Antipole

By nunizzy

2.1M 232K 31K

•Completed• Kita ada di kutub yang berbeda. Sekolah yang terkenal disiplin dan memiliki segudang presta... More

Prolog
1st Pole
2nd Pole
3rd Pole
4th Pole
5th Pole
6th Pole
7th Pole
8th Pole
9th Pole
10th Pole
11th Pole
12th Pole
13th Pole
14th Pole
15th Pole
16th Pole
17th Pole
18th Pole
19th Pole & QnA
20th Pole & Giveaway Time
21st Pole
22nd Pole
23rd Pole & Disclaimer
24th Pole
25th Pole
26th Pole
27th Pole
28th Pole
QnA
29th Pole
30th Pole
31st Pole
32nd Pole
33rd Pole
34th Pole
35th Pole
37th Pole
38th Pole
Fun Facts
39th Pole
40th Pole
41st Pole
42nd Pole
43th Pole
44th Pole
45th Pole
46th Pole
47th Pole
48th Pole
49th Pole
50th Pole
51th Pole
52nd Pole & QnA#2
53th Pole
54th Pole
55th Pole
Sekilas Promo
QnA#2 (Part 1)
QnA#2 (Part 2)
56th Pole
57th Pole
58th Pole
Epilog
Pidato Kenegaraan Antipole

36th Pole & Promotion

24.7K 3K 327
By nunizzy

           

36th POLE

~~||~~

"Eh, lo udah jadi belum ketemuan sama Gavin?" tanya Rahagi disela-sela aktivitasnya.

Kedua saudara itu tengah duduk di ruang tengah rumah mereka. Minggu ini minggu ujian kenaikan kelas. Rahagi sedang mengajari Inara ber-matematika, mengingat perempuan itu tidak suka hitung-hitungan.

Sebagai balasannya, Inara memberikan Rahagi ringkasan sejarah yang sudah ia buat sesuai dengan kisi-kisi ujian.

"Astaga, gue baru inget kalo chat dia waktu itu gue read doang." Inara menatap Rahagi dengan mata membulat.

"Parah."

"Ntaran aja deh, kelar ukk gue beresin. Btw, tadi limit yang ini gimana caranya?"

"Yang ini ada cara cepatnya. Rumusnya ini." Rahagi menuliskan rumus yang ia hafal di kertas milik Inara.

Gadis itu manggut-manggut.

"Kalo limit aljabar tinggal dimasukin doang kan?"

Rahagi mengangguk, mengiyakan pertanyaan Inara. "Tapi nggak boleh nol per nol."

Tiba-tiba, ponsel lelaki itu berdering, menampilkan nama Dara di atasnya. Perasaan Rahagi mendadak tidak enak. Ada berita apa sampai-sampai adik Vara itu meneleponnya?

"Halo," sapa Rahagi setelah mengangkat telepon dan mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Rag, ini gue Faro." terdengar suara panik milik Faro–kakak laki-laki Vara–di seberang sana.

"Kenapa?" tanya Rahagi ragu.

"Vara." Faro menghela napasnya sejenak. "Vara meninggal!"

Dua kata yang berhasil membuat Rahagi seakan-akan diselimuti petir yang memekakkan telinga.

Vara meninggal.

"Gue ke rumah sakit sekarang." Rahagi mematikan ponselnya dan segera berdiri dari duduk bersilanya.

"Kenapa, Rag?" tanya Inara panik.

"Vara." Rahagi melirik Inara sejenak. "Meninggal."

Inara menutup mulutnya seraya mengucapkan, "Innalillahi wa inna ilahi rojiun." gadis itu ikut berdiri dan mengekori Rahagi yang mengambil kunci mobil.

"Gue ikut."

# # #

Sore ini, setelah salat Ashar, jenazah Vara dikebumikan. Cukup banyak yang hadir menghantarkannya ke peristirahatan terakhir. Namun, kedua orang tua Vara berhalangan karena belum mendapat tiket untuk kembali ke Indonesia.

Kedua orang tuanya memang sangat sibuk. Bolak-balik Indonesia dan luar negeri sudah biasa bagi mereka.

Rahagi dan Inara termasuk dalam rombongan yang ikut menghantarkan Vara. Sepanjang perjalanan dari masjid ke pemakaman, Rahagi tidak banyak bicara–meskipun biasanya dia juga tidak banyak bicara. Dengan pakaian serba hitam, lelaki itu larut dalam lamunannya.

Inara yang kali ini berpakaian serba putih dengan selendang hitam yang menutupi rambutnya, hanya bisa diam memperhatikan Rahagi.

Menurutnya, Vara adalah gadis yang baik. Cukup sering ia menemani Rahagi menjenguk Vara ke rumah sakit. Cukup sering pula ia bertukar cerita dengan Vara. Entah itu tentang serunya memiliki adik perempuan, atau serunya menjadi ketua kedisiplinan di sekolah.

Inara ingat ketika Rahagi meninggalkannya berdua dengan Vara kala itu.

"Na." Vara meraih tangan Inara dan menggenggamnya erat. "Gue titip Ragi."

Inara menaikkan sebelah alisnya, tanda tidak paham dengan maksud perkataan Vara. "Gue sayang sama dia. Jangan biarin dia sedih. Lo pasti sependapat sama gue kalo Ragi yang nyebelin lebih asyik daripada dia yang sedih."

Inara tertawa kecil mendengar ucapan Vara seraya mengangguk tanda setuju.

"Jaga kesayangan gue, Na. Gue sayang sama dia."

Harusnya Inara tahu, perasaan Vara kepada Rahagi memang sebesar itu. Sesuatu yang tidak diketahui Inara terasa berdenyut di dalam sana.

"Gue usahain, Var. Udah seharusnya saudara menjaga saudaranya, kan?"

Lagi-lagi, perasaan aneh itu muncul. Sebagian dari diri Inara tidak setuju dengan perkataannya barusan. Namun, ia tidak mengerti di bagian mana ia tidak setuju.

Vara mengangguk paham. "Kalau seandainya gue pergi nanti, gue udah bisa tenang."

"Vara! Jangan ngomong gitu ah. Kalo Ragi dengar, dia pasti marah."

Rahagi dan Inara menunggu teman-teman Vara yang masih menangis di atas makamnya. Mereka benar-benar tidak bisa menyembunyikan kesedihan mereka. Beberapa dari mereka pernah Inara lihat ketika ia meminta ID Line Vara kala itu.

Di sebelah kiri Rahagi, berdiri Faro dan Dara yang berusaha memendam kesedihan mereka. Pandangan mereka tidak lepas dari nisan yang bertuliskan Savara Anastasya binti Anas Ravaldo.

"Dara," panggil Inara.

Perempuan itu menoleh dan menemukan Inara tengah mengulurkan tangan ke arahnya. Dara menyambut uluran tangan itu dan memeluk Inara.

Yang bisa dilakukan Inara saat ini hanyalah mengusap punggung Dara. Ia tahu bagaimana rasanya. Ia pernah mengalami ini dahulu. Ketika ayahnya meninggal, jatuh bersama pesawat yang ia kendarai.

Papa...

Tanpa ia sendiri sadari, air matanya menetes. Kehilangan memang tidak menyenangkan. Inara memejamkan matanya erat-erat. Tanpa ia sangka-sangka, seseorang mengelus punggungnya.

"Makasih, Dara. Kamu yang semangat," bisik Inara. Gadis itu berkesimpulan bahwa Dara-lah yang mengelus punggungnya–seakan berusaha menenangkannya. Padahal Dara lebih membutuhkan itu.

Dara hanya mengangguk. Ia tidak mau repot-repot memikirkan maksud ucapan terima kasih yang dilontarkan Inara. Gadis itu terlalu sedih.

"Makasih, Kak," jawabnya pelan.

# # #

Kini, hanya empat orang yang tersisa di pemakaman. Faro dan Dara baru saja selesai berbincang-bincang dengan Vara, seakan perempuan itu masih hidup.

"Gue balik dulu, Rag." Faro menepuk pundak Rahagi, yang dibalas oleh anggukan. "Duluan, Nara."

Inara mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Kak, aku pulang, ya." Dara memeluk Inara sekali lagi.

Setelah berpamitan, kakak beradik itu berjalan menuju parkiran mobil.

Tinggallah Rahagi dan Inara yang duduk di tepi makam.

"Var." Rahagi mengelus nisa Vara. "Cepat ya." lelaki itu tersenyum. "Untung gue masih sempat minta maaf."

Rahagi menatap makam Vara sendu. Makam yang penuh dengan bunga, yang masih baru, dan masih bersih.

"Gue usahain untuk rutin bersihin makam lo, Var."

Inara tersenyum mendengarnya. Gadis itu merangkul pundak Rahagi, berusaha memberi ketenangan dan ketabahan kepada Rahagi.

"Gue juga, Var," tambah Inara. "Lo yang bahagia di sana."

Rahagi tersenyum dan melirik Inara sekilas. "Di sana dia udah nggak kesakitan lagi."

Inara mengangguk.

Makasih, Var. Pernah jadi yang berharga di hidup gue.

Semilir angin membelai rambut Inara dan Rahagi. Seakan-akan, Vara baru saja lewat dan merangkul mereka. Mengatakan bahwa ia bahagia melihat keduanya bersama.

# # #

Rahagi : Dmn lo woi

Rahagi : Vara meninggal

Calvin Gavino : Eh sumpah lo jgn bercanda

Rahagi : 3rius

Calvin Gavino : Innalillahi

Calvin Gavino : Ah

Calvin Gavino : Pake di luar kota segala

Rahagi : Pas lo balik, ke makam Vara bareng

Calvin Gavino : Ok

Calvin Gavino : Gue jg mau kelarin urusan sm Inara

~~||~~

A/N

Chapter ini nggak sampai 1000 words tems.

Maafkeun pendek.

#=#=#=#=#=#=

Btw ayo ikut voting cover Tomfoolery (dulu judulnya Toomfoolery) yang sebentar lagi naik cetak!

Fyi, Tomfoolery itu sekuelnya Blacky White. Dan di versi cetaknya, ada extra chapter yang nunjukin kalo Tomfoolery dan Antipole itu ada hubungannya, sedikit.

Ini penampakan covernya. Kalian sung aja ke works aku yang Tomfoolery (was Toomfoolery) dan vote di situ.

Massive thank you ma friends!

14 Juni 2017

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 92.4K 38
Hanya sedikit deskripsi, Keraguan Devan terus berlanjut hingga penantian Maura terbalaskan oleh si peragu. Warning; author tidak bertanggung jawab ji...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 329K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
10.8K 925 51
Relationship goals? Sepertinya itu hanya pandangan orang-orang saja karena kenyataannya enggak ada hubungan yang benar-benar berjalan dengan mulus. S...
402K 69.4K 39
❝Riddle was made to be solved, are you ready to solve it together?❞ Bukan tanpa alasan murid sepintar Dycal Alvredo memutuskan pindah dari sekolahnya...