THE KLEIGHTON NINE CASE

By pinocchhio

6.7K 2.3K 1.4K

Highest Rank : #24 in Mystery/Thriller (28/03/17) The Kleighton Nine Case adalah sebutan untuk kasus yang dia... More

PROLOG
Chapter 1 : Lost.
Chapter 2 : Found
Chapter 3 : Kurt.
Chapter 4 : A Dark Past.
Chapter 5 : Burn
Chapter 6 : Shooting Star.
Chapter 7 : Escape From Reality.
Chapter 8 : Heartbreak
Chapter 9 : Heartbeat
Chapter 10 : A Thousand Words.
Chapter 11 : A Big Surprise
Chapter 12 : Asher

Chapter 13 : You Are Next

209 26 18
By pinocchhio

Foto Asher tertempel di hall utama sekolah, dalam foto itu terlihat Asher yang sedang memegang piala kejuaraan football untuk pertama kalinya. Di bawah foto tersebut terdapat tulisan #NeverForget.

Orangtua Asher menginjakkan kaki mereka di sekolah untuk pertama kalinya seumur hidup mereka. Selama Asher bersekolah di Kleighton High, mereka tidak pernah menyempatkan diri untuk menghadiri rapat orangtua dan Asher bahkan mengambil raport bulanannya sendiri dikarenakan orangtuanya yang sangat sibuk mengurusi pekerjaan mereka masing-masing.

Mrs. Lorraine berdiri di depan pintu masuk untuk menyambut kedatangan mereka berdua, "Selamat datang di Kleighton High, Aku mengucapkan duka sedalam-dalamnya. Asher adalah anak yang baik, dia selalu menjuarai beberapa perlombaan."

Mrs. Lorraine kemudian memimpin laju orangtua Asher menuju loker anak mereka yang sudah tiada untuk membawa pulang seluruh barang Asher yang masih tertinggal di dalam lokernya.

Loker tersebut terdapat di ujung ruangan, terdapat banyak kertas berisikan harapan dan foto yang tertempel di loker tersebut, "Para siswa biasa melakukan hal ini sebagai wujud duka mereka terhadap teman mereka yang meninggal," Kata Mrs. Lorraine sambil membuka kode kunci pada loker tersebut.

Ibunda Asher tidak tahan membendung kesedihannya saat melihat semua foto yang tertempel pada loker anaknya tersebut dan berkata, "Kami tidak tahu dia mempunyai banyak teman."

Ketika Mrs. Lorraine berhasil membuka pintu loker tersebut, dia hendak meninggalkan orangtua Asher untuk mengambil seluruh barang milik anaknya yang masih tertinggal, "Take your time, aku berada di ruangan kepala sekolah jika kalian membutuhkan sesuatu." Katanya.

Dari kejauhan terlihat Esther berdiri melihat orangtua Asher dengan tatapan sedih, kemudian dia menghentakkan kakinya dan menghampiri mereka.

"Selamat siang, saya Esther Olivian. Selaku ketua Organisasi Sekolah, saya mengucapkan duka sedalam-dalamnya. Aku ingin bertanya mengenai hari upacara pemakaman Asher diadakan agar aku dapat membuat poster pengumuman." Katanya.

Ibunda Asher melirik anak perempuan itu dan kembali menjadi sedih, tidak lama Ibunda Asher menangis di depannya. Hal itu membuat Esther terkejut dan berkata, "Maafkan saya jika saya ada salah kata. Aku sungguh minta maaf."

Ayah Asher yang berdiri dan memegang lengan istrinya saat itu berkata kepada Esther, "Memorial kematiannya akan dilaksanakan malam ini pukul 7 dan waktu pemakamannya akan diumumkan nanti. Hari-hari ini merupakan hari yang berat untuk kami, jadi kami minta maaf."

Esther menganggukkan kepalanya dan hendak meninggalkan mereka berdua, namun jalannya terhenti karena tangannya diraih oleh Ibunda Asher yang matanya saat itu masih membengkak karena menangis. "Apa kau berteman baik dengan Asher?" Tanya ibunda Asher kemudian.

Esther kemudian menengok ke belakang dan berkata, "Asher adalah seseorang teman yang sangat baik. Dia baik pada semua orang."

Ibunda Asher akhirnya melepaskan genggamannya pada tangan Esther. Wanita paruh baya itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya tidak tahan membendung semua kesedihannya.

Esther meninggalkan mereka berdua berdiri di lorong sekolah, dia berjalan tidak menentu arah.



Dia menangis di sepanjang jalannya.


-----

Matahari sudah mulai terbenam menandakan malam sudah hampir tiba, Emma duduk dengan dress hitamnya lagi untuk menghadiri Memorial kematian Asher. Seorang suster berdiri di samping tempat duduknya mengenakan dress hitamnya juga.

Karena kondisi Emma yang belum membaik, pihak rumah sakit akhirnya memberikan izin kepada Emma untuk menghadiri acara Memorial itu dengan syarat harus didampingi oleh seorang suster yang akan memantau kesehatannya dan akan melakukan tindakan medis jika terjadi apa-apa.

Memorial kematian Asher akan diadakan di taman rumah orangtua Asher yang sangat luas, taman tersebut kira-kira bisa menampung sekitar 500 kursi.

Emma pergi sendiri karena ibunya harus menyusul ayahnya yang pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan. Ibunya harus berdiskusi mengenai tindakan apa yang harus dilakukan setelah rumah mereka terbakar.

Suster tersebut kemudian menuntun Emma pergi meninggalkan rumah sakit untuk pergi ke Memorial dengan mobil pribadi miliknya. Meskipun tampilan suster itu sangat culun tetapi dia mempunyai skill berkendara yang sangat agressif. Buktinya dia dapat menempuh perjalanan ke tempat rumah Asher dengan waktu yang sangat singkat meskipun jarak dari rumah sakit ke rumah Asher bisa dikatakan cukup jauh.

Terdapat banyak mobil di pekarangan rumah Asher sehingga sang suster harus memarkirkan mobilnya di depan gerbang rumah. Dari kejauhan sudah terlihat banyak sekali orang-orang yang datang untuk menghadiri Memorial tersebut.

Emily sudah berdiri menunggu Emma di depan pintu masuk, saat dia melihat Emma berjalan kaki dengan seorang suster di sampingnya, dia langsung menghampiri temannya itu.

"Emma aku kira kau tidak akan datang," Kata Emily saat mata Emma melirik wajahnya. Emma langsung meraih lengan Emily dengan tangan kanannya dan meraih lengan suster di sampingnya dengan tangan kirinya. Dia menggandeng kedua orang itu dengan kedua tangannya untuk membantunya berjalan dengan baik.

"Memorial ini merupakan memorial orang yang menjadi salah satu hal terpenting dalam hidupku. Aku tidak mungkin melewatkannya," Kata Emma menjawab Emily.

Ketika mereka sampai di tempat memorial itu, Emily dan Emma langsung duduk di samping Zach dan Esther, mereka dapat melihat Billy yang sedang duduk dengan ayahnya.

Ibunda Asher maju ke depan untuk membawakan speech mengenai kepergian anaknya, namun tidak berselang lama dia tidak kuasa menahan tangis sehingga seorang pria paruh baya yang diketahui adalah ayah Asher ikut maju lalu memeluk istrinya tersebut dan kemudian membawanya pergi untuk duduk.

Emma juga tidak bisa membendung rasa kesedihannya, sehingga ia memutuskan untuk berdiri dan meninggalkan tempat itu, "Aku tidak bisa berada disini terus," Bisiknya kepada Emily.

Emily langsung mengikuti Emma yang tiba-tiba saja meninggalkan taman, Emma berjalan sangat cepat lalu tidak lama kemudian dia berhenti di sebuah ruangan utama yang akan digunakan oleh orangtua Asher untuk acara memorial selanjutnya.

Emily melihat Emma yang diam terpaku di tempat ia berdiri sekarang, dia jelas mengetahui bahwa Emma sedang menangis.

Emily langsung merangkul sahabatnya itu dan berkata, "Jika Asher melihatmu menangis seperti ini terus, dia pasti akan marah."


Emma langsung memeluk Emily dan kali ini tangisannya makin menjadi-jadi.

-----

Sekarang sudah pukul 20.30 dan acara memorial Asher sudah selesai. Semua orang yang mengikuti acara memorial tersebut bisa mengambil makan malam yang sudah disediakan di ruangan dimana Emma dan Emily duduk.

Esther dan Zach yang melihat kedua temannya itu langsung menghampiri mereka, "Aku sudah muak dengan kematian. Kenapa polisi sangat lambat dalam bertindak?" Kata Emily kepada Esther dan Zach yang baru saja datang menghampiri tempat duduknya dan Emma.

Lalu terdengar suara dari belakang yang berkata, "Maaf aku baru bisa bertemu dengan kalian, sepanjang acara aku harus selalu berada di samping ayahku."

Emma melihat ke belakang, dan dia melihat Billy dengan tuxedo hitamnya.

"Sekarang sudah malam, aku harus pulang ke rumah sakit. Ada yang melihat suster pendampingku?" Kata Emma yang sadar dia baru saja kehilangan jejak susternya.

"Mungkin dia ada di mobil?" Kata Emily menjawab pertanyaan Emma.

Emma langsung berjalan menuju mobil kepunyaan susternya yang di parkirkan di depan gerbang diikuti oleh keempat temannya dari belakang, namun dia tidak menemukan susternya dimanapun.

"Hubungi nomor handphone nya," Kata Zach memberikan sebuah ide kepada Emma.

Tidak lama kemudian Emma mengambil handphone nya dan melajukan kakinya dengan pelan masuk ke dalam halaman rumah Asher. Setelah itu terdengar bunyi pecahan kaca dari lantai 2 rumah tersebut, Emma dan keempat temannya melihat ke arah suara tersebut, lalu tiba-tiba terlihat seseorang terlempar dari kaca lantai 2 rumah tersebut hingga orang tersebut jatuh dan menimpa sebuah mobil di bawahnya.

Semua orang yang mendengar suara berisik tersebut langsung keluar dari dalam rumah dan menghampiri tempat kejadian tersebut. Semua orang mengeluarkan teriakan dan reaksi mereka masing-masing setelah melihat kejadian tersebut.

Semua orang kaget dan panik, terlebih lagi Emma karena orang yang baru saja terlempar dari lantai dua tersebut adalah suster pendampingnya yang sekarang terlihat berlumuran darah.

-----

Setelah mengalami hari yang panjang, Emily duduk di sofa ruang tamunya sambil melamun, sudah hampir dua bulan kematian selalu saja berada di sekitarnya.

Tiba-tiba pintu rumahnya terbuka, dan dia melihat ayahnya keluar dari balik pintu.

"Papa?" Katanya dengan tersenyum lalu tanpa basa-basi lagi langsung memeluk ayahnya itu.

Sudah 2 bulan ayahnya berada di Chicago untuk urusan bisnisnya, selama ini Emily tinggal di rumah bersama dengan asisten rumah tangganya dan perlu diketahui juga bahwa orangtua Emily sudah lama berpisah.

Emily memutuskan untuk tinggal bersama dengan ayahnya, karena ibunya memutuskan untuk pindah ke Michigan dan membangun rumah tangga baru.

Emily tidak ingin mempunyai ibu atau ayah baru dalam hidupnya, jadi dia memutuskan untuk tinggal bersama ayahnya yang tidak akan menikah lagi.

"Aku tidak tahu kau akan datang malam ini," Kata Emily kepada ayahnya. Lalu ayahnya duduk di sofa dan berkata, "Papa tidak menghubungimu karena kau sedang berduka. Bagaimana memorialnya?"

Emily langsung menarik napasnya dalam-dalam lalu mengeluarkannya lagi, "Memorialnya sangat indah, aku tidak percaya dia akan pergi secepat itu," Jawab Emily.

"Sekarang yang kau butuhkan hanya tidur, lalu besok pagi mood-mu akan kembali baik lagi," Kata ayahnya kepada Emily.

Emily langsung memeluk ayahnya dan pergi ke kamarnya yang berada di lantai atas, namun setelah dia membuka pintu kamarnya, dia jadi terkejut karena kamarnya menjadi sangat berantakan bahkan kasurnya telah robek dan busa-busanya keluar.

Setelah itu dia melihat ke arah cermin, dan dia langsung berteriak dengan lantang ketika ada tulisan yang terlihat tertulis dengan lumuran darah.


Di cermin tersebut tertulis 'YOU ARE NEXT'



Seperti mengisyaratkan bahwa Emily akan mati selanjutnya.




Author's Note : Hai semua! Maaf ya baru bisa update lagi, soalnya author lagi sibuk belajar nih haha. Semoga suka sama part yang ini ya, kritik dan saran sangat diterima. Thank u! <3

Continue Reading

You'll Also Like

12.9K 1.5K 8
# ONGOING Jake Shim adalah siswa yang baru saja pindah ke Future Perfect High School. Ia menyadari bahwa kelas yang ia tempati sekarang terlihat begi...
6.1M 480K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
170K 4.9K 48
[Wajib Follow Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertingg...
79K 2.7K 46
Will you still love me when I'm be a monster? --------------- Shella yang dituntut sempurna oleh orang tuanya hanya dikenal sebagai cewek paling popu...