Stay with Me

By halowyf

7.4M 192K 5.4K

[SUDAH TERBIT] Note: Belum revisi. Cerita ini ditulis ketika belum paham PUEBI, dll. *** Apa yang kalian rasa... More

1. Kesal
3. Kejutan
4. Tanpa Kabar
5. With You
6. Mantan Siapa?
7. I'm (Not) Fine
8. Luka
9. Minta Maaf Lagi
10. Sakit?
11. Dilema
12. Lemah
13. Menjenguk
14. Gengsi
🐍 Playlist 🐍
15. Senyuman
16. Ngopi
17. Instagram
18. Jealous
19. Balikan?
20. Bullshit
SUDAH TERBIT

2. Api Cemburu

232K 13.1K 380
By halowyf

"Kalau lo dekat sama dia, gue ngerasa partikel-partikel yang ada di tubuh gue hilang."

Naomi

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu membuat seluruh siswa-siswi SMA Galaksi sudah berhamburan keluar kelad, entah untuk pulang atau sekadar nongkrong ala abg zaman sekarang. Tetapi masih ada juga yang berada di sekolah, untuk menunggu jemputan atau mungkin latihan ekstrakurikuler dan rapat organisasi.

Kini Naomi tengah berada di parkiran untuk menunggu Ken, niatnya ingin meminta antar untuk pulang. Siapa tau Ken kesambet tuyul pengkolan jadi mau mengantar Naomi pulang. Siapa yang tahu kan, hayo?

Naomi memainkan jari-jarinya kesal, "Lama amat sih," gumam Naomi menggerutu kesal kepada dirinya sendiri.

Lima menit sudah Naomi menunggu Ken, akhirnya yang ditunggu muncul dengan wajah yang selalu datar tanpa ekspresi. Ken berjalan ke arah motornya yang berada di samping Naomi, kemudian ia melihat Naomi dan menatapnya dingin.

"Ngapain?" tanya Ken saat berada di samping Naomi.

"Anter pulang!" rengek Naomi.

"Ya, sana pulang."

"Anterin, ya?" pinta Naomi dengan puppy eyes-nya seperti anak kecil yang minta dibelikan balon oleh ibunya.

Ken berdecak, "Gue ada urusan. Lo pulang naik angkot aja!" suruhnya mengambil helm yang berada di atas motor ninja merahnya.

Naomi menghela napas kasar, Ken benar-benar membuatnya kesal.

"Kapan sih lo mau nganterin gue pulang? Masa setiap hari ada urusan mulu?" cibir Naomi menatap Ken.

Pasalnya Ken selalu beralasan 'gue ada urusan' jika Naomi memintanya untuk diantar pulang. Padahal apa susahnya untuk mengantarkan Naomi pulang, toh rumah Naomi tidak jauh dari sekolah dan itu pun satu arah dengan rumah Ken. Kadang Naomi suka berpikir, mungkin Ken memiliki selingkuhan sehingga dia tidak mau mengantarkannya pulang. Pikiran itu selalu membuat perasaan Naomi bingung, sakit hati, dan ragu untuk percaya kepada Ken. Tetapi ia selalu berusaha untuk mempercayainya.

"Biasanya juga naik angkutan umum."

Naomi menghentakkan kakinya. Ih, lo kapan, sih bisa jadi cowok peka?!" geramnya kesal.

"Gue peka," jawab Ken santai.

"Lo tuh ya!" kesal Naomi memukul bahu Ken.

Cowok di hadapannya ini sangat menyebalkan. Selalu saja bisa menjawab perkataan Naomi dan membuatnya kesal. Tetapi bagaimana lagi jika sudah sayang? Susah untuk benci.

Ken tersenyum tipis bahkan sangat tipis sekali hampir tak terlihat saat melihat tingkah Naomi yang seperti ini. Inilah yang membuat Ken selalu betah berada di samping Naomi. Ken selalu merasa terhibur saat membuat Naomi marah. Sangat menggemaskan menurutnya. Naomi itu berbeda dengan gadis lain yang selalu berusaha tampil keren agar bisa dilihat oleh dunia. Cewek itu selalu tampil apa adanya.

Tidak memakai kalung atau perhiasan lainnya, meskipun orangtuanya mampu untuk membelikan itu semua. Naomi selalu sederhana, ia tidak berusaha menunjukkan semua kekayaan orang tuanya kepada semua orang.

Itulah yang menjadi sudut pandang seorang most wanted Galaksi, sehingga bisa jatuh cinta dengan cewek cerewet yang selalu merengek meminta dibelikan es krim seperti anak kecil.

Naomi memalingkan wajahnya kesal ke arah lain dan terus saja mendumel.

"Dimas?!" teriak Naomi saat ia melihat Dimas—teman sekelasnya, berjalan ke arah parkiran.

Dimas tersenyum menunjukkan lesung pipinya yang manis. Berjalan menghampiri cewek yang memanggilnya tadi.

"Ada apa, Nom?" tanya laki-laki berlesung pipi itu.

Naomi tersenyum, "Lo mau balik ya?"

"Iya, kenapa?"

"Gue boleh nebeng? Soalnya, nggak ada yang mau antar gue pulang!" ucap Naomi penuh penekanan diakhir ucapannya, bermaksud menyindir Ken.

"Boleh kok, kebetulan gue juga mau pulang," ujar Dimas ramah.

"Yuk,"

Baru saja Naomi melangkahkan kakinya, Ken sudah menahannya mencekal pergelangan tangan Naomi.
Cewek itu meronta meminta dilepaskan. Tenaga Ken cukup kuat, sehingga Naomi kesulitan melepaskan tangannya.

Naomi mendengus kesal, "Apa, sih lo?" bentaknya, " lepasin! Gue mau pulang sama Dimas,"

"Ngapain pulang sama dia?" tanya Ken menunjuk Dimas. "Nggak usah sama dia, pulang naik angkot aja!" lanjutnya dingin dan menatap Naomi dengan tatapan menghunus.

"Nggak mau, lepasin!"

"Lepasin dia!" kata Dimas berusaha membantu Naomi.

"Ada hak apa lo ngatur gue?" emosi Ken sudah memuncak, Naomi yang melihat itu jadi cemas sendiri.

Ken tersenyum miring "She's mine!" ucapnya menatap Dimas tajam.

"Karena dia cewek lo, makanya lepasin!" sahut Dimas dengan wajah tenang membuat emosi Ken semakin memuncak. Ken menarik kerah seragam Dimas.

Dalam satu kali hentakkan Ken memukul wajah Dimas hingga ia tersungkur ke tanah. Darah segar mengalir dari rahang kokoh laki-laki berlesung pipi itu.

Naomi tersentak kaget dengan perlakuan Ken yang secara tiba-tiba.

"Ken lo apa-apaan, sih?!" Naomi mendorong dada Ken hingga cowok itu mundur beberapa langkah, "Dimas itu baik mau nganter gue pulang! Nggak kayak lo, yang nggak pernah ada waktu buat gue!" bentak Naomi dan membantu Dimas untuk berdiri.

Dimas mengusap sudut bibirnya. Bisa saja Dimas melawan Ken, tetapi itu tidak mungkin karena ia tidak ingin membuat Ken semakin menjadi-jadi.

"Pulang sama gue, jangan sama dia!" paksa Ken menunjuk wajah Dimas dan menarik kasar tangan Naomi untuk segera naik ke motornya.

"Naik!" suruh Ken saat dia sudah berada di atas motor ninja merah miliknya.

Naomi terdiam, ia bingung apa yang harus ia lakukan. Di satu sisi ia tidak enak kepada Dimas, tetapi di sisi lain juga ia tidak ingin membuang waktu untuk menolak ajakan Ken pulang.

"Cepetan naik!" bentak Ken ketus saat Naomi masih saja diam.

Naomi gelagapan kaget, dengan cepat dia naik ke atas motor ninja milik Ken. "Galak banget, sih!" gumam Naomi pelan.

"Berisik!"

"Gue benci sama lo, titik!" kesal Naomi memukul bahu Ken.

Kini Naomi sudah berada di boncengan motor milik Ken. Mungkin ini untuk kelima kalinya Ken mengantarkan pulang. Tanpa membalas ucapan cewek di belakangnya, Ken melajukan motornya keluar gerbang meninggalkan Dimas.

Naomi sempat menoleh sekilas ke arah Dimas lalu tersenyum seolah meminta maaf dan langsung mendapat anggukan dari Dimas.

"Lo kenapa, sih sama Dimas?" tanya Naomi memiringkan kepalanya tepat di samping telinga Ken.

Tidak ada respons membuat Naomi menghela napas gusar. "Lo cemburu, ya?"

Mendengar itu, Ken tiba-tiba saja mengerem mendadak membuat Naomi hampir saja terjungkal. Naomi menggerutu memukul punggung cowok di depannya ini.

"Hati-hati dong!"

Ken menoleh membuka kaca helmnya dan menatap Naomi tajam. "Sekali lagi lo ngomong, gue turunin lo di jalan!"

Seketika Naomi terdiam, bibirnya terkunci. Takut jika Ken benar-benar akan menurunkannya ditengah jalan. Ia takut jika bertemu dengan penculik yang akan membawanya ke tempat misteri seperti sinetron yang sering Naomi tonton.

Ken kembali melajukan motornya, perasannya kini tidak karuan. Apa mungkin Ken benar cemburu dengan Dimas? Ken menghiraukan pikirannya itu, dan berusaha fokus mengendarai motornya.

•••

Ken menghentikan motornya di sebuah kedai pecel lele di pinggir jalan. Naomi mengerutkan keningnya lalu ia turun dari motor milik Ken. Membuka helmnya dan menyodorkannya pada Ken.

"Mau ngapain ke sini?" tanya Naomi merapikan rambutnya yang acak-acakan karena helm.

"Makan," sahut Ken singkat lalu melangkah mendahului Naomi masuk ke dalam kedai pecel lele.

Naomi hanya membuntuti Ken dari belakang. Baru pertama kalinya Ken mengajak Naomi kesini. Naomi berjalan mencari meja yang kosong. Sedangkan Ken memesan makanan yang sepertinya Ken sudah sering makan di tempat ini.

"Tumben ngajak makan gue di sini?" tanya Naomi saat Ken sudah duduk di depannya.

Ken hanya diam lalu mengeluarkan ponsel silvernya dari saku jaket yang melekat pas di tubuhnya yang atletis.

Naomi memutar bola matanya jengah, "Kayaknya lo gangguan telinga ya, Ken."

Ucapan Naomi membuat laki-laki di depannya mendongak menatapnya dengan tajam. Lalu mengangkat sebelah alisnya dan kembali menatap ponsel di tangannya. Selalu seperti itu. Hanya diam menatapnya tajam lalu sibuk dengan ponsel di tangannya membuat Naomi kadang merasa bosan dengan perlakuan Ken selama ini.

"Berasa ngomong sama patung," celetuk Naomi asal.

Tidak ada respons, Ken masih asyik bermain ponselnya meskipun telinganya mendengar celotehan Naomi. Gadis itu hanya mendengus saat melihat Ken tanpa ada respons sama sekali.

"Ken," panggil Naomi sedikit memajukan kursinya agar mendekat dengan Ken.

"Apa?"

"Lo tadi kenapa mukul Dimas, sih?" tanya Naomi heran yang masih menatap Ken.

Tatapan mereka bertemu seperkian detik. Tatapan tajam milik Ken tidak membuat Naomi ciut. Cewek itu hanya menatap dengan wajah polosnya.

"Dia itu temen gue, dia baik banget. Selalu kasih gue contekan, lo malah pukul dia. Kasian dia! Lo nggak punya hati banget. Dia itu baik mau nganter gue pulang tadi," celoteh Naomi panjang lebar membuat Ken menatapnya lagi dengan tajam.

"Lo suka sama dia?"

"Nggak, gue kan sukanya sama lo." Naomi tersenyum lebar menampilkan deretan giginya. "Kalau lo suka sama gue nggak?"

"..."

"Ken!"

"Apa?"

"Lo suka sama gue?"

Helaan napas terdengar dari Ken. Ia meletakkan ponselnya di atas meja. "Kalau gue nggak suka, nggak mungkin lo jadi pacar gue sekarang."

Blush. Pipi Naomi memerah mendengar perkataan Ken. Bahagia ternyata sesederhana itu.

"Suka sama gue karena apa?" Naomi senyum-senyum sendiri. Ia terus saja memancing Ken untuk bisa mengungkapkan perasaan layaknya pasangan normal.

"Kenapa nanya gitu?"

"Pengen tahu aja,"

"Kalau sekadar pengen tau, nggak usah tau."

Naomi merenggut sebal. "Kok gitu? Jawab aja dulu,"

"Nggak tau,"

"Gitu mulu jawabnya!" Naomi membenamkan wajahnya di atas meja.

"Lo tau lagu Maudy Ayunda?"

Pertanyaan Ken membuat Naomi mendongak. Alisnya terangkat, mengapa Ken menanyakan hal seperti itu.

"Lagu yang mana?"

"Tiba-tiba cinta,"

"Oh yang itu. Iya tau, kenapa emangnya?"

Ken menggeleng membuat Naomi mengerutkan dahinya heran.

"Ih, kenapa?"

Belum sempat Ken menjawab, pecel lele pesanan mereka sudah datang. "Makasih, Bang."

Naomi mendengus kesal ketika Ken melupakan pertanyaannya barusan. Ken asyik dengan pecel lele yang lebih menarik daripada pertanyaan Naomi.

Dengan berat hati, Naomi mengubur pertanyaannya. Berbicara dengan Ken membuat emosinya terkuras habis. Namun, rasa sayang Naomi tak juga berkurang hanya karena sikap Ken.

***

NOVEL STAY WITH ME BISA DIDAPATKAN DI SHOPEE GRASSMEDIA!

Continue Reading

You'll Also Like

ALBERIC By nnaiev

Teen Fiction

8.4M 387K 60
[SELESAI]✔ 🔥BOOK_1 [ALBERIC]🔥 🔥BOOK_2 [LENRIC]🔥 Lena senantiasa mengikuti alur kisa cintanya bersama seorang remaja lelaki yang bernama Alberic K...
1.9M 155K 67
"Seharusnya lo mati, Arisha. Kenapa lo harus hidup setelah buat orang lain koma?" Sadis, kejam, dan penuh amarah, kalimat yang tepat untuk menggamba...
3.7M 443K 87
UDAH PERNAH NGUBAH PAKBOI JADI BUCIN BELUM? KALO BELUM COBAIN DEH, RASANYA.... AH MANTAP! *** "Pacaran yuk?" ajak Ace tanpa beban. Terlalu to the poi...
788K 55.8K 67
Apa itu Fanatik? Fanatik adalah sikap ketertarikan seseorang terhadap sesuatu secara berlebihan. Contohnya? Ting! @algeriandivanior.fansite menandai...