[SS • 3] - Buku

Por putriayuningtyasxx

373 19 4

[Stationary Series • one shot] Buku adalah salah satu alat tulis yang wajib dibawa saat disekolah. Namun apa... Más

Apa alasan lo gak pernah bawa buku?

373 19 4
Por putriayuningtyasxx

"Dio Renandi! Kamu itu ya, kenapa selalu gak bawa buku saat pelajaran saya?" Tanya Pak Dodi yang merupakan guru fisika.

Dio yang dipanggil namanya hanya bisa memandang datar lalu menjawab, "nih ya pak. Saya gak bawa buku bukan cuma pelajaran bapak doang, tapi semua pelajaran. Guru lain biasa aja tuh pas saya gak bawa, kenapa bapak doang yang sewot?" Dengan ekspresi wajah yang terbilang santai, Dio menjawab pertanyaan Pak Dodi.

"Kamu ini ya! Berani ngejawab perkataan saya?"

"Lah saya cuma mengklarifikasi biar gak ada dusta diantara kita." Ucapnya lagi masih dengan nada sesantai mungkin.

Satu kelas yang mendengar penuturan Dio pun mau tak mau menahan tawa sembari merekam bagaimana ekspresi wajah Pak Dodi yang sudah merah padam menahan amarah. Semuanya, kecuali Naura.

Naura merasa Dio itu tidak ada sopam santunnya sama sekali. Masa sih dia gak ada takutnya sama guru? Dasar anak nakal!

"Keluar kamu sekarang dari kelas!" Bentak Pak Dodi.

Senyum terbit diwajah Dio, "dengan senang hati. Assalamu'alaikum." Sambil melambaikan tangan, Dio pun keluar melewati pintu kelas.

Sontak teman-temannya pun menjawab dengan suara yang keras, "Wa'alaikumsalam."

Tidak tahan, Pak Dodi pun menggebrak meja, "diam semua!"

Terdengar bisik-bisik anak kelas yang tidak menyukai cara Pak Dodi seperti itu.

"Lah, orang kita jawab salam doang dia bete. Baperan banget jadi guru." Ucap Melinda, teman sebangku Naura.

"Ya kalian lah yang gak liat kondisi." Ucap Naura pelan takut terdengar Pak Dodi.

"Tapi 'kan jawab salam tuh hukumnya wajib, Ra!"

"Tapi gak harus sekenceng itu juga kali, Mel. Jawabnya ya biasa aja."

Melinda mendecak kesal, "tau deh yang anak kesayangan Pak Dodi mah beda."

"Ih apaan sih?"

Dan mereka pun melanjutkan pelajaran yang sempat tertunda. Hingga jam terakhir pelajaran fisika, pikiran Naura tidak tenang dan selalu mengarah ke Dio.

Punya temen kok nyusahin banget sih?! Batinnya kesal.

^•^•^

"Dio!"

Dio yang sedang menyantap bakwan bersama kedua temannya pun menoleh.

"Ha?"

Tanpa basa-basi Naura langsung menarik tangan Dio dengan kencang dan membawanya ke bawah pohon yang rindang.

"Apaan nih maksudnya narik gini? Udah genit ya Naura sekarang mainnya pegang-pegang tangan." Naura pun langsung melepas genggaman tangannya pada tangan Dio dengan kencang.

"Eh sakit anjrit!"

"Duduk!" Perintah Naura.

Masih dengan gelagat santainya, Dio mengikuti perkataan Naura. Naura pun ikut duduk disamping Dio yang masih menyantap bakwannya.

Tanpa pikir panjang Naura merebut bakwan yang masih tersisa setengah itu dan melemparnya jauh.

Dio terkejut bukan main, pasalnya gigitan terakhir bakwan itu yang paling enak dan itu adalah bakwan terakhirnya.

"Anjing. Mau lo apaan sih, Nau?!" Disaat semua temannya memanggil 'Ra', hanya Dio yang memanggilnya dengan sebutan 'Nau'.

"Lo tuh bisa gak sih dengerin gue sekaliiiiii aja?" Tanya Naura geregetan.

Dio memutar matanya malas, "masalah si Dodi lagi nih ceritanya? Gue 'kan dah bilang kalo gue gak suka sama model guru macem dia. Dikira gue bakal mati apa kalo gak bawa buku tiap hari?"

"Ya tapi 'kan lo salah, Yo. Sejak kapan murid pergi ke sekolah gak pernah bawa buku?"

"Sejak gue kelas 11."

"Serius ih!"

"Ya gue dua rius."

Naura menghembuskan nafas untuk meredam emosinya, "nih ya, dengerin gue. Apa alasan lo gak pernah bawa buku?"

Dio berpikir sebentar, "karena berat."

"Yang logis dikit kenapa sih jawabannya?"

"Nih, gue tanya sama lo. Apa gunanya bawa buku ke sekolah?"

"Ya buat belajar lah! Tolol juga pertanyaan lo."

Dio mendecak kesal, "selain itu?"

Naura berpikir sebentar. Ya memang hanya itu kan fungsi buku? Sebagai alat untuk belajar. Oh, ada satu lagi.

"Sumber ilmu pengetahuan."

"Oke. Lo bilang buku itu buat belajar sama sumber ilmu pengetahuan. Sekarang gue tanya lagi sama lo, pernah gak satu kali pun itu buku lo buka dirumah kecuali lagi ada pr sama ulangan? Pernah gak sekali aja lo baca itu buku bener-bener sampe mata lo jereng dan ilmu pengetahuan yang lo bilang itu nyangkut di otak lo? Pernah gak lo nulis di buku kalo gak disuruh sama guru buat nyatet? Gak pernah 'kan?

Anak jaman sekarang tuh harus di doktrin dulu baru bisa ngelakuin sesuatu. Gue yakin kalo ada guru yang ngajar cuma ngomong sampe mulut jontor dan gak nyuruh ngapa-ngapain, kalian semua malah bakal ngobrol dan gak perhatiin. Terus gunanya buku, apa?

Sekarang tuh jaman udah canggih. Lo mau dapet ilmu pengetahuan? Buat apa hape lo pinter kalo lo nya gak punya otak buat gunain? Mau nyatet? Jaman sekarang dah canggih, lo bisa pake notes. Simpel, gampang, gak ribet, enteng. Nah, itu alesan gue! Pinter gak tuh?" 

"Eh, anak monyet! Kalo emang menurut lo hape tuh lebih dari buku, kenapa tiap pelajaran gak lo manfaatin? Boro-boro buka google, yang ada lo main ML ampe mampus."

"Salah sendiri guru yang nerangin ngebosenin. Daripada tidur ya mending main hape dong, ya gak?"

Naura berdecak sebal, "yaudah terserah lo ya, Dio. Pokoknya kalo lo kenapa-napa gue gak mau ikut campur lagi." Dan Naura pergi meninggalkan Dio disana dengan muka masamnya.

"Eh, Nau!" Teriak Dio.

"Apa lagi sih?!" Teriak Naura dari kejauhan.

"Jadi cewek gue aja, biar bisa perhatiin gue tiap hari!" Teriaknya lagi disusul dengan cengiran tengilnya seperti biasa. Naura terpaku beberapa saat sebelum akhirnya sadar kalau yang sedang bicara dengannya orang gila yang kebanyakan main ML sama Get Rich.

"Sinting lo, ya?!"

Dio bangkit dari tempatnya dan mengejar Naura. Yang dikejar menjengkit takut karena muka Dio saat ini persis sekali seperti seorang Om-om yang mengincar anak-anak.

"Apa sih? Jauh-jauh gak?"

"Enggak sebelum lo jadi cewek gue."

Dan sebelum Naura sempat berlari, Dio keburu menangkapnya dan mengalungkan tangan kanannya di pundak Naura.

"Lepas gak?!"

"Jangan galak-galak sama abang, dong. Jadi takut nih."

"Dio monyet! Lepas dibilang!" Dengan kekuatan yang masih tersisa, Naura menginjak kaki kanan Dio dengan kencang.

Dio berteriak sambil mengumpat, "Anj...!"

Dan Naura dengan nafas terengah berlari menjauhi Dio yang masih merintih menahan sakit di kakinya.

"Naura! Gue bercanda elah!" Teriak Dio lagi.

Tanpa diduga, air mata turun dari wajahnya. Naura pun tidak tahu kenapa, tapi kenapa rasanya sakit saat Dio mengatakan hal itu sebagai candaan? Tadinya, dia mengira bahwa Dio serius dengan ucapannya. Untung saja otaknya masih berbicara, kalau tidak mungkin saja Naura akan mengiyakan ajakan Dio itu saking senangnya.

Dia pun mengusap air matanya pelan, "gue yang goblok. Ngarepin kok cowok kayak dia?"

"Yang tadi, gue serius."

Tiba-tiba orang yang ada dipikirannya muncul disampingnya. Dengan muka seteduh itu, Naura tidak akan bisa berpaling.

"Kenapa sih cewek tuh baru digituin aja langsung nangis? Pantesan aja banyak cewek jomblo jaman sekarang." Ucapnya sambil mencairkan suasana.

Mau tak mau, Naura pun tertawa. "Gak lucu tahu gak?"

Dio tersenyum sambil menyolek dagu Naura pelan, "gak lucu kok ketawa? Ayo lo ketawa 'kan?"

"Berisik."

Naura meninggalkan Dio karena merasa malu. Kenapa dia gak sadar kalau Dio sudah ada didekatnya? Si bodoh emang. Batinnya dalam hati.

"Naura, gue serius. Mau gak jadi cewek gue?" Tanyanya lagi. Naura hanya diam enggan menjawab. Takut bahwa ini hanya taktik Dio agar bisa mengejeknya nanti.

"Jadi pacar gue, dan gue janji gue bakal jadi anak rajin. Bakal bawa buku, baju rapi, gak main ML kalo lagi pelajaran Dodi, eh Pak Dodi maksudnya. Ya, please?"

"Janji?"

"Janji."

"Oke."

Dio tersenyum lebar, "oke apa nih?"

"Ya... itu."

"Itu apa?"

"Gak jelas lo ah!"

"Hehe, bercanda kok. Jadi kita jadian nih?"

"Hm."

Dio langsung menggamit tangan Naura, "ke kelas yuk?"

Naura membalas genggaman tangan itu, "yuk."

Dan mereka hidup bahagia selamanya...










































Gak deng. Emang dikira dongeng bisa hidup bahagia selamanya? Baru juga berapa menit jadian, hehe.

TAMAT







Seguir leyendo

También te gustarán

15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
575K 6.1K 26
Hanya cerita hayalan🙏
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...