My Love CEO

By adpray

12.7M 397K 6.6K

"Kalau kamu belum punya pacar, papa akan kenalin kamu ke anak sahabat papa siapa tahu aja dia suka sama kamu... More

Introduce
1. Pagi yang buruk
2. Dasar Nyebelin!
3. WHAT?! Dijodohkan??
4. First date
5. Kebersamaan
6. Lunch with Bulepetan
7. Menemani Oliver
8. The Best Days of Life
Attention
9. Jealous?
10. Fitting
11. The Wedding
12. Special's Day
13. Bule Mesum (15+)
14. After Wedding
15. Apa? Cucu?!
16. Surprise
17. Aloha!
18. Honeymoon
19. Dia Siapa?
20. Trouble (1)
21. Trouble (2)
22. Strange
23. Sekretaris
24. New House
25. Mr. Jealous
26. One Day in Singapore
27. The Party
28. Mess Up
29. Bad
30. Little Past
31. Pregnant
32. Crazy Oliver
33. Oh No!
35. Selamat Tinggal
36. My Love CEO - End.
Visualisasi MY LOVE CEO
Extra Part
Sekuel - Franzel
Pemberitahuan
Hello

34. She's Fine

211K 6.9K 134
By adpray

Oliver duduk pada kursi tunggu di depan ruang UGD. Tampak ia yang berantakan. Rambut yang acak-acakan, jas yang sudah ia lepas serta kemeja yang sudah ia gulung hingga siku.

Oliver tak henti-hentinya memanjatkan doa agar Karen dan calon anaknya selamat. Ia tak bisa membayangkan jika ada apa-apa dengan keduanya.

Sejak kejadian itu, Oliver merasa bersalah. Ia merasa dirinya lalai menjaga istrinya yang hamil. Coba saja tadi ia menemani Karen.

Tak lama, Gerald, mama dan papa Karen beserta kakak iparnya, Reza pun datang. Reza tidak membawa serta Hesty datang ke rumah sakit, karena istrinya itu sudah hamil besar memasuki bulan ke sembilan.

"Oliver, bagaimana keadaan Karen, nak?" Ucap mama Karen menghampiri Oliver dan ikut duduk di sampingnya.

Sungguh ia sangat khawatir dengan putrinya saat menantunya itu menghubunginya memberi tahu bahwa putrinya dilarikan ke rumah sakit.

"Maaf.. Maafin Oliver ma, belum bisa menjadi menantu yang baik.." Oliver langsung memeluk ibu mertuanya itu. Ia menangis di dalam pelukan mama Karen.

"Sudah, sayang. Kamu gak boleh menyalahkan diri seperti itu.." Mama Karen mengelus lembut punggung Oliver.

Oliver melepas pelukannya pada mama Karen lalu langsung bersimpuh di kaki papa Karen yang berdiri di depannya. Papa Karen terkejut mendapati menantunya yang bersimpuh begitupun dengan Reza yang melihatnya.

"Maafin Oliver pa.. Maafin Oliver.. Oliver belum bisa jadi suami yang baik buat putri papa.. Maaf Oliver belum bisa menjadi menantu papa yang baik.." Ucap Oliver bersimpuh dengan tangisannya.

Papa, Mama, Reza serta Gerald yang melihatnya merasa prihatin dengan apa yang dilihatnya sekarang. Oliver tampak begitu kacau dan merasa sangat bersalah.

"Oliver, kamu gak perlu bersimpuh di kaki papa. Papa gak menyalahkan kamu.." Papa Karen menarik lengan Oliver agar terbangun. Oliver pun berdiri sejajar dengan papa Karen.

"Maafin Oliver pa.." Oliver terisak. Papa Karen dapat melihat wajah Oliver yang memerah menangis. Menantunya itu selalu menyalahkan dirinya sendiri.

"Bukan salah kamu Karen begini. Itu sudah rencana Tuhan. Tuhan tahu yang terbaik bagi hambanya. Kita sekarang hanya bisa berdoa agar Karen dan calon cucu papa selamat.." Ucap papa Karen dengan bijaknya.

"Tapi pa, Oliver merasa ini salah Oliver. Harusnya tadi Oliver menemani Karen ke kantin. Oliver menyesal. Sungguh menyesal.." Ucap Oliver terdengar putus asa.

"Sudah, Oliver. Kita berdoa aja supaya Tuhan memberikan mukjizatnya pada Karen dan calon anak kamu.." Mama Karen mengelus lembut bahu menantunya yang sedang merasa bersalah itu.

"Gue yakin kok, Karen dan calon keponakan gue pasti baik-baik aja.." Sahut Reza yang turut prihatin pada adik iparnya itu.

"Jangan khawatir, Karen dan calon anak lo pasti sehat, Ver" Gerald ikut menepuk bahu sahabatnya yang kacau itu.

"Oliver gak akan pernah memaafkan diri sendiri jika terjadi sesuatu pada Karen.." Ucap Oliver yang lagi-lagi menyalahkan dirinya.

"Sudah kamu gak boleh sembarangan ngomong. Mama yakin, Karen kuat. Dia pasti bertahan, sayang" ucap mama Karen memberi semangat pada menantunya.

"Oliver, setiap rumah tangga pasti tidak selalu mulus. Selalu ada cobaannya. Untuk itu kamu bersabar, dan tetap setia mempertahankan rumah tangga kamu dengan baik.." Ucap Papa Karen menasihati berusaha memberi Oliver kekuatan.

"Papa bangga punya menantu seperti kamu yang bisa bahagiain putri papa. Papa gak salah memilih menantu seperti kamu.." Ucap papa Karen lagi. Oliver menganggukkan kepalanya.

"Yang sabar, adik ipar. Gue juga pernah di posisi lo saat kandungan Hesty tujuh bulan. Dia jatuh di kamar mandi dan untungnya baik-baik saja sampai sekarang dikit lagi sudah mau lahiran. Intinya, lo tetap sabar dan serahkan diri pada Tuhan juga tetap setia mendampingi Karen kapanpun.." Ucap Reza. Ia juga merasakan seperti apa di posisi Oliver.

"Pasti. Gue akan selalu ada di samping Karen kapanpun" ucap Oliver tegas. Ia berhenti dari isak tangisnya karena semua keluarga dan sahabatnya selalu setia mendukungnya.

"Makasih ma, pa, Reza, dan Gerald atas dukungannya.." Ucap Oliver sudah kembali tenang.

"Sama-sama, sayang" ucap mama Karen menepuk pelan bahu Oliver.

Cklek.
Suara pintu ruangan terbuka. Oliver langsung menghampiri pria dengan jas putih itu.

"Dokter, bagaimana keadaan istri dan anak saya?" Tanya Oliver tak sabar. Mama dan Papa Karen menunggu jawaban itu dengan cemas.

"Apa anda keluarga dari pasien?" Tanya dokter itu dengan santainya.

"Saya suaminya, dok" sahut Oliver cepat.

"Saya mohon maaf sebesar-besarnya. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin namun istri anda masih koma" ucap dokter itu.

"Tapi istri saya baik-baik saja kan dok?" Tanya Oliver lagi. Ia tidak mau hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Istri anda baik-baik saja, tetapi kesehatannya menurun dan masih koma karena terus mengeluarkan darah.." Ucapan dokter tersebut membuat lega karena Karen baik-baik saja.

"Lalu bagaimana keadaan bayinya, dok?" Tanya mama Karen.

Wajah dokter itu semakin sulit diartikan. Oliver menunggu jawaban dokter itu dengan cemas. Ia berharap anaknya baik-baik saja.

"Dok, jawab dok! Bagaimana keadaan anak saya?" Ucap Oliver tak sabaran karena dokter itu pun belum berkunjung membuka suaranya.

Tiba-tiba senyum pun terbit di wajah dokter itu membuat yang melihatnya turut lega atas jawaban dokter itu.

"Anak anda baik-baik saja, Tuan. Ia sehat dalam kandungan ibunya. Ia hanya terkejut saat mendapati si ibu yang terjatuh dan itulah yang menyebabkan si ibu berkontraksi dan mengalami pendarahan.." Jelas dokter tersebut membuat Oliver membelalakkan matanya tak percaya.

"Syukurlah. Terima kasih Tuhan.." Mama dan papa Karen tersenyum lega. Putri dan calon cucunya baik-baik saja.

"Terima kasih, dok" ucap Oliver terharu.

"Sama-sama. Tapi ada yang ingin saya sampaikan bahwa pasien kekurangan darah karena tadi mengalami pendarahan yang cukup hebat. Maka dari itu kami akan mencarikan donor darah untuk pasien.." Jelas dokter tersebut.

"Ambil darah saya dok. Golongan darah saya sama dengan adik saya.." Ucap Reza langsung.

"Baiklah kalau begitu, anda ikut saya untuk pemeriksaan" ucap dokter.

"Dok, apakah saya boleh melihat istri saya?" Tanya Oliver.

"Oh ya, tentu. Keluarga boleh menjenguknya. Tetapi tetap menjaga pasien karena pasien masih belum sadarkan diri" ucap dokter tersebut.

"Baik dok" sahut Oliver.

Setelah dokter tersebut meninggalkan ruang UGD beserta Reza yang mengikuti dokter tersebut untuk pemeriksaan donor darah, Oliver langsung masuk ke dalam ruangan itu diikuti mama dan papa Karen beserta Gerald.

Oliver langsung duduk di kursi samping ranjang Karen dan memegang telapak kanannya dengan sebelah tangannya dan tangannya yang satu lagi mengelus perut Karen yang masih membuncit dengan penuh kasih sayang.

Karen memakai alat bantuan nafas alias oksigen di hidungnya. Kulitnya tampak pucat. Oliver tak henti-hentinya mengecup telapak tangan Karen dan keningnya bergantian.

"Sayang, kamu yang kuat ya. Maafin aku. Maafin karena tadi gak bisa nemenin kamu. Sayang, cepat bangun ya.." Ucap Oliver berbisik pada Karen. Entah Karen sadar atau tidak.

"Sayang, aku sangat bersyukur kamu dan little Oliver baik-baik saja.." Bisiknya lagi tanpa berhenti dan mengecup telapak tangan Karen dengan sayang.

Mama dan papa Karen serta Gerald yang melihatnya turut bahagia. Mama Karen merasa bahagia karena menantunya itu tetap setia pada putrinya dan terlihat sangat menyayangi Karen.

Gerald yang melihatnya juga turut bahagia. Ia baru melihat Oliver yang seperti ini. Oliver yang begitu penyayang dan tampak putus asa jika Karen tidak baik-baik saja. Bahkan Gerald juga bisa melihat bahwa Oliver benar-benar sudah sangat mencintai istrinya.

Gerald pun menghampiri Oliver. Ia ingin berpamitan untuk kembali ke kantor karena pekerjaan masih menumpuk.

"Hmm.. Ver, gue balik ke kantor ya. Semoga Karen lekas sembuh" ucapnya menepuk pelan bahu Oliver.

"Iya, Ger. Makasih ya lo sudah bantuin gue bawa Karen ke rumah sakit. Kalau gak ada lo, pasti gue gak tau apa-apa.." Ucap Oliver tulus pada sahabatnya ini.

"Santai aja. Sudah tugas gue sebagai sahabat, bro" sahut Gerald. Oliver mengangguk-anggukan kepalanya.

"Lo boleh balik ke kantor. Gue minta lo---" ucapan Oliver sudah dipotong lebih dahulu oleh Gerald.

"Handle kerjaan lo kan? Iya bakal gue handle. Tapi gue minta bonus lebih" sahut Gerald seakan tahu apa yang akan diucapkan Oliver.

"Tahu aja lo. Pasti gue tambahin bonus buat lo. Makasih banyak ya, Ger" ucap Oliver.

"Kembali kasih. Jagain Karen ya, Ver. Semoga Karen cepat siuman" ucap Gerald. Oliver mengangguk.

Gerald kemudian pamit juga kepada mama dan papa Karen.

"Om, tante, saya pamit dulu. Masih banyak kerjaan di kantor" ucap Gerald sopan.

"Makasih ya nak Gerald" ucap mama Karen.

"Sama-sama tante, semoga Karen cepat siuman" sahut Gerald.

Setelah itu, Gerald keluar ruangan dan menuju kantor dengan menaiki taksi. Karena tadi ia membawa mobil Oliver.

Mama Karen pun menghampiri Oliver yang masih setia memegang erat telapak tangan Karen sesekali mengelus perut buncitnya.

"Oliver, sudah nak. Karen baik-baik saja" Mama menepuk pelan pundak Oliver.

"Iya, ma. Oliver masih mau nemenin Karen dulu hingga siuman" sahut Oliver.

"Kamu istirahat dulu. Lihat penampilan kamu berantakan" ucap mama berusaha membujuk menantunya.

"Gak apa, ma. Oliver gak capek kok" ucap Oliver tersenyum pada mama Karen.

"Ya sudah. Kalau kamu lelah, istirahat dulu" ucapnya sekali lagi. Oliver hanya menganggukan kepalanya.

Tak lama kemudian, seorang dokter dan beberapa perawat lainnya datang menghampiri.

"Maaf ibu, bapak. Pasien harus segera dipindahkan ke ruang rawat inap dan kami juga sudah mengambil donor darah untuk pasien.." Ucap dokter tadi yang memeriksakan Karen.

"Baiklah dok. Saya minta ruangan VVIP yang terbaik di rumah sakit ini" sahut Oliver langsung.

Dokter dan para perawat pun segera mendorong brankar Karen untuk segera dipindahkan ke ruang rawat inap.

Oliver mengikutinya di samping. Sedangkan mama dan papa Karen mengikuti di belakangnya.

**

Karen berada di sebuah taman yang sangat luas dan hijau seperti di padang rumput.

"Sayang, jangan jauh-jauh larinya" ucapnya mengejar bocah laki-laki berambut pirang di depannya.

"Mommy, aku ingin ke sana!" Ucap bocah tersebut.

"Tidak boleh! Kamu disini saja!" Ucapnya tegas pada bocah laki-laki itu.

"Mommy, maafkan aku. Aku harus kembali ke alamku" ucap bocah laki-laki itu.

"Apa yang kamu bilang?"

"Maafkan aku, mommy. Kita tak bisa bertemu lagi" ucap bocah itu menunduk.

"Tidak. Kamu tetap disini bersama mommy, sayang" Karen langsung memeluk bocah itu.

"Tidak, mommy. Aku harus kembali" ucapnya.

"Mommy ingin ikut" ucap Karen.

"Mommy tidak boleh ikut. Mommy tetap disini bersama daddy. Hanya aku yang boleh pergi" ucap bocah itu.

"Tidak!" Bocah itu melepas pelukan Karen dan berjalan menjauhinya.

"Bye, mommy. I love you" ucapnya sambil tubuh mungilnya perlahan menjauh.

"Tidak!" Teriak Karen histeris.

Karen membuka matanya. Apa yang terjadi pada dirinya. Karen mendapatkan cahaya putih yang menyilaukan penglihatannya.

"Sayang, kamu sudah bangun?" Seru Oliver di samping Karen yang masih setia memegang telapak tangannya.

"Kepalaku pusing, Ver" Karen memijit keningnya.

"Jangan banyak gerak dulu, sayang. Minum dulu" ucap Oliver menyodorkan segelas air putih untuk Karen. Karen langsung meminumnya hingga tandas.

"Ver, seberapa lama aku tidur?" Tanya Karen pada suaminya.

"Tiga hari, sayang" sahut Oliver seraya menaruh gelas di atas nakas.

"Little Oliver tidak apa-apa kan?" Karen dengan panik langsung mengelus perutnya. Ia teringat dengan mimpinya.

Karen bernafas lega mendapati perutnya yang masih membesar. Ia takut anaknya pergi meninggalkannya bahkan sebelum lahir.

"Little Oliver baik-baik saja, sayang" Oliver mengelus perut Karen dengan sayang.

"Syukurlah. Hmm Ver. Tadi aku bermimpi" ucap Karen lirih.

"Mimpi apa?" Tanya Oliver penasaran.

"Aku tadi mimpi kalau anak kita akan pergi dan meninggalkan aku selamanya. Aku takut, Ver. Aku takut"  ucap Karen. Oliver langsung memeluk Karen.

"Gak akan, sayang. Ia baik-baik saja" ucap Oliver.

"Tapi aku takut, Ver" Karen mendekap erat suaminya. Air matanya mengalir dan membasahi kaus Oliver.

"Tenang aja. Ada aku di samping kamu" Oliver mengelus punggung Karen yang mulai terisak.

"Ya sudah, yang penting anak kita baik-baik saja sekarang" Oliver mengecup puncak kepala Karen dengan sayang. Karen menanggukkan kepalanya.

"Jangan nangis lagi, mommy" Oliver mengusap wajah Karen yang penuh air mata.

"Iya, daddy" Karen tersenyum dan menatap suaminya dengan lekat.

Oliver menatap istrinya yang terus menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kenapa tatap aku terus? Aku tampan ya?" Ucap Oliver dengan tingkat kepedeannya.

"Mommy suka mata daddy yang biru.." Ucap Karen dengan nada manjanya. Oliver tersenyum.

"Daddy suka mommy yang cantik dan manja.." Oliver membiarkan tangan Karen yang sedang mengelus wajahnya.

Oliver terpejam menikmati sentuhan Karen pada wajahnya. Kemudian, Karen berhenti mengelus wajahnya dan telunjuknya terhenti di bibir merah Oliver.

Oliver membuka matanya dan tiba-tiba Karen langsung menarik tengkuknya dan mengecup bibir suaminya.

Oliver sedikit terkejut, tapi kemudian ia membiarkan Karen menciumnya. Karen menciumnya dengan lembut seakan-akan Oliver sangat berharga baginya.

"Wow, rupanya kamu sudah berani cium aku duluan.." Goda Oliver setelah Karen melepas ciumannya.

"Bukan aku yang menginginkannya. Tapi anak kamu, Ver" ucap Karen. Ia sendiri juga tidak tahu mengapa tiba-tiba saja ia mencium suaminya. Mungkin hanya terhipnotis saat melihat matanya tadi.

"Apa kata kamu aja, sayang" ucap Oliver tersenyum senang.

Pipi Karen bersemu merah setelah ia mencium Oliver. Sedangkan Oliver gemas dengan pipi merah Karen.

"Mommy.." Panggil Oliver lirih pada Karen. Karen menoleh.

"Ich liebe dich.." Lanjut Oliver tersenyum. Entah kenapa Karen merasa jantungnya berdebar.

"Hmm.. Gimana aku mau balas ucapan kamu?" Sahut Karen malu-malu. Ia ingin membalas ucapan Oliver, tapi ia tidak mengerti bahasa yang diucapkan Oliver.

"Balas aja, I love too atau aku sayang kamu juga.." Sahut Oliver santai.

"Bukan. Maksud aku, dalam bahasa yang kamu ucapkan.." Ucap Karen malu-malu.

"Ich liebe dich auch.." Ucap Oliver. Karen mencoba mengucapkannya namun pelafalannya bagi Karen agak sulit.

"Aku gak bisa ngomongnya" sahut Karen.

"Ich (ikh).. Lie-be.. Dich(dikh).. Auch(aukh).." Oliver mengajarkan pelan-pelan pada Karen.

"Ich.. Liebe.. Dich.. Auch" Karen bisa melafalkannya.

"Yeay aku bisa!" Karen terpekik senang seperti anak kecil.

"Coba sekali lagi. Ich liebe dich, mommy" ucap Oliver.

"Ich liebe dich auch, daddy" Karen bertepuk tangan girang. Oliver pun mengusap lembut kepalanya.

Oliver senang sekali apa yang dilihatnya sekarang. Ia rela jika waktu berhenti berputar saat ini demi melihat Karen yang tersenyum olehnya.

**



Cepat banget ya Karen sembuhnya? Wkwk.
Hope you like it!😄

To be continue ...

Continue Reading

You'll Also Like

8.6K 511 11
Jaemin!¡ top Jeno!¡ bot Diharap tidak minor yaa WARN ⚠️⚠️ 17+ BAHASA KASAR ! 🔞🔞
2.5M 38.1K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
162K 6.4K 56
Devan Wijaya Pratama, cowok yang terkenal dingin tapi tampan dan memiliki sifat badboy disekolahnya, laki laki yang mempunyai kulit putih, berbadan t...
90.4K 3.6K 14
JANGAN PLAGIAT KALAU BISA LEBIH KREATIF!!! #Rank 2 Arkan 1,18k (19/01/2021) #Rank 45 Watty 2,03k (25/05/2021) Adhira Maharani Mahasiswa yang sudah me...