So I Love My Ex

By aristav

4M 395K 17.7K

Series Campus 2 Bersahabat dengan mantannya mantan pacar? Why not? Berada dalam satu organisasi dengan mant... More

Ex Circle
Dia Bukan Lagi Cungkring
Ketua Departemen Infokom
Aku, Kamu, Mantan Kita
Nano-Nano
Aku Masa Lalumu?
Jungkir Balik Hati Aluna(1)
Jungkir Balik Hati Aluna(2)
Another Side of Aluna
Siapa Pemberi Surat Tanpa Tuan Itu?
Pengabdian Masyarakat
Home is in Your Eyes
Dating?
Calon Mantu Tante Keya
Crazy
Maybe Tomorrow
Sekotak Susu dan Terbongkarnya Rahasia
Alunanya Zello
Cerita di Surabaya
Tertolak
Kesempatan
Honest
Kali Kedua
Hug
Believe Me
Berpisah Sementara
Isn't Goodbye
Berjalannya Waktu
Pada Waktu yang Tepat
Waiting for Yesterday
So I Love My Ex Tersedia di Toko Buku

Si Cungkring

197K 15.5K 925
By aristav

Kamu adalah kenangan, kenangan yang tanpa sadar masih terus kusemogakan.

"Papa tidak pernah memaksamu untuk mengikuti jejak papa, Zell. Kalau kamu tidak ingin, jangan jadi seperti papa," kata Jiver--papa dari seorang laki-laki bernama Zello.

"Nggak masalah, Pa. Aku suka kok, lagian seru aja, Pa."

Sang papa menghela napasnya, dia tidak bisa melarang anaknya untuk tidak mengikuti jejaknya yang merupakan aktivis kampus semasa kuliah. Anak laki-lakinya ini memang keras kepala seperti ibunya.

"Ya, ya asal kuliahmu tidak terganggu. Papa nggak masalah," kata Jiver. Matanya terfokus pada acara pertandingan sepak bola yang ditampilkan di televisi.

"Anak mama baru pulang ya, sayang?" Tanya Keyana--mamanya, ia datang dengan cookies yang tampak baru matang. Mamanya itu tersenyum hangat pada Zello. Lalu, berjalan mendekati kedua laki-laki beda generasi itu.

"Ya, Ma. Zello ada rapat tadi, lagi bahas perekerutan pengurus baru."

Keyana menggelengkan kepalanya, "jangan cerita tentang politik kampus di depan mamamu ini, cukup papamu dulu sudah bikin mama pusing. Kamu jangan deh."

Zello tertawa, ia mengambil cookies yang dibawa oleh Keyana. "Seru kali mah ikut ginian, jadi kan aku nggak kayak mahasiswa kupu-kupu, haha..."

"Dasar! Bapak sama anak sama saja!" Omel Keya, ia mengambil cookies buatannya, Keyana baru belajar membuat kue sejak dua tahun lalu. Jadi, mungkin rasanya masih sedikit tidak tepat.

"Mas, kamu nggak mau ambil? Kemanisan dikit sih karena yang bikin manis, tapi enak kok," kata Keya, ia menyodorkan kue buatannya pada Jiver.

Jiver terkekeh, ia mengambil kue buatan sang istri dan mulai memakannya. Sementara Zello sibuk menikmati tayangan televisi.

"Mantan pacarmu yang pinter bikin kue itu kuliah di mana, sayang?" Tanya Keya pada anaknya. Zello meliriknya sekilas, ia mengedikan bahunya, tanda tidak tahu.

"Ihhh kok gitu, padahal mama mau belajar bikin kue sama dia, bilangin dong suruh main ke rumah," desak mamanya.

"Aku nggak punya kontaknya, Ma. Lagian dia belum tentu mau main ke sini lagi, dia pindah ke luar kota setelah lulus."

"Loh kenapa?"
"Nggak tahu, Ma. Udah ya aku mau tidur, jangan lupa sisain kuenya buat Arsyad sama Aika, nanti mereka ngamuk kalau nggak kebagian," kata Zello sebelum ia meninggalkan ruang keluarga dan pergi ke kamarnya setelah menyebutkan dua nama adiknya.

***

Arzello Wisnu Prakarsa mahasiswa semester tiga yang mengambil jurusan Sastra Indonesia di sebuah universitas di kotanya. Tidak seperti ayahnya yang salah jurusan, Zello santai-santai saja ketika memilih jurusan dulu. Ia memang meminati Sastra Indonesia dari awal, jadi, tidak ada masalah ketika dia masuk ke dalam jurusan ini. Lebih lagi, papanya mendukung apa yang ia minati dan inginkan. Kedua orang tuanya memberinya kebebasan, tidak pernah menekannya untuk melakukan hal yang tidak ia inginkan.

Lulus nanti, dia bisa bekerja di perusahaan penerbitan milik sang papa, bakat di bidang sastra dari sang papa memang menurun padanya. Namun, meski begitu di tidak sepenuhnya mengantungkan nasibnya pada fasilitas sang papa. Zello sudah cukup mandiri sejak kecil, begitulah papa selalu mendidiknya, berbeda dengan mamanya yang kadang memang memanjakannya.

"Bro, ntar rapat di ormawa jam dua siang," teriak salah seorang temannya ketika ia hendak menemui dosen pembina akademiknya di jurusan.

"Yo, Io, nanti gue ke sana."

Zello melanjutkan langkahnya menuju ruangan dosen di lantai satu. Ia memiliki janji temu dengan Bu Ida--dosen pembimbing akademinya di kampus, kalau di SMA, Bu Ida ini mungkin disebut wali kelas.

"Assalamualaikum, Bu Ida," kata Zello, ia menyalami Bu Ida, wanita paruh baya itu mempersilakannya untuk duduk.

"Jadi, apa yang ingin kamu ceritakan pada ibu, Zello?"
"Jadi, begini, Bu. Saya berencana untuk magang di kantor papa, membantu kakak sepupu saya yang bekerja sebagai editor di sana. Tidak masalah kan, Bu?"
"Tidak masalah kalau kamu bisa membagi waktu, untuk kuliahmu juga, karena kadang bekerja itu membuat ketagihan dan lupa sama pendidikan. Bagaimana, Zello? Apa kamu sanggup membagi waktumu?"
"Bisa, Bu. Lagi pula pekerjaan saya tidak berat."

Bu Ida tersenyum tipis, "Baiklah. Semoga sukses, Zello. Dan cepat kamu selesaikan proposal PKM-mu, saya ingin melihat programmu didanai oleh dikti," kata Bu Ida lagi, Zello mengangguk kecil sebelum berpamitan.

"Nanti saya diskusikan dengan kelompok saya, Bu. Kalau begitu, saya permisi. Selamat siang, Bu."

"Ya, siang, Zel."

***

Aluna Anindya Dewi masih mengamati mading di depan jurusannya. Di sana tertera brosur perekrutan anggota BEM F yang akan dimulai tiga hari lagi. Aluna adalah mahasiswi baru di kampus ini, ia sempat menunda kuliahnya selama satu tahun, karena tidak lolos seleksi masuk perguruan tinggi negeri jalur undangan dan tes tulis. Saat itu ia memilih pulang ke Surabaya untuk membantu usaha kue milik ibunya sembari mempersiapkan diri untuk kuliah tahun ini. Aluna memang tidak tinggal bersama ibunya, ia ada di sini bersama sang ayah. Kedua orang tuanya berpisah saat dirinya SMP. Well, meskipun korban broken home dia tetap bahagia menjalani hidupnya.

Ia merasakan ponselnya berdering, Aluna mengeluarkan ponselnya dan mendapati notif dari twitter.

Justin Bieber is now following you

"Halah paling akun gadungan," kata Aluna, namun karena ia penasaran, ia pun membuka notifikasinya. Di sana tertera akun milik artis idolanya yang baru saja mengikuti akunnya.

"Anjrittt, Ntinnn ngepollow gua? Mi apah?" Teriak Aluna, ia lupa sedang ada di area kampus.
"Oiya kan gue semalem begadang pas dia open follback! Mancay."

Wajah Aluna semringah, ia segera membuka DM dan mengirimi pesan pada Justin Bieber.

Thanks my future husband, laf laf :* kapan lamar adek, bang?

"Alunan musikkkkkkk, lo mau makan es krim gratis nggak?" Teriak Alya--teman barunya yang memasang cengiran lebar. Membuat Aluna terkesiap.

"Berisik! Ntar gue budeg gimana?"

Alya terkikik, ia menunjukkan dua tiket festival es krim di fakultas sebelah yang ia dapat dari temannya yang menjadi panitia di sana.

"Ayokkkk..." Teriak Alya menggeret Aluna untuk segera pergi.

"Ayok deh, selama gratis. Gue mah ngikut."

Alya mencibir, "dasar, kantung gratisan."

"Yeee! Prinsip ekonomi."

***

Mereka tiba di festival es krim yang diadakan oleh fakultas ekonomi dalam rangka Hari Ulang Tahun Fakultas, para demosioner BEM F di fakulas itu pun terlihat mondar-mandir mengurusi acara. Ya, seharusnya mereka sudah tidak memiliki program kerja, namun karena pihak fakultas meminta bantuan, mau tidak mau mereka harus mengiyakan, tentu dengan bantuan panitia dari beberapa mahasiswa non organisasi yang mengikuti open recrutment kemarin. Karena program fakultas ini adalah salah satu agenda terbesar fakultas setiap tahun.

"Lo tahu nggak? Di FE itu gudangnya anak-anak modis, beuh kalau mau lihat cowok ganteng kinyis-kinyis ya ke sini aja, dijamin mata langsung melek," kata Alya sambil sibuk memakan satu cup es krimnya.

"Nggak kayak di jurasan kita yang cowoknya lusuh-lusuh gitu, ada sih yang ganteng, tapi bisa diitung jari," katanya lagi sambil terkikik.

"Diam dah, Al. Ini es krim gue bakal leleh kalau lo ngomong terus."
"Yeeee...dibilangin juga."
"Ehmmm...bomat, cowok ganteng kalau brengsek mah buat apa?"
"Lo mah gitu, Al!"
"Diem deh, es krim gue enak."

Aluna fokus dengan es krim di tangannya sambil melihat ke atas panggung, ada pertunjukkan band di sana. Acara di sini cukup ramai dan mahasiswa dari fakultas lain banyak yang datang, ngomong-ngomong fakultas ekonomi, ia jadi ingat Davika. Oh, Aluna menepuk dahinya, ia lupa memberi kabar Davika kalau dirinya akan menginap ke rumah Davika nanti malam. Davika adalah sahabatnya semenjak dua tahun lalu, mereka pernah terlibat hubungan dengan laki-laki yang sama. Laki-laki itu, Arzello Wisnu Prakarsa, mantan pacarnya juga mantan pacar Davika semasa SMA. Aneh? Memang, bukannya saling membenci tapi mereka malah bersahabat.

Ia hendak mengambil ponselnya, sebelum Alya menepuk tangannya keras.

"Naaa...lo tadi dilihatin cowok ganteng deket pohon beringin di sana," kata Alya heboh. Aluna memutar dua bola matanya.

"Mana?"
"Itu di sana, pake kemeja biru laut," ucap Alya.

Aluna mengikuti arah telunjuk Alya, dan saat itu juga es krimnya terjatuh. Aluna terkejut.

sial, si cowok cungkring! Jadi, dia anak FE?

***
Apakah dedek zello gemesin kayak papanya? Semoga wkwk *digampar

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 226K 45
Aretha dan Radhika sudah putus sejak 7 tahun lalu, tepatnya saat malam perayaan kelulusan mereka di SMA. Sejak hari itu, mereka yang selama 3 tahun b...
588K 56.1K 45
Demi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza...
2.9M 116K 33
[Spin-off Adeeva dan Arga] [Bisa dibaca terpisah] Terbangun di kamar asing adalah suatu hal yang sangat mengejutkan bagi Jihan. Terlebih saat Bima Pr...
8.3M 614K 91
#1 NOVELINDONESIA Dear Aletha Winter, even a white rose has a black shadow. P.s : Tragic shit, roller coaster also ninjas cutting onions. This st...