Seharusnya ✔

By kaamuffled

123K 9.7K 2K

"Seharusnya lo gak begini. Seharusnya-" "Seharusnya seharusnya seharusnya. Berhenti bilang seharusnya karena... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Epilog
Davka's Side Story

Bab 6

4K 359 38
By kaamuffled

"Jadi gimana? Ada saran?" ujar Diego yang sudah berdiri di sebelah kursi yang diduduki oleh Davka.

"Gue mau nanya, Go," sahut Kailasha yang duduk tak jauh dari tempat duduk Davka. "Tahun ini kita sistem kepanitiaannya gimana? Kalo dilihat dari konsep lo sama melihat kondisi jumlah pengurus OSIS kita, gue gak yakin bisa atau enggak. Kita pasti kekurangan orang."

"Betul juga, sih," ujar Diego yang kemudian menoleh kepada Davka di sebelahnya. "Gimana, Dav? Mau kayak tahun-tahun sebelumnya? Kita semua yang handle? Kalo gitu konsepan ini harus diganti. Karena gak mungkin banget ngelaksanainnya."

"Enggak," sahut Davka dengan tatapan yang menyapu seluruh ruangan. "Kalian tau sendiri, kan? Di kepemimpinan gue, gue gak suka kalo semuanya dipegang sama OSIS. Ini acara seluruh siswa SMA kita. Dan itu berarti, seluruh siswa berhak buat ikut berpartisipasi."

"Kalo gitu, gimana kalo kita rekrut anak lain yang kemungkinan besar ga sibuk sama urusan ekskulnya. Gimana?" usul Lila.

"Boleh tuh. Silahkan ambil 10 sampai 15 orang untuk itu," putus Davka kemudian membubarkan sesi rapat hari ini.

Setelah merapihkan ruang OSIS, seperti biasa Davka berjalan pulang ditemani Diego dan Kailasha. Meskipun arah rumah mereka berlawanan, mereka selalu menyempatkan diri untuk sekedar berjalan bersama hingga gerbang sekolah.

"Lo mau mulai cari orang kapan?" tanya Davka sembari membuka lokernya.

"Ya, secepatnya kalo bisa. Biar langsung eksekusi. Pokoknya ga mau dadakan. Ini acara terakhir kita sebelum kita lepas jabatan. Pokoknya harus perfect!" ujar Diego dengan menggebu-gebu.

"Nanti gue bantu," sahut Kailasha sembari menutup pintu lokernya.

"Yee harus lo mah. Gak usah diminta harusnya," ujar Diego kesal sembari menoyor kepala Kailasha.

"Ih kasar kamu mas!"

"Bodo!"

"Gak ada lembutnya ama cewek. Pantes lo jomblo."

"Wuih, gak ngaca mba. Situ udah taken emang?"

"Ya—"

"Stop! Berisik banget sih?! Yuk cabut. Udah laper banget gue," ujar Davka memotong debat Kailasha dan Diego yang amat sangat tidak penting baginya.

Kadang Davka merasa jengah sendiri ketika sudah berada ditengah-tengah debat mereka yang tak kalah hangat dengan debat calon kandidat presiden. Sebenarnya Davka tidak keberatan akan hal itu. Toh debat bagus bukan? Melatih kecepatan berpikir dan kelihaian dalam berbicara.

Namun topik debat Kailasha dengan Diego jauh dari kata penting. Mereka mendebatkan hal yang sangat tidak penting. Seperti waktu itu, mereka mendebatkan jenis hewan peliharaan yang pas untuk Davka, atau mereka berdebat tentang kenapa warna pelangi harus merah duluan, atau bahkan mereka mendebatkan mimpi apa yang Davka dapatkan tadi malam.

Davka menggantung headphone yang baru saja ia ambil dari dalam loker ke lehernya dengan tangan kanan yang sudah membawa skateboard kecil miliknya. Kemudian ia berjalan pergi meninggalkan Diego dan Kailasha yang kini saling menyalahkan.

Langkah Davka terhenti kala netranya menangkap Afreen yang tengah menulis sendiri di kursi paling depannya. Kepalanya menunduk namun sedikit miring ke kiri hingga seluruh helaian rambutnya terjatuh ke sebelah kirinya. Davka harus bersyukur akan hal itu. Karena ia dpaat dengan leluasa memandang wajah Afreen tanpa gangguan mahkotanya itu.

Merasa diperhatikan, Afreen menoleh ke arah pintu yang terdapat Davka disana. Masih dengan cengiran lebatnya yang seketika membuat Afreen kesal sendiri. Afreen menghela napasnya kasar dan segera merapihkan buku-bukunya yang berserakan di atas meja. Tanpa mengatakan apapun, ia berjalan begitu saja melewati Davka yang sejak tadi enggan untuk mengalihkan tatapannya dari wajah Afreen.

"Afreen!"

Bukan. Itu bukan suara Davka. Melainkan suara abangnya, Raehan. Davka terkejut melihat hal itu. Kini Raehan dengan seragam basket kebanggaannya tengah berbicara dengan Afreen. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi cukup untuk membuat Davka merasa iri dan... cemburu?

Bagaimana sang kakak mengenalnya atau bagaimana bisa mempertahankan Afreen dalam sebuah obrolan yang cukup panjang seperti itu?

Davka juga mau begitu.

"Hoy!" tiba-tiba seseorang menepuk pundak Davka hingga membuatnya terkejut.

"Parah banget bapak satu ini. Ditungguin, malah berdiri disini," ucap Diego yang mendapat anggukan tanda setuju dari Kailasha.

"Hehe gue balik duluan ya saudara-saudara sekalian. Gue laper. Kangen masakan bunda," ujar Davka sembari berlari keluar dan menaiki skateboardnya dengan cepat.

Ia benar-benar merasa kesal dan mungkin mengobrol sembari bermanja-manja dengan bundanya akan mengobati perasaan kesalnya.

*****

"Nyonya lagi ada urusan di butik dek. Katanya sih kemungkinan sampe sore. Kalau abang tadi baru aja telpon ke rumah kalo ada kerja kelompok di rumah Lazu sampai malam," ucap Bi Asih atau oleh Davka sering memanggilnya dengan sebutan Mama.

Bi Asih memang sudah bekerja si keluarga Davka sejak Dinar masih mengandung Davka. Sejak kecil, Davka diurus oleh Bi Asih ketika sang bunda sedang melakukan hal lain membuat Davka dekat dengan Bi Asih. Ia bahkan memanggilnya mama. Baginya, Bi Asih adalah bunda keduanya.

"Mama mau kemana?!" tanya Davka yang sedikit panik saat melihat Bi Asih seperti hendak pergi ke suatu tempat.

"Mama mau ke warung sebentar dek. Adek mau nitip sesuatu?"

"Mau. Beliin adek es krim di supermarket sebelah ya, Ma. Lagi bete."

Mendengar hal itu, Bi Asih tertawa. Pantas saja sejak masuk tadi raut wajahnya sudah tidak beraturan seperti itu. Setelah menyanggupi permintaan tuan mudanya itu, Bi Asih segera berjalan menuju warung dengan sebelumnya berbicara dengan Mang Tejo—satpam sekaligus supir dan tukang kebun di kediaman Davka—untuk menjaga Davka.

Sepeninggal Bi Asih, Davka melangkah menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya. Entah mengapa tiba-tiba ia merasa mengantuk dan tertidur.

*****

"Dek. Adek bangun! Udah maghrib. Shalat dulu."

Kedua mata Davka yang terpejam seketika terbuka. Ternyata ia tidur cukup lama juga. Ia mencoba membuka kedua matanya dan menangkap keberadaan Bi Asih di depannya.

"Mama? Bunda kemana?"

"Bunda urusannya masih belum selesai, dek. Abang juga belum pulang," terang Bi Asih.

Davka kembali memberengut kesal. Ia benar-benar ditinggal hari ini. Bi Asih yang melihat wajah Davka yang ditekuk seperti itu merasa gemas sendiri. Dengan kedua tangannya, ia menyubit kedua pipi anak itu dan tertawa.

"Ih, lucunya anak mama. Udah, gak usah cemberut gitu. Mama buatin kamu vanilla milkshake."

Mendengar kata ajaib itu, seketika senyum Davka mulai terlihat. Meskipun ia masih merasa kesal, setidaknya ia merasa senang akhirnya ada hal baik terjadi padanya.

"Siap, Ma!" Davka segera berlari ke kamar mandi untuk bersiap.

*****

Sudah mandi, shalat pun sudah, bahkan gelas yang semula terisi vanilla milkshake sudah tandas ia habiskan. Kini ia sedang duduk di pinggir kolam renang yang terletak di belakang rumahnya dengan kedua kaki yang ia masukkan ke dalamnya serta kedua mata yang memandang lurus ke depan.

Entah mengapa sejak tadi bayangan akan kakaknya yang mengobrol dengan Afreen amat sangat mengganggunya hari ini. Ditambah dengan ketiadaan sang bunda serta kakaknya yang masih belum pulang juga membuatnya semakin merasa jengkel. Bi Asih bahkan sudah pulang karena jam kerja beliau memang sudah habis. Kini Davka benar-benar sendirian, sedangkan Mang Tejo memang harus berjaga di depan rumah.

Disebelahnya diletakkan ponsel miliknya yang sejak tadi tak henti-hentinya bergetar menampilkan puluhan missed call serta pesan dari bundanya serta kakaknya yang isinya pasti tidak jauh dari kata penuh kekhawatiran. Davka memejamkan kedua matanya serta menghela napasnya pelan. Tiba-tiba ia merasa rindu dengan ayahnya. Lebih tepatnya, kepada Kevin, ayah tirinya. Jika Davka sedang sendiri seperti ini, ia selalu merasa ingin menyusul ayahnya itu.

"Ayah Kevin, Davka kangen. Davka mau ikut ayah, boleh?"


- TBC -

⚫⚫⚫

Yo! Whats up? Hahaha

Ada yang kangen Davka? 😳
Ada yang kangen Decca? 😳😳😳

Baru nyadar, part ini ko tentang Davka semua ya? Ahahahaha

Continue Reading

You'll Also Like

1.5K 959 38
Hillary De Jansen menghadapi kenyataan yang sulit dengan diagnosis penyakit mematikan. Tetapi cinta yang bergejolak dalam diri gadis berparas cantik...
326 63 15
Kisah seorang anak SMA bernama Sagara Arafief dengan segala lukanya namun dicintai hebat oleh ibunya dan teman seperjuangan dia untuk menyelesaikan s...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.3M 299K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
763 168 38
"Ya Allah, Cala. Gue udah berubah makin cakep begini lo tetep gak mau sama gue?" "Kaivan, gue peringatkan sekali lagi sama lo ya! Sekuat apapun lo u...