My Love CEO

By adpray

12.8M 398K 6.6K

"Kalau kamu belum punya pacar, papa akan kenalin kamu ke anak sahabat papa siapa tahu aja dia suka sama kamu... More

Introduce
1. Pagi yang buruk
2. Dasar Nyebelin!
3. WHAT?! Dijodohkan??
4. First date
5. Kebersamaan
6. Lunch with Bulepetan
7. Menemani Oliver
8. The Best Days of Life
Attention
9. Jealous?
10. Fitting
11. The Wedding
12. Special's Day
13. Bule Mesum (15+)
14. After Wedding
15. Apa? Cucu?!
16. Surprise
17. Aloha!
18. Honeymoon
19. Dia Siapa?
20. Trouble (1)
21. Trouble (2)
22. Strange
23. Sekretaris
24. New House
25. Mr. Jealous
26. One Day in Singapore
27. The Party
28. Mess Up
29. Bad
30. Little Past
31. Pregnant
32. Crazy Oliver
34. She's Fine
35. Selamat Tinggal
36. My Love CEO - End.
Visualisasi MY LOVE CEO
Extra Part
Sekuel - Franzel
Pemberitahuan
Hello

33. Oh No!

215K 6.9K 72
By adpray

"Kamu mau kemana, sayang?" Ucap Oliver yang baru saja bangun dari tidurnya dan melihat Karen yang sudah rapi dengan pakaian olahraga.

"Ver, hari ini aku khusus senam ibu hamil. Aku ke kantor nanti siang ya" ucap Karen.

"Senam? Bukannya jadwal senam kamu itu hari sabtu?" Oliver mengernyitkan dahinya.

"Pelatih senamnya bisanya hari ini. Cuma sebentar doang kok" ucap Karen.

"Kalau gitu, aku ikut" sahut Oliver menyibakkan selimutnya dan duduk menghadap Karen.

"Ish ngapain kamu ikut? Emangnya kamu mau ikut senam khusus ibu hamil?" Tanya Karen.

"Aku cuma lihat kamu aja, sayang. Pasti kamu seksi saat senam" ucap Oliver. Karen langsung menatapnya dengan galak.

"Otak kamu itu kenapa gak pernah lurus sekali aja? Pasti gak jauh-jauh dari kata mesum" Karen menjitak kening Oliver dengan gemas.

"Aw.. Gimana aku gak berfikiran seperti itu. Makin hari, kamu makin seksi dengan perut buncit kamu, sayang" ucap Oliver jujur. Karen hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku mau senam dulu biar little Oliver sehat" Karen beranjak keluar kamar.

"Tunggu, kamu gak usah sama pak Kardi. Aku yang akan anter kamu" Oliver langsung beranjak ke kamar mandi. Karen hanya mengangguk singkat kemudian ia ke dapur membuat sarapan.

**

Sesampainya di tempat senam para ibu hamil, Karen langsung menulis namanya pada meja pendaftaran. Banyak sekali ibu-ibu muda yang hamil sekitar tiga sampai tujuh bulan yang mengikuti senam ini. Karen pun meminta Oliver menunggunya.

Oliver duduk di sofa tunggu tepat di belakang ibu hamil sedang senam. Ia menunggu bersama para suami lainnya.

"Tunggu istrinya, pak?" Ucap salah satu pria yang sebangku dengan Oliver.

"Iya, pak" Oliver menoleh.

"Istrinya sudah berapa bulan?" Tanya pria itu lagi.

"Enam bulan. Istri anda?" Tanya balik Oliver.

"Sudah besar. Istri saya baru tiga bulan. Sudah di usg?" Tanya bapak itu lagi.

"Belum. Kami memang sengaja karena biarkan menjadi kejutan nantinya" sahut Oliver tersenyum. Pria itupun juga ikut tersenyum menanggapinya.

Oliver memperhatikan Karen dan para ibu hamil lainnya yang sudah mulai acara senam. Ia tertarik melihat bagaimana lekukan tubuh Karen yang terbalut kaus ketat dengan perut membuncit begitu terlihat menggemaskan.

Sementara Karen, ia mengikuti instruksi senam dengan baik. Di sela-sela aktifitasnya, ada ibu muda lain yang berbisik-bisik disampingnya.

"Mom, ada suami ganteng" bisik salah satu ibu muda tepat di samping kiri Karen. Karen hanya diam sambil terus memperhatikannya.

"Oh ya, yang mana mom?" Timpal ibu hamil lainnya.

"Itu dibelakang, suami yang bule itu" ucapnya.

"Yang itu? Wah bener banget, mom. Suaminya ganteng" ucap temannya girang.

Karen menajamkan pendengarannya. Ia tak salah dengar, yang jadi bahan pembicaraan ibu-ibu hamil itu adalah suaminya sendiri. Ia pun melirik Oliver yang sedang memperhatikannya. Oliver memang tampak tampan dengan wajah seriusnya dengan mata biru tajamnya.

"Kira-kira siapa istrinya ya mom? Bisa punya suami ganteng seperti itu" ucap ibu hamil itu lagi.

"Iya saya juga penasaran. Seberapa cantiknya sih istrinya.."

Telinga Karen sudah panas mendengar perbincangan para ibu hamil yang jelas-jelas sedang memuja suaminya. Tiba-tiba Karen merasa kesal.

"Hmm maaf ibu-ibu. Yang anda bicarakan itu suami saya" sela Karen. Ia tersenyum puas begitu para ibu hamil itu menatapnya dengan tak percaya.

"Oh ya?" Pekik ibu itu menatap wajah Karen dengan tidak percaya.

Karen semakin kesal dengan respon para ibu itu. Mereka malah lebih memperhatikan suaminya yang sialnya membuat Karen tak suka.

Setelah senam berakhir, Karen langsung masuk ke dalam mobil tanpa menoleh pada Oliver yang memanggil-manggilnya.

"Sayang.." Ucap Oliver yang tidak tahu mengapa istrinya itu menjauhinya.

"Sayang, ada apa? Kok aku dicuekin sih?" Ucap Oliver sambil menjalankan mobilnya. Istrinya itu sama sekali tidak mau melihatnya.

"Karenina, sayangku. Kok aku dicuekin sih? Apa salah aku?" Oliver berusaha membuat Karen tidak ngambek dengannya.

Oliver sendiri juga tidak tahu apa yang menyebabkan istrinya tiba-tiba diam. Ia merasa tidak berbuat sesuatu yang salah.

"Sayang..." Ucapnya lagi. Ia mengelus pergelangan tangan Karen dengan lembut.

"Berisik!" Karen langsung menyentak tangan Oliver yang mengelusnya. Oliver terkejut, ia langsung menepikan mobilnya.

"Kamu kenapa, sayang?" Oliver sudah tidak sabar dengan kelakuan istrinya.

"Aku benci sama kamu.." Ucap Karen lirih tanpa mengalihkan tatapannya.

"Hah? Memangnya aku salah apa, sayang?" Oliver terkejut.

"Kenapa sih kamu harus jadi perhatian orang lain?" Ucap Karen. Oliver membelalakkan matanya. Ada sesuatu yang tidak beres dengan istrinya.

"Apa maksud kamu, sayang?" Oliver benar-benar tidak paham dengan ucapan ngelantur istrinya.

"Pokoknya aku benci sama wajah kamu yang selalu membuat wanita menatap kamu!" Ucap Karen mengalihkan perhatiannya dan menatap tajam suaminya.

"Aku gak suka mereka yang jelas-jelas suka sama kamu. Mereka sudah hamil dan bersuami juga, masih beraninya cari perhatian sama suami orang. Ingin rasanya aku cakar wajah kamu!" Ucap Karen dengan sadisnya.

Oliver malah tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Karen. Jadi ini yang menyebabkan Karen ngelantur gak jelas.

"Ih kamu kok malah ketawa?" Karen mencubit pinggang Oliver dengan gemas.

"Sayang, bilang saja kalau kamu cemburu, ya kan?" Ucap Oliver dengan senyum penuh kemenangan.

"Cemburu? Gak mungkin!" Tiba-tiba saja pipi Karen memerah.

"Haha.. Kamu itu cemburu kan sama aku karena banyak yang perhatikan aku kan?" Oliver menoel dagu istrinya. Ia gemas sekali dengan tingkah Karen yang menjadi malu-malu.

"Gak!" Karen tetap bersikukuh. Mana mungkin ia cemburu pada suami yang pedenya minta ampun seperti Oliver.

"Aku senang kamu bisa cemburu juga" Oliver mengukir senyum di sudut bibirnya. Setelah sekian lama, ia tahu bahwa Karen juga mencintainya juga.

"Aku gak bilang kalau aku cemburu, Ver! Aku hanya kesal dengan wajah kamu itu.." Karen menunjuk wajah Oliver dengan telunjuknya membuat Oliver selalu gemas dengan tingkah Karen yang malu-malu untuk mengakuinya.

"Kenapa dengan wajah tampan aku ini? Kenapa kamu gak senang punya suami tampan kayak aku?" Oliver menggoda istrinya. Karen hanya mendelik malas suaminya tersebut.

"Aku menyesal ikut kelas senam hamil hari ini.." Lirih Karen namun pandangannya melihat keluar jendela. Oliver menjalankan kembali mobilnya.

"Besok-besok aku mau sama Pak Kardi aja yang temenin aku" lanjut Karen. Oliver menyimaknya.

"Kamu gak senang kalau aku yang antar kamu?" Tanya Oliver menaikkan sebelah alisnya.

"Aku gak mau pamerin wajah kamu di depan para ibu hamil yang genit seperti tadi.." Sahut Karen entah sadar atau tidak.

"Dan kamu juga jangan coba-coba genit sama mereka.." Lanjut Karen dengan nada sedikit mengancam suaminya. Oliver hanya terkekeh. Tingkah Karen saat ini benar-benar manis menurutnya dan itu membuatnya gemas.

"Cari perhatian dikit gak apa, lagipula bumil disana juga masih muda dan cantik.." Ucap Oliver dengan senyum menggodanya membuat Karen kesal.

"Awas kalau kamu berani! Sudah tua masih aja genit.." Ucap Karen dengan nada tidak sukanya.

"Umurku masih dua puluh enam, sayang. Enak aja kamu bilang aku tua!" Sahut Oliver yang tidak terima dirinya dibilang tua.

"Pokoknya kamu awas aja kalau berani cari perhatian. Aku gak mau tidur sekamar sama kamu!" Ancam Karen dengan nada yang mampu membuat Oliver bergidik.

"Jangan dong, sayang. Kalau kita pisah kamar, aku gak bisa kunjungin Little Oliver ini.." Oliver mengelus perut Karen yang buncit dengan tangan kirinya.

"Sayang, nanti kalau kamu sudah besar jangan mesum seperti daddy kamu ya.." Karen mengelus perutnya dan berbisik pada bayi di dalam perutnya. Oliver menaikkan alisnya mendengar Karen.

"Buah jatuh gak jauh dari pohonnya, sayang" Oliver menyahuti dengan terkekeh.

"Hah apa maksud kamu?" Ucap Karen bingung.

"Lupakan.." Sahut Oliver. Ia masih terkekeh dengan Karen. Karen hanya mencebikkan bibirnya.

**

Sekitar pukul 11, Oliver dan Karen baru tiba di kantor. Seperti biasa, Gerald selalu memarah-marahi Oliver karena beberapa hari belakangan ini sahabatnya itu selalu datang siang. Dan tentu saja Oliver tak terpengaruh ocehan Gerald. Ia pikir kantornya itu miliknya sendiri.

"Tanda tangan ini.." Karen memberikan sebuah berkas bermap biru pada Oliver.

Oliver menghentikkan kegiatannya yang asyik mengetik. Lalu menatap istrinya yang masih menunggu.

"Jangan kelamaan natap aku. Cepat tanda tangan!" Sentak Karen. Ia kesal dengan suaminya yang sepertinya sengaja.

"Iya, sayangku. Galak banget sih!" Oliver dengan cepat mengambil map itu lalu menanda tanganinya supaya istrinya itu tidak marah-marah.

Oliver menyerahkan map itu kembali pada Karen yang masih berdiri di depannya dengan setia.

"Oke. Ver, aku ke kantin dulu ya. Aku mau beli camilan buat Little Oliver.." Karen mengelus perutnya.

"Kamu disini aja. Biar aku suruh office boy yang belikan kamu camilan" ucap Oliver. Ia tidak mau Karen pergi ke kantin sendirian, sedangkan pekerjaannya masih menumpuk.

"Gak apa-apa, Ver. Aku gak mau ngerepotin orang lain. Apalagi jam segini jam sibuk bekerja" ucap Karen memohon pada suaminya itu.

"Ya? Boleh ya? Aku sekalian ngajak jalan-jalan Little Oliver, dia bosan kalau di dalam nungguin mommynya yang bekerja.." Karen memasang wajah memohonnya pada suaminya.

Oliver menghela nafas. Ia tak tega pada istrinya. Dengan berat hati, ia mengizinkan.

"Ya sudah. Kamu hati-hati. Jangan lupa bawa handphone kamu!" Ucap Oliver. Ia tidak mau seperti kemarin Karen tiba-tiba menghilang dan tidak membawa ponselnya.

"Iya. Makasih daddy. Muaachh.." Karen lalu menghampiri Oliver dengan girangnya. Ia pun mengecup pipi Oliver lama.

"Yang ini kamu gak cium juga?" Oliver menunjuk bibirnya setelah Karen melepaskan kecupannya di pipinya.

Cup. Karen mencium sekilas bibir Oliver.

"Bye, daddy" ucap Karen.

"Hati-hati. Maaf aku lagi banyak pekerjaan jadinya gak bisa nemenin kamu.." Ucap Oliver. Karen hanya menganggukkan kepalanya lalu berjalan keluar ruangan.

**

Sepanjang Karen berjalan, tak henti-hentinya para pegawai menyapanya. Karen membalas nya dengan ramah sesekali sambil mengelus perutnya.

Setelah membeli beberapa camilan seperti kentang goreng, burger, dan jus buah naga, Karen kembali ke ruangannya. Tak lupa juga ia membeli beberapa camilan buat Oliver juga.

Di dekat lobby menuju lift, Karen bertemu dengan Gerald dan menyapanya.

"Hai, Ren" sapa Gerald.

"Hai, Ger" balas Karen.

"Tumben kamu ke kantin sendiri?" Tanya Gerald. Biasanya Karen kemana-mana selalu bersama Oliver.

"Oliver lagi banyak kerjaan. Aku juga lagi pingin ngemil buat Little Oliver.." Sahut Karen tersenyum dan mengelus perutnya.

"Oh gitu. Sehat terus ya buat Little Oliver.." Ucap Gerald tersenyum.

"Amin. Doain aja semoga sehat hingga persalinan nanti" ucap Karen. Gerald hanya mengamini.

"Ger, aku ke atas duluan ya. Bye" Karen pamit meninggalkan Gerald.

"Bye.." Sahut Gerald.

Karen menyeruput jus nya lagi lalu berjalan menuju lift.

Namun tiba-tiba, Kakinya merasa licin dan terjatuh dengan bokongnya yang menghantam lantai. Seluruh tubuhnya merasa nyeri.

"Aaaa.." Karen berteriak. Gerald yang mendengar teriakan Karen langsung berbalik badan dan menghampiri Karen.

"Karen, kamu gak apa-apa?" Gerald berjongkok dan terlihat Karen memegangi perut besarnya dan menahan sakit.

Tepat saat itu juga, para pegawai langsung mengerubutinya.

"Perutku sakit, Ger" ucap Karen menahan tangisnya agar tidak keluar.

Tiba-tiba Gerald melihat darah segar mengalir di paha hingga di sekujur kaki Karen. Gerald panik.

"Astaga, kaki kamu berdarah, Ren!" Ucap Gerald. Karen hanya menahan sakit pada perutnya.

"KALIAN TOLONG PANGGIL OLIVER SEKARANG!!" teriak Gerald pada pegawai yang mengerumuni nya. Ia kesal pada para pegawai itu. Bukannya menolong malah menontonnya.

Teriakan Gerald mampu membuat  salah satu pegawai langsung berlari menuju lift dan memanggil CEO nya itu.

"Ren, kamu yang sabar ya. Kita akan ke rumah sakit!" Ucap Gerald menenangkan Karen.

"Sakit, Ger. Aku gak kuat!" Keringat Karen terus bercucuran. Ia menahan sakit yang amat luar biasa.

Tak berapa lama kemudian, Oliver datang dengan wajahnya yang sangat panik. Orang-orang yang mengerumuni pun langsung memberi jalan untuknya.

"Oh God! Kamu kenapa, sayang?" Oliver langsung berjongkok di samping Karen dengan wajah panik.

"Sakit, Ver!" Hanya kata itu yang mampu di ucapkan Karen.

Oliver terkejut mendapati darah yang mengalir di kaki Karen. Tanpa ba bi bu, ia langsung menggendong Karen ala bridal style.

"KALIAN SEMUA BUBAR! Ger, cepat siapkan mobil, kita ke rumah sakit!" Ucap Oliver. Gerald dengan sigap langsung berlari ke parkiran.

Karen hanya memeluk Oliver dengan erat. Ia sangat merasakan sakit pada perutnya.

Oliver mendudukan Karen di kursi penumpang begitu pula dirinya yang ikut duduk di samping istrinya. Gerald melajukan mobilnya secepat mungkin menuju rumah sakit.

"Ver, sakit.." Lirih Karen terus mencengkram jas yang dikenakan Oliver.

"Sabar, sayang. Kita sedang menuju rumah sakit" Oliver mengecup kening istrinya berusaha menenangkan Karen.

"Aku gak kuat, Ver! Sakit.." Ucap Karen dengan wajahnya yang sudah memucat.

"Kamu pasti kuat, sayang!" Oliver meraih telapak tangan Karen dan menciumnya.

"Sa..kit" pada saat itu juga Karen memejamkan matanya pingsan.

"Sayang..." Pekik Oliver yang panik melihat istrinya yang pingsan serta darah yang terus mengalir di kakinya.

"GER, CEPAT!" teriak Oliver membuat Gerald tersentak. Ia pun menancapkan pedal gas dengan sangat cepat.

Begitu sampai di rumah sakit, Oliver langsung menggendong Karen yang sudah tak sadarkan diri.

"SUSTER, SUSTER! TOLONG SELAMATKAN ISTRI DAN ANAK SAYA!" Oliver teriak sekencang-kencangnya.

Para suster itupun langsung membawakan sebuah brankar. Oliver membaringkan Karen di brankar tersebut. Lalu masuk ke dalam ruang UGD.

"Maaf, bapak tunggu di luar" ucap salah seorang suster menahan Oliver yang ingin masuk.

"Tapi sus, istri saya di dalam!" Ucap Oliver sedikit meninggi.

"Tapi maaf, bapak harus tunggu diluar demi keselamatan pasien" ucap suster itu dengan sabar.

"Arrgghh!" Oliver menjambak rambutnya sendiri. Ia sungguh panik dan khawatir terjadi apa-apa dengan istri dan calon anaknya.

"Ya Tuhan, tolong selamatkan istri dan anakku.." Lirih Oliver menundukkan kepalanya dengan bahu gemetar.

Ia memohon agar Tuhan selalu melindungi istri dan calon anaknya.

**

Halo, guys pembaca setiaku.
Maaf aku lama update, hehe.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya😄

Aku mau kasih tau, kalau beberapa part lagi cerita ini akan tamat karena aku mau buat cerita yang lain lagi😊

Jangan lupa vote and commentnya😉

To be continue ..

Continue Reading

You'll Also Like

54.6M 4.5M 69
Serial adaptasi kini sudah tayang di Vidio! Gini rasanya jadi ISTRI seorang santri ganteng mantan badboy>< buruan lah mampir, siapa tau suka. F...
76.1K 7.9K 31
[ Sudah terbit!!] [ Tidak tersedia di gramedia ] Ia hanyalah gadis tomboi yg menutupi semua kesedihannya dengan ekspresi dingin. Hari dimana semuany...
25M 2.5M 73
Bagaimana perasaan kalian jika dijodohkan dengan seseorang yang tidak masuk kedalam kriteria pasangan impian kalian? itulah yang Zara rasakan. Namany...
15.6M 1.2M 62
Laki-laki itu menatap tajam gadis di hadapannya. "Kenapa dekat-dekat dia?" tanyanya dengan marah tertahan. Gadis itu mendongak menatap pacarnya itu...