"Ingin ku antar?" tawar Dominique pada Ashley.
Ashley tersenyum kecil, "Ahh.. tidak usah," ujar Ashley.
Dominique mengendikkan bahunya, lalu memakai helmnya, "Baiklah, aku pergi," ujar Dominique, lalu melajukan motor scoopy biru butut miliknya.
Ashley menghela napasnya, gadis itu sudah menunggu taksi hampir satu jam, tapi tak satu pun taksi ada yang lewat.
"Ashley.."
Ashley mengenali suara itu. Itu Albert, bukan? Sahabat yang dulunya benar-benar dia sayangi.
Ashley membalikkan badannya dan menatap Albert datar, "Jika, kamu ingin meminta maaf, ketahuilah.. aku tidak akan pernah memaafkan mu," ujar Ashley datar.
"Ashley, sejujurnya aku tidak ingin melakukannya-"
"Tapi, kamu melakukannya, Albert.. Aku menyayangi kalian, tapi mengapa kalian membuatku harus membenci kalian.." Ashley menatap Albert dengan berkaca-kaca.
"Aku menyayangi mu, Ashley.. Sungguh, walaupun yang kamu tau adalah Pierre lah yang paling menyayangimu.. Ashley, jika aku harus berkhianat pada bangsaku, aku akan melakukannya, asal kan kamu bisa memaafkan ku," ujar Albert.
Ashley menggeleng pelan, "Tidak perlu. Semuanya sudah terjadi, dan kamu sudah terlambat.. Aku tidak membutuhkan kalian sama sekali, lihatlah aku sekarang.. Aku jauh lebih baik, semua orang memandang diriku.." ujar Ashley dengan gaya angkuh.
"Kamu tidak baik, Ashley.. Aku mengenal dirimu.." ujar Albert memegang kedua bahu Ashley.
Ashley segera menepis tangan Albert dari bahunya, "Aku lebih mengenal diriku daripada kamu!" ujar Ashley marah.
"Ashley.."
"Albert, aku tau, aku berhutang nyawa padamu saat kamu menyelamatkan hidupku dari Sean.." Ashley menghela napasnya, "Tapi, aku tak bisa, aku tak mungkin bisa tak membenci dirimu, jadi kumohon.. mengertilah.." Ashley berlalu pergi, meninggalkan Albert yang menunduk sedih.
Ashley berjalan dengan langkah kaki yang cepat, gadis itu menahan tangisnya yang akan pecah. Sungguh, sampai sekarang pun sangat sulit baginya untuk membenci ketiga sahabatnya itu.
Ashley berjalan di jalan raya dengan keadaan mata buram. Gadis itu tak menyadari jika lampu jalanan yang awalnya berwarna merah sudah kembali menjadi hijau.
TINNNN!
Ashley terjengit saat cahaya yang berasal dari beberapa mobil yang berlaju dengan cepat itu menusuk matanya.
Ashley tak tinggal diam, kakinya bergegas meninggalkan jalanan itu, tapi sayangnya sebuah mobil berwarna putih melintas dengan kecepatan di atas rata-rata menuju ke arah dirinya.
Ashley menjerit ketakutan, matanya benar-benar terpejam rapat, dia sudah pasrah dengan apa pun yang terjadi selanjutnya.
Bruk!
Ashley merasakan sebuah tubuh tegap memeluknya, lalu mengangkat tubuhnya dengan cepat dan melesat pergi.
"Huh, kamu beruntung aku sedang melintas di jalan itu.." gumaman pelan itu, membuat Ashley membuka matanya.
"Jeremy.." Ashley mengerjapkan matanya.
Jeremy menatap Ashley sejenak, lalu memutuskan kontak mata tersebut dan menurunkan Ashley dari gendongannya.
"Terima kasih..," gumam Ashley pelan, lalu berjalan beriringan di sebelah Jeremy.
"Hm." balas Jeremy.
Ashley menoleh ke arah Jeremy. Mengapa suara itu tak asing baginya?
"Jeremy," panggil Ashley ulang.
Jeremy hanya menoleh sekilas, "Ada apa?" tanya Jeremy.
"Apa kamu akan mengantarku pulang?" tanya Ashley pelan.
Jeremy mengendikkan bahunya, "Menurutmu?" balas Jeremy datar.
"Zoro.." Ashley sengaja memanggil nama tersebut untuk memastikan kecurigaannya terhadap lelaki ini.
Jeremy menoleh ke arah Ashley, "Apa katamu?" tanya Jeremy pelan.
Ashley mengerjap-ngerjapkan matanya. Apa jangan-jangan pria bertopeng itu adalah Jeremy.
"Kamu menyukai film itu? Kurasa kita satu selera, aku juga sangat menyukainya," ujar Jeremy tiba-tiba.
Ashley meringis, ternyata tebakkannya salah.
"Ahhh.. iya, aku menyukai film itu," ujar Ashley meringis.
Beberapa jam setelahnya. Ashley sedang menyindiri di dalam kamarnya, sama sekali tak tau apa yang harus dia lakukan, dia sangat kesepian, hidupnya telah berbeda, dia tidak memiliki siapa pun lagi. Orang tua? Sahabat-sahabat? Orang yang dicintai? Semuanya menghilang bersamaan.
Ashley mengobrak-abrik tasnya, saat mendengar suara berdering dari ponselnya. Tapi, tangannya tanpa sengaja menyentuh sesuatu, Ashley menarik benda itu. Topeng?
Itu topeng yang sama persis dipakai oleh Zoro saat di kamar mandi. Ashley membuka laci meja riasnya dan mengambil salah satu topeng berwarna hitam milik Zoro.
Alisnya berkerut. Rasa curiga pada Jeremy pun semakin menyelimuti dirinya. Mungkin saja Jeremy memasukkan topeng emas itu saat aku dan dia bertemu tadi.. tapi, mengapa dia sama sekali tak menyadarinya?
Ashley menggeleng tersadar. Gadis itu memasukkan kedua topeng tersebut ke dalam laci meja riasnya dan menutupnya.
Ughh.. kuharap aku dan pria bertopeng itu akan dipertemukan kembali.
Ashley mengikat rambutnya asal, gadis itu membuka lemari pendinginnya untuk mencari beberapa bahan makanan yang mungkin bisa dimasak olehnya.
Ashley meringis saat melihat tak ada satu pun bahan makanan yang bisa dimasak olehnya. Hanya ada sebutir tomat merah di dalam lemari pendingin tersebut.
Ashley menghela napasnya, gadis itu mengambil tas selempangnya, lalu pergi keluar rumah untuk menuju ke supermarket.
Sesampainya. Ashley segera mengambil trolly dan memulai aksi belanja bulanannya. Ashley mengambil beberapa makanan instan, berupa ikan kaleng-kalengan, kornet, dan lainnya.
Saat Ashley hendak mengambil mie instan yang berada di rak atas. Gadis itu tersentak karena sebuah tangan besar menyentuh tangannya.
Ashley membalikkan tubuhnya dan mendapati Clement sedang tersenyum lebar ke arahnya.
"Ahh.. Hai, Mr. Colline," sapa Ashley kikuk.
Clement tersenyum, "Apa kamu tidak bisa memasak makanan yang lebih sehat?" Clement melirik ke arah trolly Ashley yang berisikan berbagai macam makanan instan.
Ashley mengusap tengkuknya, "Aku mencari yang lebih praktis, hidupku sudah rumit, jadi aku akan sedikit membuatnya lebih praktis," kekeh Ashley. Sungguh, itu berasal dari hati terdalamnya dan bukan hanya sekedar candaan biasa.
"Kamu bisa memanggilku kapan kamu mau, aku bisa memasakkan mu makanan yang lebih sehat dan praktis," ujar Clement.
"Ahh.. tidak usah, Clement," tolak Ashley.
Clement terkekeh, tangannya beralih mengambil semua makanan instan yang dibeli oleh Ashley, lalu meletakkannya kembali ke dalam rak.
Clement menggenggam tangan mungil Ashley lembut, "Ayo, ikut denganku.." Ashley membalasnya dengan anggukan kikuk.
Ashley memerhatikan Clement yang memilih daging segar dengan baik, Clement juga memberitau Ashley bagaimana keadaan daging yang masih bagus dan tidak.
"Clement, sepertinya kamu lebih banyak mengetahui hal ini, dibandingkan aku yang manusia.." gumam Ashley.
Clement terkekeh dibuatnya, "Apa kamu tersinggung? Aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya ingin yang terbaik untukmu," ujar Clement tanpa sadar.
Ashley menoleh ke arah Clement, keningnya berkerut, "Apa katamu?"
25/ 05/ 2017
Haiiii.. Charlies kambek, terima kasih sebelumnya karena kenaikkan rank LVLF yg sangat pesat dan maaf juga karena updatenya malam banget.. Charlies lagi ada masalah, siapa pun yang bisa bantu tolong bantu, ya.. Charlies baru download app gojek, terus Charlies ngorder makanan, tapi gak jadi, dan orderannya dibatalin dari pihak gojek, tapi tiba-tiba dia ngirim SMS, katanya Charlies belum batalin orderannya dan dia ga bisa ngorder pesanan yang lainnya. Nahh,, disini yang ngebuat Charlies bingung.. Gimana mengatasinya?
-Charlies_N-