sasuke  kembali menegang dalam pelukan Naruto. Naruto menoleh ke arah orang itu dan mengatup mulutnya rapat. Dengan tajam ia menatap. Naruto menguarkan aura alphanya. Instingnya menyuruhnya melindungi omeganya dari orang itu.

"Hmmm.... Alpha?", Kata orang itu lagi dengan nada meremehkan. Matanya juga menatap tajam kedua orang itu. "Bawa Sasuke padaku. Ada yang harus kami bicarakan.", Ucapnya lagi dengan serius.

"Tidak.", Ucap Naruto ketus. Alisnya menukik tajam. Ia makin mengeratkan pelukannya. Orang itu menaikkan sebelah alisnya, seolah-olah bertanya. "Tadi kau bertanya aku ini siapanya kan? Aku ini MATEnya".

Orang itu menekuk wajahnya tidak suka. Mata kelamnya menatap tajam ke arah Sasuke. Lalu mengarahkan tatapannya ke wajah Naruto mencari kebohongan. Nihil. Orang itu mendesah panjang. "Kau tahu Sasuke... Kali ini kau membuat masalah yang cukup besar.", Ucapnya dengan nada dingin.

"Hei apa maksudmu?! Dan siapa kau?!", Kata Naruto setengah berteriak. Ia cukup kesal dengan dirinya sendiri. Di sini, saat ini ia tidak bisa apa-apa. Hanya sebagai orang luar yang tidak tahu apa-apa. Rasanya dadanya sesak menyadari hal itu. Sasuke menundukkan kepalanya dalam diam.

"Sasuke... Kau mendengarkanku? Apa perlu—"

"JANGAN!! Obito-nii-san... Tidak..  Cukup..  Aku mohon...", potong Sasuke cepat tangannya tadi meremas baju Alphanya perlahan melepaskannya. Sasuke mengangkat kepalanya dengan alis yang menukik tajam dan mata kelamnya berlapis kaca.

"Kalau begitu... Ikut aku sekarang, ia hanya menanyakan keadaanmu, yah mungkin karena libur kemarin kau tidak kembali Sasuke.", Perintah orang itu sambil menatap Naruto tajam. Sasuke masih terdiam di sebelah Naruto.

"Kau mau membawanya ke mana?! Hah?!", teriak Naruto frustasi.

"Terserah ke mana. MEMANGNYA KAU TAHU APA HAH?! JANGAN SOK MENJADI PAHLAWAN! APA YANG KAU BISA? ITU HANYA MENAMBAH MASALAH!!" Balas Obito dengan berteriak.

"KAU KET—"

"Naru. Cukup.", potong Sasuke cepat tanpa menoleh ke arah Naruto, pandangannya kosong, dingin, dan menyayat. Naruto menoleh ke arah Sasuke. Ia menggertakan giginya dan mengepalkan kedua tangannya erat. Dan dengan cepat membuang mukanya ke sembarang arah.

"Heh! Sasuke apa yang kau tunggu? Ayo cepat, jangan buang waktuku lebih lama lagi.", Ucap orang itu sekilas senyum terukir di wajahnya yang sebagian tertutup topeng. Obito membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah.

"Naru.. maaf...", bisik Sasuke tepat sebelum ia melangkah meninggalkan Naruto dan mengikuti Obito. Naruto masih belum beranjak dari tempat ia berdiri, sampai kedua orang itu menghilang di lalu-lalang orang banyak di jalan raya.

"SIALLAANN!! BRENGSEK!! ARGHH!", Teriaknya kesal setengah mati. Ia menggosok gusar rambut kuningnya. Ia benar-benar tidak bisa apa-apa. Salah mengambil langkah bisa-bisa terjadi hal buruk pada omeganya. Orang itu menatap dirinya dengan penuh waspada dan tekanan aura alpha yang sangat kuat.

Mengancamnya secara keseluruhan. Tapi orang itu juga berbahaya bagi omeganya. Naruto kembali mendecih frustasi. Kali ini ia perlu menenangkan dirinya. Pertama-tama kumpulkan informasi. Ya, informasi minimal tentang keluarga Sasuke. Kalau tidak salah Neiji pernah berkata Sasuke itu berasal dari kalangan yang terhormat.

Itu berarti keluarganya cukup terkenal. Tapi rasanya ada suatu hal yang menjanggal. Kenapa Sasuke diperlakukan seperti seolah-olah sangat dibenci—bukan sepertinya memang dibenci. Yosh... Sekarang bukan waktunya berleha-leha. Naruto dengan cepat melangkahkan kakinya pergi. Ia harus cepat menemukan pasangan yang baru mempunyai puteri itu.

Karena hanya mereka yang berasal dari kota konoha selain Sasuke. Sementara Shikamaru dan Kiba sama seperti dirinya, pergi ke kota lain untuk mencari suasana yang baru. Yah, ini sangat baru.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Rumah besar bergaya tradisional khas jepang itu berada di pinggiran kota Konoha. Daerah sekitar situ terkenal dengan daerah yang elit. Sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam itu masuk ke rumah itu melewati gerbang yang besar dengan ukiran lambang kipas hampir menyamai ukuran gerbang itu.

Setelah melewati Taman yang cukup luas. Mobil itu berhenti tepat di depan kediaman utama. Beberapa pelayan perempuan dan laki-laki mengenakan yukata dengan warna yang sama berdiri berjajar  di depan pintu masuk. Hampir semua pelayan di kediaman ini adalah beta yang terlatih khusus dan hanya beberapa yang alpha. Sasuke dan Obito keluar dari mobil sedan itu. Mereka perlahan berjalan ke arah para pelayan itu. Salah satu pelayan mendekat ke arah Obito

"Tuan, Tuan Besar sudah menunggu di ruang utama.", Bisiknya pelan sambil menundukkan kepalanya.

"Baiklah, sampaikan aku dan 'ini' akan segera menemuinya, sekarang.", Perintah Obito dengan nada tegas.

"Ha'i. Permisi tuan.", Ucap pelan pelayan itu sambil undur diri.

Obito memberikan isyarat kepada Sasuke untuk segara mengikuti langkahnya. Omega itu langsung mengerti dan segera mengikuti sepupunya masuk ke dalam rumah itu. Dengan langkah berat Sasuke memasuki rumah itu. Ia berusaha mempasifkan wajahnya. Sementara jantungnya telah berlomba.

Lorong tiap lorong mereka lalui sampai mereka tiba di pintu geser yang memiliki kertas bermotif khusus dan rumit. Pintu besar itu di jaga oleh dua orang pelayan. Obito mendekatkan diri ke salah satu pelayan agar di bukaan pintu dan memberitahukan kepada orang yang berada di dalam bahwa ia telah datang.

Sasuke melirik keluar. Jendela bundar besar itu dibiarkan terbuka. Angin malam yang dingin masuk tanpa permisi. Membawa sedikit kelopak helaian bunga sakura. Langit tak terasa menjadi hitam. Taburan bintang menghiasi kelamnya malam. Rembulan menggantung di atas langit menyerupai sabit yang tajam. Merobek kenangan yang ditutup rapi oleh omega itu. Sasuke menelan pahit.

"Sasuke.", panggil Obito cepat. Sasuke langsung menoleh dengan cepat. Dalam diam ia mengambil nafas yang panjang. Lalu dengan berat melangkah mendekati sepupunya dan masuk ke ruang itu.

Keduanya masuk ke ruangan itu. Gelap. Sunyi. Hanya seberkas cahaya dari pantulan Bulan yang masuk menerangi ruangan itu. Wewangian rempah-rempahan menyeruak memenuhi ruangan itu. Bunyi derit gesekkan kayu dan kertas terdengar. Cukup lama hening menguasai.

"Kakek Madara... Ini Obito, bersama dengan Sasuke.", Ucap Obito memecah keheningan.

"Hooo... Akhirnya kau bisa membawanya? Mana Sasuke?", Balasnya dengan nada dingin.

"Saya di sini kakek.", Jawab Sasuke cepat. Madara langsung menoleh ke Sumber suara. Mata sipitnya memperhatikan dari atas ke bawah. Tatapan dingin masih dilontarkan oleh Uchiha tua itu.

"Hmmm... Sasuke, kau tahu kenapa aku memanggilmu kemari?", Tanya Madara.

"Tidak.", Jawabnya cepat.

"Tidak? Kau... Tidak tahu? Apakah karena terlalu lama kau tinggal diluar sana kau lupa dengan pemikiran seorang uchiha yang terhormat? Atau mungkin darah omegamu yang...", Kata Madara dengan tatapan dingin tak suka.

"Bukan kek. Omega manis kita ini ternyata telah menemukan matenya. Dan sepertinya ia Alpha yang cukup tangguh.", Ucap Obito menerangkan,  senyum licik tipis menghiasi wajahnya.

"Hohohoooo... Benarkah itu? Sepertinya kita harus mengapresiasi usaha omega kecil kita kali ini. Karena telah menemukan tempat perlindungan yang baru kau jadi seperti ini? APAKAH KAU PANTAS MENJADI BAGIAN DARI UCHIHA? KAU TAHU LIBUR MUSIM DINGIN ADA UPACARA PENTING! KENAPA KAU MANGKIR TIDAK DATANG, HEI SASUKE UCHIHA?!", Ucap Madara dengan emosi.

Sasuke menundukkan kepalanya dan menggigit bibir bawahnya. Celaka. Waktu itu heatnya datang dan ia lupa meminum obat penekannya. Ini murni kecerobohannya. Kakeknya itu pasti tidak akan menerima alasan macam itu. Karena dalam keluarganya memang tidak pernah ada omega yang lahir. Dirinya bagi seluruh anggota keluarga adalah aib dan kutukan. Mahkluk yang kotor.

Dulu ibunya yang melindungi dari ancaman dan makian anggota lain. Ayahnya juga dulu melindunginya. Kakaknya juga sangat menyayanginya, demi menempatkan Sasuke di rumah utama dengan tujuan melindunginya dari anggota yang lain. Itachi rela mendapat didikan yang lebih keras dan menjadi 'sempurna' di mata Kakeknya.

Tapi di sini tanpa di ketahui kakaknya Sasuke juga mendapat perlakuan yang tidak baik. Dididik dengan sangat keras. Dihina dan dicemooh oleh kakeknya sendiri dan sepupunya. Dikurung. Tidak boleh bergaul dengan siapa-siapa. Menjadi boneka manis yang dipermainkan.

"Sasuke... Kau masih punya telinga dan mulut... JAWAB PERTANYAANKU!!" Teriak Madara kesal. "Hooooo... Kau tidak menjawab pertanyaanku karena Alphamu yang menyuruhmu? BEGITU HAH?! SASUKE!".

"TIDAK! bukan... Ia sama sekali tidak tahu dengan keluarga ini... Waktu itu... Itu.. Benar-benar kesalahanku...", Jawab Sasuke pelan. Ia menaik nafas panjang. "Aku... Melupakan acara itu...", Ucap Sasuke sambil menutup matanya, tanpa sadar ia mengepalkan kedua tangannya erat.

"Heh! Melupakan? LUPA? APA ITU YANG AKU AJARI KEPADAMU?! KAU BENAR-BENAR!!"

"kakek tenang dulu.. Jaga emosimu...", Kata Obito sambil mendekati Madara.

"Obito... Sepertinya kita harus mendidiknya ulang... Bawa dia ke tempat itu!", Perintah Madara sambil menunjuk Sasuke dan tatapannya makin dingin. Tiba-tiba Sasuke makin menegang. Tempat itu. Keringat dingin mulai bercucuran. Ingatan pahit mulai berputar di kepalanya.

"Baiklah, kek.", Jawab Obito cepat. Sasuke baru mau protes mengeluarkan suaranya tapi Obito dengan cepat menyeretnya keluar dari ruangan itu.

"AP—TIDAK! jangan... Lepaskan! KAKEK!!", Teriak Sasuke tepat sebelum pintu geser itu ditutup dengan rapih.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Rumah berlantai dua dengan atap merah itu terletak di daerah perumahan. Bergaya semi-modern. Sebagaian tetap mempertahankan gaya khas Jepang. Kompleks perumahan yang cukup sepi. Cocok dengan pasangan ini yang tenang, jadi tak heran mereka memilih daerah yang terbilang sepi ini.

Di hari sibuknya, akhirnya hari ini Naruto bisa mengajak pasangan itu untuk berbicara. Bukan sekedar berbincang. Dengan alasan mempunyai bayi, mereka mengajak Naruto untuk ke rumah mereka. Jadwal mereka padat. Lihat langit sudah berwarna jeruk saat mereka sampai ke rumah itu.

Braaakkkkk....

Meja kayu itu dipukul keras oleh Naruto. Setelah dijamu makan, Naruto memutuskan membicarakannya. Dan kenyataan yang tidak masuk akal ia dapatkan.

"Apa-apaan itu?!", Kata Naruto setengah teriak.

"Itulah kenyataannya Naruto. Memang aturan pemerintah banyak disetujui dan diterima masyarakat, tapi tetap saja ada yang berontak.", Ucap Neiji tangannya yang ada di meja mengepal erat.

"Tapi perlakuan dan pandangan keluarganya sangat merendahakan omega! Hanya... Hanya karena Sasuke terlahir menjadi omega satu-satunya di keluarga itu! Khh... Tidak masuk akal....", Ucap Naruto pelan sambil menundukkan kepalanya.

"Naruto... Aku tidak tahu bagaimana kau dididik dan lingkunganmu tinggal. Tapi terimakasih atas perhatianmu tentang omega. Tapi didaerah ini, kota Konoha ini, omega masih dipandang rendah. Tidak seburuk keluarga Uchiha. Tapi tetap saja...", Jelas Gaara, air mukanya mengeras. Tangannya sibuk menggendong puterinya tidur.

"Waktu kecil ibunya yang melindungi Sasuke. Beliau orang yang sangat baik.", Kata Neiji sambil melipat tangannya. "Ia juga punya kakak yang selalu memperhatikannya.". Neiji menghela nafasnya.

"Sampai kejadian itu... Merenggut semuanya...", Tambah Neiji sambil menutup matanya. Gaara menatap nanar pasangannya. Naruto menggertakkan giginya. Kesal. Hening, ketiga orang itu memilih menutup mulut mereka. Menenangkan perasaan yang berkecambuk.

"Setelah kejadian itu selang beberapa waktu. Keluarga intinya memilih memfokuskan pada bisnis di luar kota dan menitipkan Sasuke pada keluarga utama. Aku kenal dekat dengan kakaknya, Itachi. Sebelum ia pergi... Ia memintaku untuk mengawasi Sasuke..", Kata Neiji panjang lebar.

"Tu—berarti selama ini kau melaporkan segalanya pada—". Naruto menutup mulutnya dengan sebelah tangan dan tak kepercayaan terpampang jelas di wajahnya dengan tidak elitnya. Neiji hanya tersenyum miring.

"Yah, harusnya ini tidak usah aku katakan, tapi katanya ia akan segera menemui kalian berdua. Memastikan.", Ucap Neiji dengan menekankan pada kata terakhir. Naruto hanya bisa diam sambil berfacepalm-ria. Gaara tersenyum tipis. Setidaknya ini cukup mencairkan suasana tadi.

"Sudah, cukup. Sekarang waktunya tidur. Naruto kau menginap saja, besok libur kan?. Aku yakin beberapa hari terakhir kau sibuk mencari dan memikirkan Sasuke sampai lupa kesehatan sendiri.", Kata Gaara menatap prihatin. Sementara orang yang dimaksud hanya menyengir.

Terlihat jelas kantung mata di bawah mata itu. Rambut yang urakan. Serta raut muka yang kusut. Hmm... Hancur sudah imagemu Naru—Bodoamat oey!. Penampilan yang kacau itu tidak luput dari perhatian Gaara. Sebagai omega, ia sangat perhatian dengan teman-temannya.

"Terimakasih, Gaara, Neiji.", Ucap Naruto dengan senyum cerahnya. Kedua orang itu hanya melempar senyum tipis.

Malam itu, Naruto bermalam di tempat pasangan itu. Tubuhnya lelah. Ia benar-benar istirahat. Dalam hatinya paling dalam ia mengharapkan Sasuke baik-baik saja. Setidaknya, perlakuan yang diberikan keluarganya melunak sedikit. Walau terdengar mustahil. Naruto menyunggingkan senyuman pahit.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Gelap. Sesak. Kosong. Sendirian. Ruangan yang beralaskan tatami itu tetap terasa dingin. Padahal hanya ada lubang kecil untuk ventilasi udara. Dinding berlapis kertas putih itu cukup menjadi sandaran. Tubuh lelah itu meringkuk. Dirinya cukup kedinginan dan kesepian. Bagaimana tidak? Hanya diperkenankan mengenakan selapis yukata tipis berwarna hitam dan tidak diperkenankan menghubungi teman-temannya, serta Matenya.

Mata kelamnya menatap kosong. Kertas putih itu seakan mengalihkan pandangannya. Putih. Tak berwarna. Rasanya ada warna yang hilang. Kenyataan yang menampar cukup keras. Setelah berbagai macam warna datang. Kini hilang. Sepi. Omega cantik itu menekuk lututnya menyembunyikan wajah cantiknya.

"Naru...", Panggilnya lirih. Hatinya terasa teriris. Matenya, alphanya tidak ada di sini. Menemaninya.

"Naru... Hiks...". Air mata mulai membasahi wajahnya. Sakit, jika memanggil orang yang paling dikasihi. Berharap ia mendobrak dinding ini dan membawanya kabur dari segala yang ada di sini. Khayalan. Ya, memang tapi wajar karena rindu mulai menggerogoti hati ini. Sedikit berlebihan tidak apa-apa.

Entah sudah berapa hari Sasuke di ruangan itu. Hanya kakek, Obito, dan berapa pelayan yang mengantarkan makan yang datang 'mengunjungi'nya. Apa yang diberikan Kakek dan Obito hanyalah aturan tata karma dan aturan-aturan lainnya. Sisanya... Cacian, hinaan, dan maki.

Hanya kau lemah, tidak diperhitungkan, diabaikan, dan aib. Berakhir menjadi samsak 'pelepas stres' bagi keluargamu sendiri. Tidak adil. Hidup memang tidak adil. Entahlah, salah siapa. Tapi setidaknya berjuanglah untuk dirimu sendiri. Usahamu sendiri yang membawamu keluar dari situ. Bukan orang lain. Baik secara terhormat atau tidak.

Sasuke, ia berusaha mendapatkan kebebasan itu. Tanpa bantuan siapapun. Ia harus membuktikan dirinya tidak seperti yang dipikirkan Keluarganya. Tapi untuk sekarang dirinya lelah. Bolehkah ia istirahat sejenak? Menghilang untuk beberapa waktu.

Dirinya terlihat lemah?. Heh... Biarlah... Kali ini ia ingin mengeluh. Memangnya ia tidak boleh menunjukkan sisi lemahnya? Tidakkah lelah?. Manusia itu juga punya titik jenuh. Termasuk Sasuke. Wajar saja kali ini ia terlihat lemah. Silahkan berpendapat apa pun. Karena tidak satu pun orang yang mengetahui perjuangannya.

Omega cantik itu menghela nafas panjang dan menutup manik onxynya. Ia perlu menjernihkan pikirannya. Dan mulai menyusun ulang rencana kaburnya. Seperti pemikiran alphanya, Sasuke sangat pandai melarikan diri. Selama ini ia mengamati setiap sudut ruangan dan sifat-sifat orang di rumah ini. Mencari celah. Untuk kabur di saat-saat seperti ini.

Drap... Drap... Drap....

Suara langkah kaki mendekat. Sasuke menatap tajam bayangan yang terpantul dibalik pintu geser itu. Meneliti siapa yang datang. Kakeknya? Obito? Ah... Pelayan wanita... Pelayan itu mengenakan yukata lengan panjang. Sabuk obinya terpantul jelas dari bayangan pintu geser. Tapi wanita? Kenapa? Setiap ia dikurung ditempat ini, Sasuke tidak pernah dilayani oleh pelayan wanita.

Greeeek.....

Pintu geser itu dibuka sedikit oleh pelayan itu.

"Sasuke-sama. Tuan besar ingin bertemu anda. Beliau menunggu di ruang latihan.", Ucap pelayan itu pelan tanpa beranjak dari tempat itu. Sasuke menautkan kedua alisnya. Kakek ingin bertemu dengannya? Malam-malam begini?.

"Baiklah.", Jawab Sasuke sambil bangun dan berjalan menuju pintu geser itu. Setelah melewati pintu geser, Sasuke menatap asing pelayan itu. "Kau... Orang baru..", Ucap Sasuke. Itu lebih mengarah ke pernyataan daripada pertanyaan.

"Ha'i. Hari ini saya baru diterima sebagai pelayan baru yang mengurusi bagian dapur. Tapi malam ini saya menggantikan pelayan yang biasa mengurusi anda. Pelayan itu terpeleset saat membersihkan kamar mandi.", Kata pelayan wanita itu dengan menundukkan kepalanya. Sasuke hanya mendengus. "Mari ikuti saya, Sasuke-sama."

"Sebelum itu aku ingin ke toilet.", Ucap Sasuke cepat dengan nada datarnya.

"Eh?..... Ba-baik—"

"Kau tunggu di sini saja, toiletnya ada di ujung lorong ini.", perintah Sasuke sambil berjalan melewati pelayan baru itu. Pelayan itu hanya bisa mengangguk pelan dengan rona merah di wajahnya. Sasuke tersenyum miring. Mungkin keberuntungannya, pelayan itu masih baru. Ia tidak tahu bahwa aturan ketat harus mengawasi Sasuke dan mengikuti Sasuke ke mana pun. Termasuk ke toilet? Mmmm luar biasa keluarga ini.

Tanpa membuang kesempatannya Sasuke dengan cepat melepas ventilasi di kamar mandi itu. Tidak ada suara berisik. Yah dulu ia pernah kabur dengan merusak ventilasi dan dengan cara lainnya. Jadi wajar keluarganya melakukan pengawasan ketat terhadapnya. Ckckck dasar tukang kabur—biarin. Lubang ventilasi itu cukup lebar. Tubuh ramping Sasuke dengan mudahnya melewati celah itu.

Tap...

Sasuke mendarat dengan mulus. Kini ia berada diluar. Tepatnya halaman belakang. Gelap. Di daerah ini jarang pengawas yang berlalu-lalang. Omega cantik itu berjalan dengan hati-hati kearah semak-semak dan di belakangnya terdapat tembok. Sasuke kembali mengembangkan senyum. Lubang itu belum di tutup. Dengan cepat ia keluar dari rumah itu lewat lubang itu.

Rencana kaburnya sukses. Pelayan itu pasti disalahkan karena membiarkan dirinya kabur. Sasuke berlari tanpa menggunakan alas kaki. Pergi. Dan kembali ke tempatnya. Persetan dengan tatapan aneh orang-orang. Yang penting dirinya bebas.

Sasuke tengah berlari di dinginnya malam. Entah berapa lama, tapi kakinya mulai terasa sakit. Di jalanan dengan menggunakan pakaian tipis. Tiba-tiba ada mobil hitam menghentikan langkahnya. Sorot cahaya dari mobil itu menyilaukan penglihatannya. 'Sialan...' batinnya kesal. Apa semudah itu dirinya ditemukan?.

Seseorang keluar dari mobil itu. Sasuke membeku di tempatnya. Tidak percaya.

"Kau...."

Pelayan itu kebingungan. Sasuke sudah cukup lama berada di dalam toilet. Perasaan tidak enak menghampiri pelayan itu. Dengan kekhawatiran yang memuncak ia mendobrak pintu toilet itu. Jangan heran tenaganya cukup membelah kayu dengan tangan kosong. Ya, pelayan wanita itu adalah seorang alpha. Dari tadi ia berusaha tidak menatap tuannya. Ia belum bisa mengontrolnya. Dan Sasuke mengetahuinya karena itu ia memanfaatkannya.

Kosong. Mata pelayan itu melebar. Wajahnya memucat. Dengan cepat ia berlari ke tempat Madara. Ia harus memberitahu bahwa Sasuke telah kabur!. Pelayan itu merutuki kecerobohannya. Pasti tiada ampun baginya membiarkan orang itu kabur.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Naruto melangkah berat pulang ke apartemennya. Sudah hampir dua minggu Sasuke tidak kembali. Ia juga tidak menghubunginya sama sekali. Bahkan masuk kuliah saja juga tidak. Naruto mengacak kasar surainya. Manik birunya menatap suram. Harusnya ia tetap memegang tangan Sasuke. Tidak membiarkannya dibawa oleh orang itu. Aaarrghh! Shit!!.

Naruto menghela nafas panjang. Ia menaikki tangga apartemennya. Kenapa terasa berat melangkah?. Mungkin kerinduannya telah menguasai dirinya. Kecemasan menyesakkan dadanya. Akhir-akhir ini Naruto sering memikirkan yang tidak-tidak tentang Sasuke. Ia tidak bisa tidur dengan tenang.

Angin malam berhembus dengan kencang. Membuat Naruto mengingat kejadian yang membuatnya menjadi dekat dengan omeganya. Tanpa sadar senyum tipis menghiasi wajahnya. 'Aahhh... Sasuke.... Kau di mana? Kau baik-baik saja kan? Aku... Aku sangat merindukanmu...' batin Naruto miris. Tangannya meremat dadanya.

Naruto menutup matanya. Menghentikan langkahnya dan menghela nafas panjang. Ia tidak boleh memikirkan hal-hal yang buruk. Sasuke adalah omega yang kuat. Ia yakin itu. Setelah menetralkan pikirannya Naruto melanjutkan langkahnya. Pulang ke tempatnya. Makan, mandi, lalu tidur. Baru Naruto berbalik berjalan ke tempat tinggalnya. Ia dikejutkan oleh seseorang.

"Yo.. Naruto.", Sapa orang itu dengan tenang. Berbeda dengan Naruto yang cukup kaget.

"Ka-Kakashi-sensei?", Ucap Naruto tidak percaya. Dosen yang sering memakai masker dan berambut perak itu. Kenapa berada di depan kediamannya? Tu—.

"Bisakah kau membuka pintu apartemenmu, Naruto? Aku cukup lama menunggumu kembali ke sini.", Kata Kakashi cepat dengan nada serius. Naruto menatap tajam dosennya itu.

"Setelah ini sensei berhutang cerita padaku! Lagi pula sensei itu seorang Alpha aku yakin kau akan terserang demam.", Keluh Naruto kesal sambil berjalan cepat. Lalu dengan cepat membuka pintu rumahnya. Kakashi hanya tersenyum dibalik maskernya itu.

"Yah kau benar. Tapi jika aku tidak memintamu membukakan pintu rumahmu....", Kata Kakashi pelan lalu masuk ke dalam mengikuti Naruto. 

"Aku benar-benar tidak mengerti dan percaya. Sebenarnya apa pekerjaanmu sensei?", Ucap Naruto yang tiba-tiba keluar dari kamarnya membawa selimut tebal. Wajahnya benar-benar ditekuk kesal.

"Hmmmm.... Entahlah mungkin bisa dibilang agen ganda.", Jawab Kakashi dengan tenang. Naruto hanya mendengus mendengar hal itu. Ia tahu gurunya tidak main-main. Melihat tindakan gurunya. Ya, memang agen ganda yang mulai menunjukkan taringnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
or
😪😪😪😪😪😪😪😪😪
😧😧😧😧😧😧😧😧😧

Haaaaalllloooowwww kuro balik lageeehhh ada yang kangen? Ga? Oke.... *pundung dipojokan* gapapa aku gapapa... Maafkan aku updatenya lama diiiikaaaarreeennaaakkkaaannnnnnnn.....

Jeng... Jeng.... Jeng....

Aku ospek fakultas  🙌🙌🙌 horraaayyy ciee tuaaaa ciieee... Hiks... Sekedar info sekarang aku mahasiswa tingkat 2 heheheheeee.... Iya tua iya tau.... Udah...

Lah kak kok ospek lagi? Tahun lalu itu ospek angkatan... Sekarang ospek fakultas kek penyambutan karna secara resmi masuk ke fakultas 😣😣😣 yang engga ngerti gapapa jangan dipaksakan wkwkwk...

Dah balik lagi... Gimana ceritanya? Gaje? Aneh? Hiks... Maafkan... Aku engga mau bikin konflik yang berat" banget.... Chap depan akan kuungkap sedikit misteri di sini kheheheheheheee...

Maaf sifat jahilku lagi kambuh wkwkwk... Bagi yang penasaran ama engga ngerti maaf ya.... Nanti aku ungkap pelan". Ingatkan saya! 😅😅😅 soalnya aku pelupa banget kadang ide yang bagus lupa aku tulis jadi bikin ulang lagi... Maklum yah... Tua... Hiks...  *pundung*

Terimakasih yang sudah vote sama komen aku cium satu-satu  😘😘😘😘😘 kalian benar-benar penyemangatkuuuu lopp yuuhh dan yang sudah membaca terimakasih mau baca cerita aneh ini :""))

Thaaaannkksss aallll

Seperti biasa aku tunggu respon dulu sebenernya chap depan sudah aku susun tinggal ketik aja hohohohooo... Semangat semuanya!

Ja naaaa.

kuroshironekore

Continue Reading

You'll Also Like

45.1K 7K 38
Rahasia dibalik semuanya
73.1K 7.4K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
150K 15.2K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
124K 8.9K 56
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote