Ice Cream➖TaeGi [Discontinued]

By cumibakarrrr

51.6K 5.5K 619

Segala afeksi Kim Taehyung. Es krim memang terlihat dingin, tapi coba kau kenali, pahami, rasakan. Kau akan... More

PROLOG
01
03
04
05
06
07
08
aku berpikir
i'm sorry but you have to hear this.

02

5.4K 713 76
By cumibakarrrr

TaeGi
[ e s - g o y a n g ]

Warning : OOC

.

.

.

.

.

.

Taehyung akui, dia tidak pandai merayu. Sekalipun itu pada Yoongi kekasihnya sendiri, tidak pernah. Dan sekarang Taehyung kebingungan, Yoongi tak ada kabar selama tiga hari pasca makan siang waktu itu, dan juga dirinya terlalu dibutakan oleh pekerjaan hanya untuk sekedar mengabari Yoongi. Betapa parah dirinya, pria macam apa? Dia melupakan total si manis kesayangannya selama tiga hari penuh dan baru ingat ketika pulpen dalam genggaman jatuh ke lantai dan berguling jauh, biasanya Yoongi yang akan mengambilkan untuk Taehyung.
Sekarang sosok itu sedang tak ada dalam pandangannya.

Sekedar menelpon nya saja tidak.

Pertengkaran mungkin bukan sekali dua kali, sudah sering terjadi. Tapi untuk kali ini, baru pertama kali.

Taehyung sangat rindu Yoongi. Cerewet-nya, tukang ngambek penyuka beruang bodoh.

"Nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan"

"Yoongi kamu kemana sih?"

50 kali Taehyung coba menelpon, dan 100 pesan singkat sudah dilayangkannya dari smartphone. Tapi tak ada satupun dari mereka yang direspon. Setelah sedikit berpikir—hal yang jarang Taehyung lakukan karna dia adalah tipe pemikir—meraih kunci mobil dan berjalan terburu keluar ruang kerja, mengabaikan berbagai pertanyaan dari para karyawan dia mau pergi kemana karna akan ada meeting sepuluh menit lagi dengan klient Australia.

"Tolong diurus, tunda selama dua jam. Ada hal yang lebih penting."

Audi A7 melesat pergi dari pelataran Kantor besar Kim Corp.

.

.

.

.

.

Kelopak tertutup itu mulai mengkerut, merasakan refleksi sinar matahari membelai wajah manisnya. Yoongi tahu rasa dari hangatnya pancar matahari, pasti bukan lagi pagi saat ini, karna terasa lebih terik dan menyengat. Padahal dia sudah berniat untuk berleha-leha seharian dan menyerahkan segala hal pekerjaan dibutik pada Jungkook, biasanya sang Bunda tidak akan membuka gorden jika Yoongi tidak niat bangun pagi.

Suara serak khas orang bangun tidur pun menyapa udara hening kamar yang masih terasa sejuk, "Siapa sih yang buka?"

Merasa malas hanya untuk sekedar menutupi jendela, tubuhnya berbalik ke kanan guna menghindari pancaran sinar dan melanjutkan mimpi dimana dirinya dan Kumamon tercinta sedang membuat istana pasir dipantai sebelum netra nya masih samar-samar menangkap sosok sempurna tengah menatapi dirinya dari iris tajamnya.

"Bangun snowhite."

"Tae?!"

Yoongi langsung sadar sepenuhnya, dengan posisi duduk menatap horor Taehyung yang masih tiduran dengan santai diatas kasur. "Selamat pagi, atau siang?" Ucap Taehyung dengan wajah datar, seperti biasa.

"Ngapain disini?" Ucap Yoongi dengan cemberutan yang nampak imut, kesal dalam keadaan masih agak mengantuk seperti sekarang dan Taehyung manusia yang malas untuk ia temui belakangan menginterupsi hobinya kini. "Keluar, nanti Ayah tahu kamu dikamar aku, habis kamu!"

"Ayah Namjoon mengizinkan." Balas Taehyung acuh, membenarkan rambutnya yang agak acak-acakkan beserta jas kerja dengan gestur menawan. Ugh, Yoongi benci mengetahui kenyataan bahwa Kim Taehyung begitu mempesona.

"Hah?"

"Dengar, aku cuman punya lima menit." Taehyung beringsut mendekat dan Yoongi tentu refleks mundur, tidak baik ada dalam jarak kurang dari semeter saat sang Ayah, tuan besar Min Namjoon sedang ada dirumah dengan kacamata bulatnya bersila kaki diatas sofa dengan secangkir kopi pahit mengawasi gerak gerik mencurigakan mereka lewat CCTV. Dan tidak perlu ada kamera pengawas tertempel disisi tersembunyi kamar putra manis kesayangannya, sebuah radar dalam otakknya seperti sebuah alarm kebakaran ketika merasa sedikit saja Yoongi terancam.

Ingat? Namjoon overprotektif. Bahkan agen CIA mungkin tak bisa mengalahkan kekuatan mata-mata dari seorang Ayah kepada anakknya tercinta.

Dan Taehyung sampai disana, bukan berarti tanpa perjuangan berat. Dan kini dia hanya punya lima belas menit dengan Yoongi, walau hanya tersisa lima menit untuk menunggu si manis terbangun dari tidurnya. Taehyung tidak bisa memaksa Yoongi terbangun, tidak. Itu hanya alibi. Kapan lagi menikmati kecantikan sang kekasih saat dia masih terlelap disebelahmu? Mungkin Taehyung akan melihatnya lagi setelah mereka menikah.

Ya, kalau itu terjadi...

Taehyung mengangguk, tak lagi bergerak karna masih sayang pada dirinya sebelum Ayah Namjoon menendangnya mentah-mentah tepat dibokong keluar kediaman keluarga Min.

"Maaf."

Dahi si manis mengkerut sedikit tak paham, sebelum ingatan berputar pada terakhir kali dirinya bertemu Taehyung. Dan sekarang, Yoongi ingat.
"Kamu minta maaf mulu, abis itu diulang? Gitu aja terus ampe Hoseok gak jomblo lagi..."

Kalian mungkin tak sadar, seseorang dari balik luasnya kota Seoul, disalah satu tempat, sedang tersedak makan siangnya. "Hoseok minumlah, kamu bisa mati tersedak!" Salah seorang teman berlirih khawatir.

Taehyung memijat pelipis, tiga menit lagi harus pergi dari sini atau Namjoon dengan senang hati menyeretnya kelantai bawah, diraihnya tangan Yoongi, menempelkannya pada kening seraya memohon ampun dengan sangat. Dalam keheningan.

"Nga-ngapain sih?" Taehyung mengangkat kepalanya, tatapan tajam itu seakan blur, Yoongi tidak bisa membaca apapun dari balik sinar gelap Taehyung, terlalu rumit terlebih dia memang bukan tipe manusia yang ekspresinya gampang ditebak. "Aku sungguh Yoon. Jangan ngambek lagi, hm?"

Mata Yoongi melembut, dia baru sadar kalau wajah Taehyung semakin jelek saja. Muka yang terlihat kering dan bibir pecar terlalu lama dalam ruangan dingin, juga lihat kantung mata menghitam begitu kontras sekali diwajah pucatnya, ah belum lagi kerah dasi yang kemana-mana.  Taehyung pasti sibuk, pusing, dan dia menambah beban pikiran hanya karna sebuah keegoisan? Yoongi mungkin berhak marah, tapi Yoongi tidak berhak egois.

Taehyung tersenyum seraya terus mengusapi kulit pipi lembut Yoongi, menghantarkan seluruh perasaan maaf dalam sentuhan sederhana. "Maafkan aku," Karna pada dasarnya, Taehyung bukan orang yang suka mengulang kalimat. Apalagi tersenyum.

Jadi jika itu terjadi, lubuk hatinya pasti begitu merasa bersalah.

"Iya... Tapi, jangan sibuk terus dong. Kasian sama diri kamu sendiri." Yoongi mengenggam tangan besar Taehyung yang sibuk mengurai rambutnya telaten. "gak ngaca ya? Kamu tuh makin jelek tau."

Si manis langsung menjatuhkan diri kedada bidang Taehyung yang merentangkan tangan, menawar sebuah pelukan hangat seraya tertawa lebar mendengar kembali ocehan pacar manisnya, padahal hanya tiga hari, tapi rasanya begitu lama sekali.

Padahal sih, Taehyung tetap tampan. Hanya saja retina Yoongi terlalu sering mengkonsumsi keindahan duniawi seperti itu.

"Masih jelekkan kamu yang manyun-manyun terus—aduh!" Yoongi mendongkak sensi, mencubit kesal hidung bangir Taehyung hingga terlihat seperti orang sedang flu, memerah.

"Aku gak jelek, jelekkan kamu! Pokoknya kamu paling jelek!"

"Kamu."

"Kamu!"

"Kamu."

"Kim Taehyung!"

"Min Yoongi."

"Kalian berdua." Keduanya sama-sama menoleh pada sumber suara horor didepan pintu kamar yang terbuka, Ayah. Min Namjoon menatap datar keduanya dari balik kaca mata kebesarannya. Mengintrogasi jiwa-jiwa muda yang sedang dalam moment romansa, dasar. "Kim, waktumu habis, silahkan pergi."

"Ck, Ayah~" Bahkan aegyo anaknya saja tak menggentarkan Namjoon untuk menatap mati Taehyung yang menunduk hormat padanya dengan kaku, izin pulang. Taehyung dan Yoongi mungkin saja sudah kenal sedari kecil, dan Namjoon sangat mengenal pria yang merangkap kekasih putra sulungnya itu. Tapi tetap saja, Taehyung terlalu takut pada Namjoon walau saat masih balita pun, dia tahu siapa kepala keluarga Min itu dan bagaimana watak tegasnya.

"Tidak apa Yoon, aku harus pergi juga, karna... Aku meninggalkan meeting siang ini."

"Dasar nakal!" Dalam sekejam mata, pemuda Kim itu merasakan hal lunak mengecup pipinya sekilas, "kalau kucium menunduklah! Aku tidak suka berjinjit." protesnya sebelum berlari kecil kearah kasur, mengubur diri dalam balutan selimut corak Kumamon. Tentu saja.

Tak percaya, Namjoon melepas kacamatanya, mengucek kedua indra pengelihatannya sejenak. Min Yoongi nya yang manis dan polos, walau hanya sekedar dipipi itu sudah dalam kategori ciuman antara kekasih. Lengah sedikit, mungkin Namjoon akan mendapati keduanya saling membelit lidah.

Astaga....

Taehyung bengong, tak tahu mereaksi keadaannya seperti apa, dengan Om galak seantero komplek didepannya, menyaksikan sang anak kesayangan mencium pipi pacarnya, ayolah Taehyung sangat mengenal Namjoon seorang Ayah yang akan membakar sarang kerajaan semut rang-rang jika salah satu kawanannya menggigit Yoongi seujung kaki saja. Terlebih tadi kan Taehyung memeluk Yoongi dipangkuan. Habislah, sudah tamat kau Kim...

"Ayah..." Namjoon berbalik arah, memunggungi Taehyung seraya berucap, "Sudah sana, kembali ke kantor." sebelum akhirnya meninggalkan Taehyung dengan canggung digerbang pintu keluar kamar Yoongi.

"Huh, selamat..."

Sebelum ikut melangkah keluar, irisnya tak sengaja menatap benda canggih yang layarnya terlihat retak tergeletak diam diatas meja hias disamping foto manis Yoongi dan dirinya disebuah festival Tanabata saat liburan keluarga di Jepang, lagi dan lagi senyuman sejuta dolar itu terpatri tipis dari wajah menawan. Inilah alasan mengapa tidak diangkatnya telpon dan tidak terbalaskannya pesan singkat.

"Dasar beruang kutub." ledeknya pelan saat menyadari Yoongi sudah tertidur, tak bergerak sedikitpun dari balik selimut dengan dengkuran halus yang menggemaskan, memejam mata saja dia bisa langsung pergi kealam mimpi. Tukang ngantuk, putri tidurnya yang cantik. Taehyung mengantongi ponsel Yoongi, berniat membawanya untuk diperbaiki agar besok bisa dipakai lagi.

"Tinggal tunggu saja kapan badannya akan mirip seperti beruang."

Ya Kim Taehyung, dengan segala ketidak romantisannya.

.

.

.

.

.

📍

Sunday, 10 September 2017

.

To Be Continue

Continue Reading

You'll Also Like

87.4K 9.6K 29
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...
798K 58.6K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
204K 21.9K 41
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
47.6K 6.5K 30
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...