You Are My Mate? (END)

By Lyoo31

23.3K 1.8K 188

Aku tidak pernah mereject mu kata kata itu tidak akan pernah aku katakan, kau akan menjadi satu satunya MATE... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapther 7
Chapter 8
Chapther 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26 - END

Chapter 17

733 51 9
By Lyoo31

Tap. Tap. Tap.

Suara langkah kaki yang terkesan begitu tergesa gesa, terdengar menggema di sebuah lorong panjang nan gelap.

Seorang namja dengan pakaian kesukaannya yang serba hitam, dari hodie yang di pakainya sampai topi yang tertutup oleh tudung dari hodie itu membuatnya menjadi rogue yang paling dingin dan kejam di seluruh pack.

Mark Tuan, dengan keyakinan yang kuat menyelimuti dirinya saat ini, namja itu berjalan menuju ruangan yang selalu menjadi tujuan utamanya ketika ia datang kePack itu.

Namun, tiba tiba saja ia memelankan langkah kakinya begitu telinga tajamnya mendengar pembicaraan antara seorang namja asing dengan tuannya di ambang pintu masuk ruangan yang ia tuju.

Merasa ada yang ganjal, Mark lantas menghentikan langkahnya tepat di hadapan pintu besar yang tertutup itu di hadapannya.

Dengan sikapnya yang tenang, ia dengan seksama mulai mendengarkan semua pembicaraan yang mereka lakukan di dalam.

“aku, tidak bisa mengandalikan Mark, anak itu sudah termakan oleh perasaannya sendiri. Dia menyukai pemilik jantung itu.” mendengar namanya di panggil, Mark semakin yakin jika apa yang di lakukannya kali ini adalah hal yang benar.

Namja itu sedikit menundukkan kepalanya, dan merutuki dirinya sendiri akan kenyataan yang  baru saja di katakan oleh tuannya itu. Bagaimanapun juga Mintozaki Sana adalah seorang yeoja yang berhasil menarik perhatiannya dari awal ia mengikuti Sana hingga sekarang ia bertemu.

Perasaannya benar benar tidak bisa ia bohongi.

“dia, anakmu.. Tuan, tidak mungkin kau melakukan ini padanya kan?” kali ini Mark sedikit mengertakkan rahangnya geram ketika ia, mendengar kata ‘anak’ keluar dari mulut orang asing yang berbicara pada tuannya.

Dalam hatinya Mark mengumpat, ia berjanji ketika Mark menemui orang itu setelah ini sudah di pastikan ia akan mati di tangannya.

“aku tahu, tapi.. usahaku untuk menjadikannya rogue itu tidaklah mudah, dan sekarang  dia sebentar lagi akan menghianatiku…”Mark mengepalkan tangannya begitu ayahnya sendiri, berfikir sedemikian rupa pada anaknya.
Kenyataan pahit memang karena ia adalah anak dari Tuannya sendiri?

Ayah?...

Tuan adalah panggilan yang tepat untuk orang seperti dia, yang dengan mudah mengubah anaknya sendiri menjadi rogue lalu di perlakukan seperti budak.

Brak!!

Mark tak ingin lagi menguping pembicaraan mereka dan langsung masuk dengan kasar ke dalam ruangan yang luas itu.

Ayahnya yang duduk dengan tenang di kursi kebesarannya dan tak lupa juga namja asing yang dapat Mark lihat dengan jelas ia sedang berdiri tak jauh dari ayahnya, pandangan merekapun lantas segera tertuju kearah Mark.

“hem… Mark?” ucap Alpha itu atau seharusnya Mark memanggilnya Ayah? Bahkan ia tak sudi memanggilnya seperti itu. Sudah berpuluh puluh tahun ia memanggil Ayahnya dengan sebutan yang tak seharusnya, tapi Mark harus berbuat apa lagi? di mata Ayahnya dia hanyalah seorang Rogue..

"sudah seberapa banyak yang kau dengar, Mark?" lanjutnya.

Mark hanya diam, dia berdiri lurus di hadapan Tuannya dengan tatapan yang tajam.

Melihat gelagat anaknya yang sedikit berubah dan berani terhadapnya, Alpha itu lantas berdiri dari tempat duduknya, ia lalu melangkahkan kakinya ringan untuk mendekati Mark dengan kedua tangannya yang ia sembunyikan di belakang tubuhnya.

Ia tahu Tuannya itu pasti akan mengubah rencana yang telah di buat bersama dengannya. Mark tidak ingin itu terjadi, bagaimanapun juga membawa pemilik jantung itu ke hadapannya adalah tugasnya dan hanya dialah yang boleh melakukan hal itu untuknya.

Alpha The Blood Moon Pack itu lantas menghentikan langkah kakinya, ia sengaja menyisakan jarak yang cukup dekat dengan Mark.

Seakan tahu keadaan Mark sekarang, Tuannya itu memutuskan untuk tidak melangkahkan kakinya lebih dekat lagi dengannya.

“apakah permintaanku tadi terlalu berat? Aku, membutuhkan waktu!”dengan berani, Mark membuka pembicaraannya tanpa menghiraukan perkataan tuannya tadi yang sudah jelas itu menyinggung dirinya.

Dapat Mark rasakan helaan nafas kesal yang keluar dari mulut Tuannya itu, setelah ia berkata.

“sudah berapa lama kau menyembunyikan perasaanmu itu dariku??”

Mark tidak bodoh, tuannya ini pasti sudah tahu lebih jauh tentang dirinya.

Ia menatap kembali tuannya yang sempat teralih kerena sesuatu “aku, akan membawakannya untukmu secepat yang ku bisa.” Meyakinkannya adalah satu satunya hal yang bisa ia lakukan saat ini, Mark tidak ingin jika tuannya menyuruh orang asing itu untuk melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan sekarang pada Sana.

“dan pada akhirnya aku akan mati sebelum kau berhasil membawanya kesini…” Mark kembali menunduk. Sebuah kenyataan yang memang Mark tahu itu, membuatnya tidak bisa lagi berkata apa apa untuk mengentikannya. Tapi dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia ingin tuannya itu mati.

“aku mohon,… biarkan aku yang membawa Sana ke hadapanmu.” Dan sekarang, Mark menyebut nama yeoja itu. Seperti  sudah tidak ada harapan lagi Mark menundukkan kepalanya dalam, wajahnya benar benar tak terlihat sekarang karena tudung dan topi yang dia kenakan.

"Dan..
kau juga ingin melihatnya mati?” baiklah itu memang benar, dia tidak akan sanggup melihatnya.

“berhentilah bersikap sok pahlawan dan karena sikapmu sekarang aku jadi berubah fikiran….”

Mark menampakkan wajahnya, ia menatap tuannya dengan tatapan penuh tanya.

Apakah dia, baru saja berubah fikiran?

“Aku, akan mempercepat rencana ini." Tidak, bukan itu yang ingin Mark dengar. Sia sia sudah apa yang ia lakukan selama ini, dan pada akhirnya ia akan tetap kehilangan.

"Tapi-"

" karena aku tidak suka melihatmu jatuh cinta lebih dalam lagi pada jatungku, kau akan tetap melakukan tugasmu dan harus kau laksanakan apapun resikonya termasuk… melihatnya mati di hadapanmu. Kau, akan tetap melakukannya kan? Mark?”

…… The Last Moon Pack ……..

“hhemmm…” Sana mencoba meregangkan badannya tapi pergerakannya terbatas akan sesuatu, hanya untuk mengangkat tangannya saja ia kesulitan karena terhimpit oleh badannya dan juga seseorang yang tengah berbaring di hadapannya.

Sana mengerjapkan matanya, mata yang buram itu kini langsung menatap dada bidang yang tertutup dengan kemeja putih. Ia mengamatinya dengan seksama.

‘seperti pernah melihatnya…’ pikir Sana.

Tatapannya kini naik ke atas, mendongak menatap wajah yang masih damai di hadapannya itu dengan lekat. Wajah itu, ya… Sana mengenalnya dia,…

“Oppaaaamph..” teriakannya tiba tiba saja menjadi semakin pelan ketika ia mendapat pelukan itu kembali semakin di buat erat, membuat mulut Sana tak sengaja tertempel pada dada namja itu sehingga Sana mengatupkan mulutnya rapat.

'Apa yang baru saja ku lakukan semalam?? Hingga Yoongi Oppa tidur dengan ku.'

Sana lantas menggerakan tangannya untuk mendorong tubuh namja itu dengan sedikit tenaga, ia tahu sekarang jika Yoongi saat ini sudah bangun, terlihat dari pelukannya yang super erat membuat Sana sedikit kepayahan.

“kenapa kau tidur denganku?” ucap Sana dengan matanya yang membulat, ia kembali mengadah menatap namja itu. Yoongi masih menutup matanya dengan wajah yang benar benar tenang, berbanding terbalik dengan wajah Sana sekarang.

Benar benar panik dan terkejut.

“kau, khawatir padaku..” ucapnya dengan nada berat dan serak, sebuah alasan yang tidak masuk akal menurut Sana, yeoja itu sama sekali tidak mengerti apa maksudnya.

Memang benar dia tadi sempat berkata jika ia menghawatirkannya tapi, tidur dengannya? Sana mengeryitkan dahinya atas jawaban itu

“maka dari itu aku memutuskan untuk tidur denganmu supaya kau tidak lagi menghawatirkanku dan membuatmu takut.” Yoongi kembali melanjutkan perkataannya.

Oh… ya tuhan Sana menghela nafasnya kesal, sekarang ia merasa menyesal telah mengatakan itu pada Yoongi.

“kenapa?” ucap Yoongi ketika merasakan hembusan nafas kesal dari hidung Sana, matanya pun masih tertutup rapat tidak peduli dengan sikap Sana saat ini yang tengah di buat kesal olehnya, Yoongi masih tenang.

“terserah kau saja! aku mau bangun, ini sudah pagi.” Tatapannya masih menatap kelopak mata yang tertutup itu sembari sedikit menggerakkan tubuhnya sebagai tanda jika ia ingin di lepaskan.

“untuk apa bangun? tetaplah seperti ini!” Yoongi tidak membiarkan pelukannya terlepas begitu saja, jelas itu membuat Sana tidak bisa diam.

Tangannya lantas bergerak untuk mendorong lagi dada Yoongi agar menjauh dan melepaskan pelukannya segera.

Semakin Sana memberontak, Yoongi malah semakin mengeratkan pelukannya dan membiarkan Sana dengan badan kecilnya bergerak gerak di dalam pelukannya, tidak peduli jika Sana sangat ingin terlepas dari rengkuhan kuat yang ia ciptakan.

Mata sipit Yoongi yang kini sudah mulai terbuka langsung menunduk, melihat guratan wajah kepayahan Sana yang menempel di dadanya itu tengah berusaha lepas dari rengkuhannya.

Berbagai permohonanpun  di ucapkan Sana tanpa menghentikan pergerakannya.

Hingga Yoongi merasakan, Sana perlahan mulai menghentikan pergerakannya karena merasa jika apa yang baru saja ia lakukan sama sekali tidak merubah apapun.

Yoongi, menyeringai puas akan kemenanganya.

“Yoongi, aku mohon… bangunLAAAAHHH!!!” Sana menjerit tertahan, ia terkejut karena pergerakan Yoongi yang cepat dan tiba tiba.

Mata bulat Sana yang tertutup rapat karena terkejut itu, kini perlahan mulai terbuka dan memperlihatkan wajah Yoongi yang terlihat jelas di hadapannya sekarang begitu dekat.

Kedua tangan namja itu mengurungnya di kedua sisi kepalanya, tatapan tajam dan juga dingin milik Yoongi, ia perlihatkan dan berhasil membuat yeoja itu menegak air liurnya dengan susah payah.

Yoongi, berada di atasnya dengan tatapan dan juga fikiran yang susah untuk di artikan. Ini masih pagi, dan Sana sudah di buat jantungan karena sikap Yoongi kali ini.

“Sana-ah, ada yang ingin ku katakan padamu…” mata bulat Sana masih bertahan, yeoja itu sama sekali tidak bisa berkata apa apa, jika ia memaksa membuka mulut  pasti hanya akan berakhir sia sia.

Perlahan dan lembut namja itu mulai mendekatkan kepalanya, semakin dekat dengan jarak yang semakin menipis, hingga pergerakannya terhenti ketika kening Yoongi membentur lembut kening Sana.

Tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat, Sana mengerjapkan matanya beberapa kali untuk melihat apa yang baru saja Yoongi lakukan.

Ia dapat melihat mata Yoongi yang terpejam itu dengan sangat dekat.

“saranghaeyo…”

Seperti tersengat listrik, tubuh Sana saat itu juga menegang setelah Yoongi mengatakan hal itu.

Dengan keadaan seperti ini, Yoongi mengatakan perasaannya pada Sana, membuatnya harus ekstra keras untuk mejaga agar jantungnya tetap pada posisinya.

“apa… kau juga mencintaiku?” Tanya Yoongi lagi dengan nada yang begitu lembut.

Selembut apapun yang di katakana Yoongi saat itu, jika ia mengatakan hal yang berhubungan dengan perasaannya, maka jantung dan seluruh tubuhnya pasti akan merespon lebih.

Sana bungkam, ia mengatupkan mulutnya rapat rapat ia tidak tahu harus menjawabnya atau tidak.

Atau dia sendiri bingung apakah ia mencintai Yoongi atau tidak?

Sana tahu jika ia sangat menginginkan Yoongi saat ini, tapi… ia masih belum yakin akan hatinya sendiri.

“jadi, kau masih belum yakin dengan perasaan mu saat ini?” Yoongi tahu apa yang Sana pikirkan tanpa harus ia berkata, namja itu masih menutup matanya menikmati posisinya sekarang yang menurutnya sangat nyaman.

Kedua siku yang berada di kedua sisi kepala  Sana itu, selain untuk mengurungnya tapi juga di gunakan untuk menahan tubuhnya agar tidak menindih tubuh Sana yang ia tahu itu lebih kecil di banding dirinya.

Tapi bagaimanapun juga Sana setidaknya harus mengeluarkan beberapa kalimat untuk ia katakan jika ia tidak ingin Yoongi melakukan hal lebih terhadapnya. Sana mencengkeram erat bajunya sediri, mengumpulkan semua keberanian untuk berbicara pada Yoongi.

“Y-Yoongi Oppa, aku..”

“aku tahu,.. kau belum bisa menjawabnya sekarang.” Ucapnya tenang dengan mata yang masih saja terpejam, Sana pun sedikit merasa aneh dengan Yoongi. Bagaimana bisa namja itu berkata sedemikian padanya dengan tanpa beban?

Bahkan nada bicara yang dia gunakan sangat tenang. Atau Yoongi menahannya?

“tapi aku, akan selalu menunjukkan jika aku mencintaimu.” Sedetik setelah mengatakan hal itu, kepala Yoongi lantas bergerak untuk miring sedikit. Dengan gerakan yang begitu cepat hingga kedua hidung mereka bergesekan satu sama lain lalu di akhiri kecupan manis di bibir Sana yang sedikit terbuka.

“dan akan membuatmu jatuh cinta padaku.”

___________________________

“terimakasih, karena kau sudah bersedia datang ke sini Jungkook-ah” ucap Seokjin ketika ia melihat Jungkook mulai masuk ke dalam kekediamannya.

“aku akan selalu menepati janjiku Hyung, Ah! Apakah kau tahu..”raut wajah Jungkook berubah menjadi antusias, ia lantas melangkah cepat untuk memasuki rumah besar itu dan mendekati Hyungnya, tanpa ia sadari namja itu baru saja membuat seseorang yang ada di belakangnya marah karena tiba tiba ia melepaskan genggaman tangannya dan mendahuluinya..

Bahkan raut wajah orang itu menggambarkan kemarahan yang luar biasa pada Jungkook.

Bisa bisanya Jungkook langsung mengabaikannya ketika sudah bertemu dengan Hyungnya.

“aku, sudah mengirim anggota Pack terbaikku untuk mengikuti gerak gerik Mark, menurutmu, Apa aku terlalu terburu buru?” ucap Jungkook yang kini sudah berada dekat dengan Seokjin. "Karena itu. Kita akan tahu informasinya dengan sangat cepat! Bagaimana?" ucapnya antusias.

Melihat tingkah Jungkook yang entah kenapa menjadi semangat seperti ini, Seokjin hanya menghela nafasnya ringan sembari menatap seseorang yang telah di abaikan Jungkook, dengan tatapan bersalah. “tidak! Kau melakukan hal yang tepat, bukankah semakin cepat dilakukan akan semakin baik?”

Jungkook lantas tersenyum puas mendengarnya.

“ah… apa karena ini kau terus mengusikku semalam?” mendengar kata kata dingin yang sangat Jungkook kenali itu refleks, tubuhnya saat itu juga langsung berbalik menatap seorang yeoja yang berdiri di ambang pintu.

Matanya langsung saja di sambut oleh tatapan tajam dan membunuh darinya.

“Tzuyu-ah! Kenapa kau masih berdiri di sana?” Jungkook tidak sadar, sejak kapan ia melepaskan tangan mungil Matenya itu?

"begitu bangganya dirimu ketika hal yang kau lakukan itu mendapat respon baik dari Seokjin Oppa! Kau langsung melupakanku!" yeoja itu mulai melangkahkan kakinya ringan menuju kearah mereka berdua sembari kedua tangannya yang ia lipat di depan dadanya. "Untuk mendapatkan rencana kecil itu saja kau selalu menguntitku dan menggangguku!" mata bulatnya masih saja setia menatap Jungkook tajam seiring langkahnya mendekat.

Jungkook hanya bisa tersenyum menatap Tzuyu yang nampak sedang marah padanya. Dia juga tahu jika dirinya lah yang salah saat ini.

Tzuyu, menghentikan langkahnya begitu dirinya sudah bergabung dengan mereka berdua, tatapannya langsung saja menatap Seokjin dan tersenyum manis padanya "seharusnya... Seokjin Oppa, berterima kasih padaku karena semua yang telah ia lakukan itu adalah rencanaku "

Seokjin lantas tersenyum pada Tzuyu, ia sudah menduganya jika itu semua adalah pekerjaan seorang yang memang mahir seperti Chou Tzuyu, Mate Jungkook itu benar benar sangat cerdas untuk masalah yang satu ini.

"ya… aku sudah menduganya." Seokjin membalas senyum manis Tzuyu, "gomawo!" ucap Seokjin kemudian.

“ah.. jinja, aku merasa seperti orang bodoh di sini… bagaimana bisa Mateku secerdas ini eoh??” Jungkook menatap Tzuyu yang ada di sampingnya dengan tatapan tak percaya. Melihat dirinya di puji, Tzuyu lantas tersenyum pada Jungkook.

"aku memang yeoja pintar" Ucap Tzuyu memuji dirinya sendiri, sembari membalas senyum Jungkook manis, "ah.. Ya, Seokjin Oppa!"

Seokjin yang tengah menatap kosong tangga yang menunju ke kamar Yoongi dan Sana pun, langsung beralih menatap Tzuyu yang memanggil namanya "ada apa Tzuyu-ah?"

"Eum... Yoongi oppa, dimana?" tanya Tzuyu kemudian, atau lebih tepatnya dia ingin bertemu Mate Yoongi yang tak lain adalah Minatozaki Sana.

Setelah mendengar cerita dari Chaeyoung, Tzuyu menjadi penasaran untuk melihatnya lebih dekat. Jadi, selain membantu Jungkook dan Seokjin, ia juga ingin menemui Sana dan menggalnya lebih jauh.

Mungkin, Tzuyu bisa tahu perbedaan mereka?

"Aku rasa dia.."

“aku melihat hal yang berbeda dari Yoongi” Mina menyela perkataan Seokjin, sehingga membuat namja itu mengalihkan pandangannya ke arah Mina.

Tak hanya Seokjin tapi juga Tzuyu dan Jungkook.

Tzuyu tersenyum senang melihat Mina muncul di hadapannya, dan Mina pun membalas senyum Tzuyu dengan manis seraya berjalan ke arah mereka. "Dan aku,.." Mina, menghentikan langkahnya tepat di samping Seokjin "senang melihat Yoongi yang sekarang.”sambungnya, Kini dengan senyum semanis gula yang yeoja itu tunjukkan.

"ah.. Jinja? Lalu apa yang merasuki dirinya hingga datang lagi kesini larut malam..??" namja itu menatap wajah Mina yang berdri di sampingnya dengan penuh Tanya. ”aku yakin saat dia pergi, Yoongi memasang wajah yang begitu marah, ku pikir dia akan kembali ke packnya tapi ku rasa tidak.”

"Yoongi Hyung pasti mengatakan sesuatu yang membuatnya bersikeras akan kebali ke sini kan??” ucap Jungkook menyela. Jungkook memang sudah tahu masalah ini saat Seokjin memanggilnya waktu itu. Sedangkan Tzuyu hanya memandang Jungkook dengan tatapam serius, tak ayal ia juga mendapat informasi sedikit akan masalah itu dari Jungkook.

"Saat itu, Yoongi berkata padaku jika Dia akan membawa kebali Sana apapun yang terjadi." ucap Seokjin.

Jungkook menghela nafasnya, ia benar benar tahu sifat Yoongi seperti apa.

"Apa mereka baik baik saja? Eonni?" tanya Tzuyu pada Mina, raut wajahnya berubah menjadi khawatir.

Mina pun tidak begitu yakin dengan pendapatnya, tapi melihat gelagat Yoongi yang memang tertera jelas di wajahnya saat ia datang lagi itu, sudah cukup menjelaskan jika semuanya sudah baik baik saja.

"Apa ini?" suara yang begitu mereka kenali, suara dingin yang entah kenapa akhir kahir ini sedikit menghangat, terdengar begitu jelas di telinga mereka ber empat membuat mata mereka beralih secara bersamaan di satu titik, dimana di sana tengah berdiri dua orang yang saat ini membuat mereka ber empat pusing.

Siapa lagi kalau bukan Yoongi dan juga Sana. Mereka nampak menghentikan langkah mereka di tengah tengah tangga entah karena apa itu.

Gambaran dari wajah mereka berdua pun tidak cukup membuat rasa khawatir Tzuyu mereda, dari wajah Sana yang memerah entah karena apa dan juga wajah datar yang selalu Yoongi tampakkan, itu tidak membantu menjelaskan apapun.

"Jeon Jungkook.. Apa yang kau lakukan disini?" ucap Yoongi lagi. Ketika ia hanya mendapat tatapan aneh dari mereka.

"Aku memanggilnya Yoongi-ah" Seokjin segera angkat bicara "ini berkaitan dengan rencana kita yang gagal karenamu! Jadi jangan protes dan selesaikan ini segera jika kau ingin Sana selamat." jelas Seokjin di tempatnya.

Sana hanya memandang mereka dengan tatapan tidak tahu apa apa. Sedangkan Yoongi, ia semakin mengeratkan genggamanya pada tangan Sana.

Yoongi sebenarnya tidak ingin melibatkan banyak orang hanya karena ini, tapi keselamatan Sana sudah menjadi prioritas utama mereka.

Sana diincar oleh banyak Rogue dan yang membuatnya hampir tak percaya adalah, pemimpin yang lemah seperti Alpha The Blood Moon Pack itu juga menginginkan jantung Sana ada di tangannya.

Yoongi lantas menghela nafasnya berat, ini benar benar membuatnya geram. Tangannya pun mencengkram erat telapak tangan Sana, membuat yeoja itu mengadah dan menatap wajah Yoongi yang terlihat sedang menahan amarah.

"Baiklah.. Kita selesaikan ini segera..."

.
.
.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

23.2K 3.3K 16
awalnya cuma karena ngelihat ava twitter yang mirip diri sendiri, eh iseng ajak kenalan jadinya. - unexpected meeting from twitter base. 🍬 start ;...
31.5K 3.1K 24
(complete) "Aku Bingung..." - Jungkook "Aku menyukaimu." - Hwang SinB "AKu juga suka dia.. " - Jung Eunha "Aku sangat menyukainya, tapi... "...
2.2K 137 28
SHIN YN Terimakasih untuk semua yang telah kau berikan selama ini. Maaf atas semua yang aku perbuat kepadamu, tapi tolong ingatlah bahwa aku akan ter...
24.8K 1.8K 25
Follow dulu lahhh "aku tidak bisa mencintaimu, aku tidak bisa menerimamu didalam hidupku tapi aku tidak bisa melepaskanmu namun kuharap aku bisa menc...