Pieces of Heart [COMPLETED]

By NinaMusIn

89.9K 2.2K 55

18+ WARNING BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN Buku kedua dari trilogi heart series Book I - Eye of Heart [COMPLE... More

Prolog
Part 1 : Pertemuan Masa Lalu (1)
Part 2 : Pertemuan Masa Lalu (2)
Part 3 : Lamaran Masa Lalu
Part 4 : Keraguan Masa Lalu
Part 5 : Kekesalan Masa Lalu
Part 6 : Pertaruhan Masa Lalu
Part 7 : Keputusan Masa Lalu
Part 8 : Kunjungan Masa Lalu
Part 9 : Masalah di Masa Lalu
Part 10 : Malam Pertama [WARNING!!! 18++]
Part 11 : Tidak Terduga
Part 12 : Awal Malapetaka
Part 13 : Reunited
Part 14 : Penjelasan
Part 15 : Kabur
Part 16 : Lamaran (2)
Part 17 : Malam Pertama (2) [WARNING 18++]
Part 18 : Kebahagiaan dan Petaka yang Bersembunyi
Part 20 : Ancaman
Part 21 : Perangkap
Part 22 : Chaos, Catastrophe & Killer
Part 23 : Seharusnya Kupatahkan Kakimu
Part 24 : Kau Tidak Bisa Menipu Maut
Part 25 : Murka
Part 26 [END]
Epilog

Part 19 : Sweet Moment

3.4K 69 0
By NinaMusIn

Ryu menatap layar ponselnya dengan gelisah, jemarinya yang ramping mengetuk-ngetuk meja, sesekali ia menghela napas panjang.

Sudah hampir sebulan, dan Bam belum memberikan kabar mengenai tugas yang ia berikan. Apakah William memang lawan yang sangat berat bahkan untuk seorang Isaiah?

Sialan. Ryu mengutuki dirinya sendiri. Tersenyum dengan ganjil dan mulai tertawa. Ha! Bahkan ia tidak mampu tertawa saat ini.

Betapa naif dirinya, tentu saja William bukan lawan yang mudah. Laniana memang lawan yang seimbang sejak dahulu, dan William, walau bagaimanapun tetaplah seorang pewaris keluarga Laniana. Akan sangat gegabah jika ia sembarangan menghadapi pria itu. Walaupun enggan, untuk saat ini dirinya memang bukan tandingan untuk William.

Namun, apakah Ryu akan menyerah begitu saja? Tidak. Tidak akan pernah. Ia telah berjanji dengan seluruh jiwa raganya bahwa apapun yang terjadi ia akan melindungi Freya, meskipun itu berarti ia akan melawan William, lawan yang mustahil ia kalahkan. Bahkah, jika seluruh dunia ikut menentangnya ia tak akan gentar.

Tiba-tiba ponselnya bergetar, layarnya menampilkan sesuatu yang sangat ia tunggu.

Bam is Calling...

Ryu segera mengangkat ponselnya, "Halo Bam, bagaimana hasil penyelidikanmu?"

"..." hening sejenak, "Ryu, kau harus berjanji padaku untuk tetap tenang."

"Jadi memang tidak mudah ya, " Walaupun Ryu sudah memprediksi hal tersebut namun tetap saja ia kecewa. Nada sumbang dalam suaranya terdengar tanpa ia kehendaki.

"Tidak juga, memang daftar rumah sakit yang kau berikan itu satu pun tidak menunjukkan keberadaan ibu Freya, tapi akhir-akhir ini pergerakan William sedikit mencurigakan."

"Mencurigakan bagaimana?"

"Kulihat ia seperti mengecek suatu tempat berkali-kali, dan ia memesan jasa transportasi khusus, dugaanku ia akan memindahkan ibu Freya."

"Dan tempat apa yang ia cek?" tanya Ryu penasaran.

"Aku bahkan tidak tahu tempat macam apa yang ia tuju itu." Terdengar helaan napas panjang di seberang suara. Tampaknya Bam letih.

"Begitu ya ... Hm ...." Ryu berpikir sejenak. "Aku minta maaf yang sebesar-besarnya, Bam, kumohon awasi sedikit lebih lama lagi. Semoga saja kita menemukan sedikit petunjuk."

"Tidak apa-apa. Aku mengerti Ryu, jujur pria ini memang membuatku takut. Bagaimana bisa ia tidak melakukan kesalahan sedikitpun."

"Ya. Dan pria macam itulah yang sedang mengincar nyawa istriku." Ryu tidak ingat sejak kapan ia nada suaranya berubah menjadi tajam, ia terkejut ketika mendapati dirinya menggertakan gigi.

"Tenanglah. Aku akan melakukan apapun yang kubisa untuk membantumu."

"Ya ... terima kasih banyak Bam."

"Sama-sama."

Dan sambungan telepon terputus.

Ryu menatap layar ponselnya kembali, tanpa sadar dahinya berkerut hingga membuat wanita yang tadinya menikmati indahnya laut jingga, kini menghampirinya.

"Ada apa?" Ekspresi bahagia yang terlihat beberapa detik lalu kini menghilang total, Ryu menyesal sekali membuat wanitanya khawatir.

Ryu menarik tangan Freya dan membawa istrinya ke dalam pelukannya. "Tidak, tak ada hal khusus," jawab Ryu sambil menghirup aroma rambut Freya.

"Apakah kau mulai kesulitan karena diriku?" Freya mempererat pelukannya.

"Jangan katakan itu, kau melukaiku Freya sayang," ucap Ryu sedih.

"Tidak! Aku hanya ...." Freya mulai kebingungan, bukan itu maksudnya.

Ryu mengecup lembut bibir Freya. Menatap mata ungu kuno yang begitu mempesona.

"Aku mengerti kau tidak bermaksud demikian. Tapi Freya sayang, jangan pernah mengatakan hal seperti itu. Kaulah kebahagiaanku. Dan apapun yang mengusik kebahagiaanku maka aku juga ikut terusik. Dan itu bukan salahmu. Dunia ini memang seperti itu, jika ada kebaikan maka ada pula kejahatan. Dan tugaskulah untuk memastikan kejahatan itu tidak melukaimu, kebahagianku."

"Iya," Freya menggosokkan hidungnya pada hidung Ryu. "Tapi maukah kau berbagi beban itu juga denganku? Kau harus ingat, bahwa kau juga adalah kebahagiaanku."

"Tentu," ucap Ryu bohong. Freya terlalu baik, memang dirinya adalah kebahagiaan gadis itu tapi tetap saja, istrinya tidak akan membiarkan orang sekitarnya tidak bahagia. Dan Ryu akan menjaga Freya dari orang-orang yang mencoba memanfaatkan hal tersebut.

"Lihat! Matahari mulai terbenam." ucap Freya antusias. "Cantiknya ...."

"Tapi lebih cantik kau sayang," Ryu berbisik manja.

"Dasar ... kau pasti akan segera mengurungku di kamar lagi," balas Freya. Ia mulai hapal kebiasaan suaminya ini.

"Memang," Ryu tersenyum jahil. Ia bangkit sambil membopong Freya. Dengan nada serak dan parau ia berbisik, "Aku telah memenuhi janjiku padamu. Sekarang giliranku untuk mendapat kesenanganku. Kau tahu, sakit sekali menahan ini."

Freya menyapukan bibirnya pada bibir Ryu dengan lembut. Kemudian memberikan Ryu senyum tantangan. "Bahkan belum sampai lima menit kita menikmati indahnya matahari terbenam."

"Begitu bersama denganku, kujamin lebih daripada sepadan."

Freya tersenyum jahil. "Benarkah? Sehebat apa dirimu?"

"Sangat hebat."

Ryu melumat bibir Freya dengan lapar, sambil tetap membopongnya menuju pondok kecil tak jauh dari tempatnya tadi. Pondok khusus yang ia pesan dari tempat penginapan miliknya. Ryu menendang pintu hingga terbuka, kemudian dengan menggunakan kakinya ia menutup pintu, tanpa menguncinya. Lagipula tidak akan ada seorang pun, ini tempat miliknya dan ia sudah memerintahkan bawahannya untuk tidak ada seorangpun yang dapat mengganggunya di tempat ini.

Ia meletakkan Freya di ranjang dengan hati-hati, dengan perlahan dan cekatan ia membuka pakaian Freya satu per satu. Tentu tanpa melepaskan bibirnya barang sedetikpun.

Bibir Ryu mulai bergerilya turun dari bibir Freya, meninggalkan jejak api di setiap tempat yang ia sentuh. Ia terus menyentuh Freya di seluruh tempat, dan hari ini ia ingin mengejutkan istrinya.

Mulut Ryu semakin turun hingga berhadapan dengan pusat kewanitaan Freya.

"Oh. Tidak Ryu," ucap Freya lemah.

Bukannya mendengarkan ia justru memulai aksinya dengan tegas. Bergerak menggoda gadis itu dengan kejam. Freya tak dapat menahan desahannya, ia meremas seprai dengan kencang.

"Ssst ... kau sungguh cantik. Jangan ditahan, rasakan saja, kau tidak perlu malu-malu cintaku."

"Oh.."

Ryu terus menyiksa Freya dengan lidahnya. Pandangan Freya kabur, langit-langit pondok terlihat berputar. Ketika ia mencapai klimaks tubuhnya melemas seketika.

"Nah, sekarang baru acara utamanya,"  suara Ryu terdengar semakin serak dan dalam. Pria itu menatap Freya dengan mata birunya yang diselimuti kabut gairah. Dalam beberapa detik tak ada satupun pakaian yang melekat pada tubuhnya. Otot-otot yang terpahat dengan sempurna di tubuh Ryu terpampang dengan jelas. Siap bergulat dengan tubuh wanita yang tengah menatapnya dengan takjub.

Ryu meletakkan kaki Freya dibahunya, bibirnya menangkap bibir Freya yang basah, sementara tangannya menangkup payudara Freya dengan sempurna.

Ketika kedua tubuh itu menyatu, api gairah semakin berkorbar. Terus berkorban, dan membakar dengan sangat panas setiap detiknya. Gerakan tubuh mereka bergitu selaras dalam harmoni, seolah-olah mereka telah menemukan bagian lain yang telah lama hilang.

Kewanitaan Freya membungkus Ryu begitu hangat dan erat, setiap menyentuh Freya seperti ini Ryu selalu merasa bahwa inilah pertama kalinya mereka bercinta.

Ryu memacu gerakannya dengan cepat, bibirnya menyesapi dalam-dalam bibir Freya, menikmati rasa manis candu yang membuatnya hampir sinting, atau bahkan ia memang sudah sinting?

Mereka berdua hampir mencapai ujung tebing gairah. Ketika tiba di puncak, ledakan gelombang besar segera menerpa, gelombang kenikmatan yang membuatnya merasakan surga dunia. Ia menatap Freya sambil tersenyum.

"Aku sungguh mencintaimu. Lebih daripada hidupku," ucap Ryu lembut sambil merapikan rambut merah jahe Freya ke balik telinga.

"Begitupun aku. Aku mencintaimu, kaulah duniaku Ryu, tidak, kau bahkan lebih dari itu," balas Freya sambil mengelus pipi Ryu.

Ryu menangkap tangan Freya. "Malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang dan melelahkan.."

"Aku menantikannya." Freya tersenyum bahagia.

---**---

To Be Continued

Continue Reading

You'll Also Like

7.9M 593K 39
Seorang gadis SMA yang dijual oleh kedua orang tuanya kepada pengusaha besar yang berusia sekitar tujuh tahun lebih tua darinya. Sayna, gadis berusia...
11.4M 768K 59
Project #Remaja | "Gue gak terima penolakan! Mulai sekarang lo jadi pacar gue." Ini bukan kisah Cinderella yang kehilangan sepatu kaca, di mana sang...
7.6M 342K 72
O N G O I N G #3 in Romance - 23 Maret 2020 #1 in Teen - 17 Mei 2020 ameyliamd (B_Fortune88's ROMANCE STORY) DONT COPY MY STORY!!! Gwen Miller harus...
573K 44.6K 29
Rahayu Audya. Seorang editor majalah wanita. Menyukai puisi dan membaca novel dan segala hal yang puitis. Tapi dia hampir tidak mempercayai cinta lag...