Undetected Love

By kuroshironekore

45.2K 2.4K 243

Ketika kesetaraan secondary sex telah terjadi dimana alpha tidak lagi di segani oleh dunia. Baik alpha, beta... More

Meet You
Our Bond
You're mine now!! R-??
Just black again
I Want You
Big Brother
-Ekstra R???-
Bright and Cloudy

Don't worry

5K 287 35
By kuroshironekore

Pria alpha berambut seperti nanas berjalan malas menuju ruang kelasnya. Lorong kampus itu sudah mulai ramai walau hari masih pagi. Sesekali ia menguap Lebar. Tiba-tiba ia berhenti sejenak. Di sampingnya ada segerombolan omega perempuan yang tengah membicarakan hal yang menarik bagi tuan nanas ini.

"A-aku.... Tidak menyangka...."

"Iya... Tapi ini terlalu tiba-tiba... Uuuhh..."

"Aaaahhh... Aku sungguh tidak rela... Naruto-sama..."

'Naruto?', batin Shikamaru sambil menaikkan alisnya.

"Ta-tapi... Kita memang jauh kalah dari orang itu..."

"Mooouuu.... Sekarang Naruto-sama sudah terikat... Hiks...."

"Aku tidak pernah melihat orang itu jalan dengan Naruto-sama..."

Shikamaru terdiam. Bingung. Otaknya sulit mencerna apa yang dibicarakan gerombalan omega itu. Terikat? Naruto? Tapi dengan siapa?. Shikamaru mendecih kesal. Ia mengaruk kasar kepala belakangnya. Ia berjalan kembali.

Shikamaru menyipitkan matanya. Lorong menuju kelasnya begitu ramai. Baik gerombolan alpha, omega, bahkan sekumpulan beta yang hobinya menggosip. Perasaan tidak enak menyelimuti dadanya. Perbuatan apalagi yang dibuat oleh teman berisiknya itu.

Mata Shikamaru terbelalak. Pandangannya horor. HANYA koridor kelasnya dipenuhi oleh berbagai orang. Astaga, rasanya ia ingin memaki. Bagaimana caranya sekarang ia masuk. Manusia-manusia memenuhi sampai ke pintunya.

"Per-permisi... Maaf... Maaf... Ukh..", Ucap tuan nanas itu nekat menerjang lautan manusia itu. Sesak. Terjepit. Dengan menggunakan tenaganya ia mendorong paksa hingga berhasil masuk ke dalam kelas. Dengan cepat ia mengambil nafas sebanyak-banyaknya.

"Namikaze-san, bisakah kau suruh orang-orang diluar untuk tidak memenuhi jalan masuk ke dalam kelas? Aku tidak peduli dan tertarik dengan status dan hubunganmu dengan Uchiha-san.", Ucap seseorang alpha selaku penanggung jawab kelas saat itu kepada Naruto yang tengah duduk malas di meja.

"Entahlah... Dari tadi aku sudah melakukannya tapi mereka tidak mau mendengarkan ku.. Huh..", Ucap Naruto kesal dengan muka kecut. Ia lelah dari sepanjang perjalanan di depan kampus banyak yang meliriknya, bertanya, menggodanya, bahkan ada pula yang mengajaknya berkelahi. Tak lama orang itu melirik kesebelah Naruto. Ia tak bergeming.

"Uchiha-san..."

"Aku tak pernah meminta orang-orang itu melakukan hal ini.", Jawabnya cepat. Tidak peduli. Matanya dibingkai kacamata. Pandangannya tetap terfokus membaca buku di mejanya. Orang itu menghela nafas panjang. Rasanya ia tidak bisa berbuat banyak lagi. Mau tidak mau ia harus mendengar ceramah gratis dari dosen kali ini. Pasti.

Shikamaru melihat dari jauh interaksi tiga orang itu. Entahlah haruskah ia senang atau sebaliknya?. Setidaknya ia tahu kenapa banyak orang yang berkumpul di depan kelasnya. Shikamaru mendecih dan memijit pangkal hidungnya. Niatnya ia ingin langsung menerjang Naruto dengan berbagai pertanyaan, tapi sebuah suara membuyarkan dirinya. Ia langsung duduk di bangku kosong yang ada di dekatnya.

"ADA APA INI?! APA YANG KALIAN LAKUKAN DI DEPAN KELAS SAYA?!". Sebuah teriakan menggelegar nyaring terdengar. Menghentak seluruh orang yang memenuhi koridor kelas itu. Ya, seorang dosen killer tengah memaki seluruh orang-orang itu. Sementara orang yang ada di dalam kelas hanya bisa mengelus dada. 'Mood dosen itu sudah buruk' batin semua orang yang ada di dalam kelas itu. Pasrah.

Perkuliahan berjalan dengan tegang. Raut muka dosen itu menekuk tajam. Ia menahan kesal dan amarah. Aura alphanya menguar menekan atmosfer ruangan itu. Menyesakkan. Semua orang berusaha terdiam. Tidak mau menjadi samsak bagi dosen itu, secara gratis. Setidaknya mereka harus bertahan selama 3 jam ke depan.

Akhirnya perkuliahan yang mencekam itu berakhir dengan selamat. Dalam diam dosen itu mengakhiri sesi pertemuan minggu ini. Orang-orang terdiam menunggu langkah kaki dosen itu benar-benar keluar dari kelas.

Fuuuuuaaaahhhhhh......

Semua mahasiswa itu menghembuskan nafas lega. Rasanya tenaga mereka dikuras. Bukan fisik, tapi mental mereka ditekan sedemikian lamanya oleh dosen tadi. Bukannya mereka tidak bisa melawan hanya saja taruhan nilai mereka yang dipertaruhkan. Dosen berhak menentukan nilai mutu yang ia berikan kepada setiap mahasiswa itu. Tapi ia juga menentukan lulus tidaknya anak didiknya. Siapa juga yang ingin mengulang satu tahun, mengambil mata kuliah yang sama? Tidak, terimakasih.

Naruto merebahkan tubuhnya di atas meja. Ia menghela nafas panjang. Rasanya umurnya memendek untuk sekian tahun. Sasuke hanya mendengus melihat tingkah Naruto. Baginya tekanan tadi bukan apa-apa di bandingkan orang itu. Ya, hanya orang itu. Seketika pandangan Sasuke menjadi dingin dan kosong.

"Sasuke? Hallooooo.... Sasukee??", Panggil Naruto cemas sambil melambaikan sebelah tangannya di depan mata hitam pualam itu.  Sasuke mengerjapkan matanya. Menarik kesadarannya kembali. Ia menoleh cepat ke arah Naruto dengan raut kebingungan.

"Hn?". Sasuke kembali mengerjapkan mata lentiknya dengan lucunya. Menatap dengan wajah polos ke arah alphanya. 'Gemaaaassssnnyaaaa' batin semua orang di dalam ruangan itu. Naruto tersenyum lembut, sukses membuat semburat merah menghiasi pipi putih itu.

"Sasuke, ayo—"

"Naruto, sekarang ayo ke cafeteria.", Potong Shikamaru cepat. Ia sudah berada di belakang Naruto. Naruto menoleh cepat ke arah Shikamaru. Keduanya menatap diam tuan nanas itu. Shikamaru hanya menghela nafasnya.

"Dan banyak hal yang harus kalian jelaskan.", tambahnya lagi sambil berjalan, mengambil langkah duluan. Dua insan itu saling melempar tatapan penuh tanya, tanpa berkata apapun mereka mengikuti langkah Shikamaru. Shikamaru hanya berjalan malas sambil menatap ke belakang melalui ekor matanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Angin berhembus hangat. Tetapi masih ada hawa dingin yang menerpa kulit. Angin membawa dan membuat kelopak, bunga, dan sari bunga sakura menari di udara. Lantai keramik, tanah, dan rumput tersebar warna pink lembut. Agak terlihat berantakan. Tapi bagaikan kain tipis berwarna pink menyelimuti permukaan bumi.

Meja bundar berwarna hitam terbuat dari kayu dengan vas bunga mini terbuat dari kaca dan beberapa tangkai bunga daisy tepat di tengah-tengah meja itu. Meja yang cukup besar. Helaian kelopak Sakura tersebar di atas meja. Berbagai minuman hangat tersusun rapi. Lima kepala duduk di meja bundar itu. Terdiri dari tiga alpha dan dua omega itu saling menatap dalam diam.

Suara bisikan dan berbagai tatapan dilayangkan ke arah lima orang itu. Seluruh mata di kampus itu menatap dalam berbagai pandangan. Risih, sudah jelas terpantul dari air muka mereka. Hening. Hanya ada suara gesekkan angin dengan meja kayu itu dan bisikkan mulut orang gatal tentunya.

"Jadi... Bisakah kalian jelaskan keadaan ini?", Ucap Gaara memecah keheningan. Ia mengecap teh lemonnya sedikit dan melirik ke tiga orang di depannya.

"Jangan tanyakan aku. Tanyakan saja kepada dua orang ini.", Kata Shikamaru ketus. Kesabarannya hampir habis untuk tidak memaki orang-orang yang melirik dirinya saat membawa dua orang di sampingnya.

"Nee... Apa maksudmu Shikamaru?!", tanya Naruto kesal dengan sikap Shikamaru. Dirinya juga tidak meminta orang-orang itu untuk melihat sampai melolot ke arah mereka sekarang. Shikamaru hanya mendengus.

"Shika, kalau kau kesal tidak perlu sampai berbicara seperti itu.", Ucap Neiji tenang sambil meminum teh hijaunya.

"Ya, ya, ya... Aku hanya risih di tatap lapar oleh para penggosip. Ck, mendokkusai.", Jawab Shikamaru cepat. Ia menyambar kopi hitamnya dengan malas. Neiji hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Cukup. Naruto tolong jelaskan.", Kata omega merah itu dengan nada tegas. Ia menatap lurus alpha pirang itu. "Otakmu makin lambat atau memang tidak peduli." tambahnya dengan nada datar yang terdengar sadis.

Naruto meringis dalam hati. Rasanya seperti ada panah menusuk dalam hatinya. Omongan omega merah itu terlalu pedas atau hatinya yang terlalu sensitif?. Terserah lah. Naruto memberikan cengirannya dan menggaruk kepala belakangnya.

"Aaaa... Itu—"

"Karena Naruto adalah mateku.", Potong Sasuke yang dari tadi tenang dan terdiam dari kelompok itu angkat suara. Dirinya tidak peduli dengan tenangnya meminum coklat panasnya. Semua orang tidak terkecuali orang-orang sekitar memutar kepala mereka melonggo ke omega cantik ini. HE IS A—WHAAAATTT?!.

"Hoooo... Makanya aroma tubuh kalian bercam... pur....?", Ucap Neiji sambil memelankan suaranya. Rasanya ucapannya barusan ada sesuatu yang salah?. Bercampur? Apa? Aroma? Tubuh?........ Bercam... pur.....?. Bagaikan kaset rusak kata-katanya terputar ulang di kepalanya dan semua orang yang mendengarnya.

AAAAAPPPPPAAAAAAAA?!

Untuk kesekian kali wajah seluruh pengunjung cafeteria itu dibuat tegang dan syok berat. Aroma tubuh yang bercampur menandakan bahwa keduanya terikat. Tidak bisa dipisahkan. Sudah ditandai. coretMalaikatcoret a.k.a Sasuke sudah diper—tidak polos lagi. TIDAK. POLOS. LAGI. TIDAK. POLOS. PO—cukup.

Sekali lagi teriakan kecewa dan histeris terdengar dari entah di mana. Tiga orang di meja itu sudah pucat pasi. Haruskah mereka senang, merayakan dan mengucapkan selamat pada Naruto atau mencekik, menyumpah serapah dan menenggelamkannya ke dasar lautan paling dalam? Apa yang harus dilakukan?. Karena Naruto telah berhasil melakukan 'itu' di luar pernikahan.

"Nee, Shika aku tidak melihat Kiba. Di mana dia?", tanya Neiji berusaha melupakan dan mengembalikan suasana yang sudah terlanjur ruyam ini.

"Ah.. Oh... Dia di rumah.", Jawab Shikamaru yang masih menetralkan pikirannya.

"Ehem... Kenapa dia di rumah? Sakit?", tanya Gaara mukanya agak memerah akibat kata-kata alphanya barusan. Memang penciuman alpha lebih tajam dibanding beta dan omega. Ia akui itu, karena ia tidak terlalu bisa mencium bau yang menguar dari kedua orang itu.

"Tidak, ia tidak sakit. Hanya saja kondisinya belum boleh keluar rumah.", Jawab Shikamaru cepat sambil mengulas senyum tipis. Gaara hanya menatap dalam bingung.

"Jadi benar? Selamat ya!", Ucap Naruto dengan senyuman cerahnya. Lalu meminum cappuccino latte miliknya

"Kau meninggalkannya sendirian?", tanya Sasuke dengan nada datar.

"Tidak. Orangtua Kiba langsung datang ke rumah saat aku mengabari mereka. Kau kira aku setega itu? Jika tidak ada orang di rumah mana mungkin aku berada di sini.", Jelas Shikamaru sambil meminum kembali kopinya.

"Pantas. Dari tadi mukamu masam. Biar ku tebak pasti maniak anjing itu mengusirmu pergi kuliah.", Kekeh Neiji. Tuan nanas itu mengumpat, tebakan Neiji tepat. Mengingat kejadian tadi pagi membuatnya makin kesal.

"Maksudmu... Kiba sekarang tengah... Hamil?", tanya Gaara pelan dan hati-hati.
Shikamaru mendengus diiringi senyuman yang mengembang di wajahnya. Senyuman bahagia. "Selamat kalau begitu.", Ucap Gaara dengan senyuman manisnya.

Sasuke terdiam dalam berbagai arti. Mukanya datar, manik hitamnya menatap dalam diam. Tangannya agak mengepal. Ia menundukkan kepalanya melihat pantulan dirinya dalam coklat panasnya. Tanpa sadar mengeraskan wajahnya dan menggigit pelan bibir bawahnya. 'Anak. Huh?' batinnya miris. Tatapan kosongnya tertangkap oleh netra biru yang memandangnya dalam cemas.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Angin malam berhembus dengan kencang di tengah-tengah kota Konoha. Malam hari tetapi kesibukan di kota ini tetap menyala. Tidak padam. Germelapan cahaya lampu memenuhi jalan, gedung pencakar langit hingga gang-gang sempit. Salah satu mencegah tindakan kriminal di malam hari. Malam ini terasa lebih dingin.

Dua insan berpelukan. Berbagi kehangatan dalam sebuah dekapan hangat. Sasuke duduk di lantai apartemennya di depan kaca besar yang langsung menyajikan lukisan hidup kota Konoha dalam malam hari. Ia menyandarkan kepalanya ke dada bidang alphanya. Membiarkan Naruto mengurungnya dari belakang dengan sebuah dekapan hangat. Keheningan menyelimuti keduanya.

Naruto menundukkan kepalanya ke perpotongan leher omeganya. Menghirup aroma khas Sasuke. Hati-hati ia mencium leher putih itu. Desahan kecil terdengar oleh telinganya.

"Sasuke, apa yang sedang kau pikirkan, hmm?", tanya Naruto pelan sambil masih mencium leher omega cantik itu.

"Nggg—tidak ada—ah!", Jawabnya cepat. Bohong. Terlihat dari tadi dirinya menatap sendu keluar. Naruto menghentikan cumbuannya dan menatap lekat mata hitam kekasihnya.

"Benarkah?", tanya Naruto dengan menyipitkan matanya. Sasuke menghela nafasnya. Manik biru itu tidak akan lepas menatapnya penuh selidik jika ia tidak memberikan jawaban jujur.

"Ya... Baiklah. Aku memang sedang memikirkan sesuatu.", Kata raven itu sambil memutus kontak dengan Naruto dan kembali menatap gemerlap kota Konoha.

"Apa itu?", tanya Naruto kembali sambil menutup manik birunya. Alpha itu meletakkan kepalanya di atas pundak Sasuke. Sasuke menggigit pelan bibir bawahnya. Ia terdiam enggan menjawab pertanyaan alphanya itu.

"Kau... Tidak menginginkan seorang anak?", tanya Naruto pelan dengan senyum pahit. Omega cantik itu menoleh cepat ke arah Naruto dengan wajah tidak percaya. Tadi... Naruto mengatakan apa?.

"Bukan, aku... Sangat menginginkannya... Sangat... Tapi...". Sasuke menundukkan kepalanya. Ia tidak melanjutkan kata-katanya. Getaran halus terlihat di badannya dan isak pelan terdengar. Panik. Naruto melepas dekapannya dan membalikkan tubuh Sasuke. Ah... Dia menangis...

"Hey... Ada apa?", Ucap Naruto lembut ia mengusap pipi yang merona merah itu dari air mata yang mengalir. Hatinya sakit, teiris melihat rapuhnya omeganya sekarang. Sasuke menghela nafasnya. Menenangkan pikirannya.

"Naruto kau tahu... Presentasi omega laki-laki untuk hamil lebih kecil dibanding omega perempuan.", Kata Sasuke dengan pelan. Naruto hanya mengangguk pelan menunggu omeganya berbicara. "Tapi... Aku—"

"Lebih kecil lagi.", Potong Naruto cepat dengan senyumannya. Sasuke langsung menatapnya dalam tatapan yang sulit diartikan. Seketika ia menundukan kepalanya.

"Maaf... Maafkan aku...", Ucapnya lirih. Rasanya ia kembali melelehkan kristal hangat ke pipinya. Naruto terdiam. Hatinya sungguh sakit. Ia menangkup kedua pipi Sasuke dan menarik tatapan omega itu agar menatapnya lurus.

"Sasuke... Sudah aku katakan... Aku tidak akan meninggalkanmu walaupun kau tidak menginginkan aku lagi.", Kata alpha itu dengan lembut. Ia juga mengembangkan senyum cerahnya. "Teme, soal anak kita bisa mencobanya terus, selama masih ada peluang kenapa tidak kita coba, nee?", tambahnya lagi dengan seringai di wajah tampannya.

Awalnya Sasuke terpukau tapi selanjutnya ia tertawa. Sepertinya ia khawatir dengan sangat berlebihan. Sasuke menutup matanya. Menghela nafas. Perlahan membuka matanya. Senyuman kembali mengembang di wajah cantiknya.

"Dobe, dasar mesum!", Seru Sasuke wajahnya kini bersemu merah. Tak lama keduanya mendekatkan wajahnya. Hingga memutus jarak dalam sebuah ciuman panjang. Lumatan dan desahan pun cipta. Keduanya bercumbu panas. Memulai permainan panasnya.

Ya, setidaknya masih ada harapan. Walau kecil peluangnya. Bolehkah kita berharap pada peluang itu?.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bunyi derit kasur dan desahan memenuhi ruangan itu. Pakaian berserakan di sekitar lantai dekat ranjang itu. Bulir keringat dan cairan lengket melekat di kulit kedua orang itu. Entah berapa lama keduanya bergelut memainkan olahraga panas mereka di ranjang. Gairah mereka masih terbakar. Ruangan dingin itu sepertinya harus extra untuk mendinginkan tubuh kedua orang itu.

"Ah! Na—nngg—aahnn! Ce—khhh—pat!", Desah omega hitam itu. Tangan mungilnya mencengkram sprei dengan kuat. Tanpa menjawab Naruto makin menggerakan miliknya cepat di dalam lubang itu. Ia mengumpat lubang itu memijat kuat miliknya.

"Ha—nggg—aahh! Naru! Khhhh—aahnn!". Sasuke menggeliat nikmat. Naruto memanjakannya. Tangan nakal Naruto mengocok miliknya cepat. Naruto kembali mencium dan menjilat tanda di lehernya. Pasti itu akan butuh waktu berminggu-minggu untuk hilang. Prostatnya digempur dari tadi.

"Ngggg—ah! Naru—ak—Hhhh!", Racau omega itu. Dirinya sudah mau klimaks. Ia meremas kuat pundak alphanya. Naruto tidak memperlambat temponya, malah makin mempercepat lagi gerakkannya.

"Ah! NGGG—HA—NARUUU!". sasuke mencapai klimaksnya. Badannya bergetar menumpahkan hasratnya. Cairannya mengotori tangan Naruto, sprei, dada, dan perutnya. Tak lama Naruto juga melepas cairannya di dalam lubang yang sudah penuh itu. Mengotori sprei. Keduanya berusaha menormalkan nafas mereka. Meraup rakus oksigen yang ada.

"Haaah... Naru... Cukup... Haahh.. besok pagi aku ada kelas...", Kata omega cantik itu lelah. Pinggul dan bokongnya terasa sakit. Cukup lama sepertinya mereka bermain. Sang alpha merenggut tidak suka. Dengan perlahan menarik miliknya keluar. Sasuke mendesih pelan. Tak lama matanya mulai terpejam.

"Sasuke jangan tidur dulu pakai bajumu!", Seru Naruto sambil mengambil baju yang berceceran di lantai. Omega itu hanya bergumam. Ia lelah. Naruto hanya menggeleng. Dengan hati-hati ia memakaikan pakaian ke tubuh putih omeganya. Agak merasa bersalah membuat Sasuke menjadi kelelahan seperti ini.

"Selamat tidur.", Ucapnya lembut sambil mengecup ringan kepala omeganya. Naruto mengusap pelan helaian raven kekasihnya. Ia menatap wajah damai kekasihnya terlelap dalam buaian mimpi. Senyum lembut menghiasi wajahnya. Tak lama ia juga memakai pakaiannya dan tidur sambil memeluk Sasuke.

Pagi harinya Sasuke pergi berangkat setelah membangunkan dan meninggalkan sarapan untuk Naruto. Siang harinya Naruto mengajak Sasuke makan siang di sebuah cafe lewat chat. Tapi kini dirinya harus di seret oleh kedua temannya terutama orang yang paling berisik. Wajah Naruto ditekuk masam.

"ASTAGA, SEBERAPA BANYAK AKU KETINGGALAN?! NEE NARUTO KAU BERHUTANG CERITA PADAKU!", Ucap omega maniak anjing itu hampir berteriak. Ia syok, yah... Wajar. Temannya ternyata sangat agresif. Dalam hati Naruto mengumpat, kenapa temannya makin berisik dan ah-sudahlah.

"Sebelum itu Kiba. Lepaskan tanganmu! Kenapa kau memeluk tanganku! Argh! Peluk saja lengan alphamu!", Balas Naruto frustasi. Bagaimana jika Sasuke mendapatinya dalam keadaan begini. Shit! Naruto menatap tajam ke arah Shikamaru. Orang yang di tatap hanya mendengus malas.

"Hmp! Tidak mau~ nee Naruto kau takut yaaa? Aku hanya ingin melihat ekspresi Uchiha-san cemburu.", Ucap Kiba dengan nada jahilnya. Naruto menekuk alisnya tajam. Sabaarr... Ingat omega berisik ini sedang hamil... Sabar. Naruto menghela nafas panjang. Percuma. Berdebat dengan orang ini hanya menambah kebodohannya.

Tak lama 10 menit kemudian omega raven datang ke cafe itu. Dengan datar ia melihat interaksi Naruto dengan temannya. Lalu ia memilih duduk di samping tuan nanas karena bangku kosong yang tersisa hanyalah di samping tuan nanas itu.

"Sasuke maaf... Aku—"

"Uchiha-san aku pinjam lengan alphamu ya!", Potong Kiba cepat. Naruto mendelik ke arahnya. Tapi Kiba hanya menjulurkan lidahnya. Tidak takut. Shikamaru hanya memijit pangkal hidungnya. Omeganya makin kekanak-kanakan dan parahnya Naruto ikut meladeninya.

"Ah.. Iya silahkan.", Ucap Sasuke dengan nada datar. Kiba menggembungkan pipinya tak suka. Reaksi yang diberikan raven itu menurutnya kurang seru. Tapi ya sudahlah.

"Sasuke?", Panggil seseorang tiba-tiba. Seketika sekujur tubuh omega raven itu menegang. Sementara tiga orang lainnya menoleh ke sumber suara. Naruto langsung kembali menoleh ke arah omeganya. Cemas.

"Sas—".

Graaakk...

Sasuke berdiri dari tempatnya. Ia bergegas untuk pergi dari cafe itu. Omega itu lari secepat mungkin. Naruto kebingungan dengan tingkah omeganya barusan langsung ikut mengejar Sasuke. Meninggalkan dua orang temannya dan juga barang-barangnya. Persetan. Omeganya tadi sekilas wajahnya pucat pasi.

Orang yang memanggil Sasuke mengumpat. Ia juga langsung mengejar dua orang tadi yang berlari keluar dari cafe itu. Shikamaru dan Kiba melongo bingung. Sebenarnya ada apa?.

'Sial... Sial... Kenapa? Kenapa dia ada di sini?!', batin omega itu. Sasuke berlari sejauh mungkin. Ia tidak menyangka. Bertemu dengan orang itu berarti dirinya akan diseret ke sana. Tidak. Ia baru saja keluar dari sana. Ia juga baru bertemu dengan matenya. Naruto.

Tanpa ia sadari air mata turun kembali. Perasaannya berkecamuk. Omega itu terus berlari walau nafasnya makin putus-putus. Yang terpenting pergi jauh, dirinya perlu menenangkan hati dan pikirannya. Ia juga tidak tahu alphanya tengah mengejarnya.

'Larinya cepat juga...  Sialan... Ke mana perginya?!' , batin Naruto. Ia mengumpat. Padahal dirinya sudah lari secepat mungkin. Tapi kerumunan orang di jalan dan gang-gang sempit ini memperlambat dirinya. Sepertinya omeganya ahli dalam pelarian.

Naruto berhenti sejenak. Menormalkan nafasnya. Ia mengusap gusar wajahnya. Lalu ia mencoba mengendus di udara. Aroma matenya. Samar-samar tercium. Bingo... Naruto mengulas senyuman. Ia berlari memasuki gang sempit. Melompati beberapa kotak kayu atau barang rongsokan.

Naruto berlari keluar dari gang itu. Sebuah sungai besar terlihat. Airnya bening. Memantulkan warna biru cakrawala. Sejenak ia terpukau. Sadar akan tujuannya ia menoleh ke arah pohon Sakura yang besar dengan bunga yang lebat. Secarik helaian raven mencuat dari balik batang pohon itu. Senyum lembut kembali mengembang.

Naruto melangkah pelan mendekati omega. Tatapan kosong omeganya menatap sungai itu. Hatinya kembali teriris. Tanpa sadar Naruto mengepalkan tangannya. Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Banyak rahasia yang belum diungkapkan pasangannya. Tapi biarlah.

"Sasuke....", Panggilnya lembut. Omega itu menoleh padanya.

"Naru—"

"Tidak ada apa-apa. Semua baik-baik saja. Karena itu jangan menangis.", Potong Naruto lembut. Ia memeluk erat tubuh rapuh itu. Sasuke menatapnya sendu ditambah air mata yang mengalir. Dalam diam Sasuke membalas pelukan Naruto. Ia membenamkan wajahnya di dada bidang alphanya. Keduanya membagi hangat dan khawatir. Sampai suara itu menginterupsi keduanya.

"Sasuke... Dan kau siapanya?", Ucap orang itu dengan santai. Orang itu berhasil mengejar keduanya. Seketika tubuh Sasuke  kembali menegang dalam pelukan Naruto. Naruto menoleh ke arah orang itu dan mengatup mulutnya rapat. Dengan tajam ia menatap. Naruto menguarkan aura alphanya. Instingnya menyuruhnya melindungi omeganya dari orang itu.

"Hmmm.... Alpha?", Kata orang itu lagi dengan nada meremehkan. Matanya juga menatap tajam kedua orang itu. "Bawa Sasuke padaku. Ada yang harus kami bicarakan.", Ucapnya lagi dengan serius.

"Tidak.", Ucap Naruto ketus. Alisnya menukik tajam. Ia makin mengeratkan pelukannya. Orang itu menaikkan sebelah alisnya, seolah-olah bertanya. "Tadi kau bertanya aku ini siapanya kan? Aku ini MATEnya".

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
😚😚😚😚😚😚😚😚😚😚
😌😌😌😌😌😌😌😌😌😌

Hai hai hai..... Kuro balik lagi  😂😂😂😂😂😂😂 kurang seru? Kurang greget? Maafkan yaaaa.... Kuro suka bikin kalian penasaran wkwkwk.... /alesan wkwkwkwk gatau ah yang penting up dulu 😅😅😅😅 konfliknya chap depan.... Janji...  Beneran kok...😢😢😢

Dari semua komentar pada gregetan sasu hamil? 😂😂😂 wkwkwk tanya sasu aja kapan punya anaknya wkwk //dibuang
Sama Kasih semangat ke Naru buat anaknya 😄😄😄

Dah ah au... Yang mau tanya silahkan komentarnya  😉😉😉 daann silahkan prediksi kira" ada apa ya kok gitu? Nah loh  😁😁😁😁 seperti biasa di tunggu dulu responnyaaaa

Oyaaa sankyuu buat yang komen dan vote kuro bener" sayang kalian semuaaaa. 😘😘😘😘😘😘

Ja naaaaaa

kuroshironekore

Continue Reading

You'll Also Like

566K 57.4K 28
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
805K 59K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
YES, DADDY! By

Fanfiction

310K 1.9K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
1M 76.1K 57
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...