2 : What Should I Do?
Javier Mateo Leonidas terus menatap wanita di hadapannya disertai senyumannya yang menawan. Tapi, ayolah, siapa pun yang melihat senyum Javier tanpa memedulikan paras tampan lelaki itu pasti akan menyadari, jika hanya senyuman licik yang lelaki itu perlihatkan.
Javier berdecih dalam hati begitu matanya menatap wanita di hadapannya dari atas ke bawah. Sangat bukan Angel sekali. Wanita ini berbeda. Jika Angel lebih suka memakai dress sebagai setelannya, wanita berambut cokelat di hadapannya terlihat lebih suka memakai celana jeans yang dipadu-padankan dengan kemeja berlengan panjang sebagai atasan. Jangan lupakan juga sebuah tanda pengenal insan pers yang Anggy kalungkan di leher. Dan hell yeah, tanda itu yang membuat Javier sangat muak sekarang.
"Apa orang kaya sepertimu selalu seperti ini? Maksudku, menggunakan uang yang mereka miliki untuk berbuat sesuka hati?" Desisan benci Anggy membuat Javier menarik tangannya yang pada awalnya ia ulurkan untuk membelai pipi wanita itu.
"Tidak selalu," jawab Javier enteng. "Kami hanya melakukan ini untuk orang spesial sepertimu, kau pernah dengar kan? Curiousity kills the cat."
Anggy membulatkan matanya. "What? Ini pers, Tuan Leonidas. Dan kau tidak bisa menyalahkan kami atas pemberitaan benar yang kami tayangkan!"
Mendengar teriakan Anggy, Javier malah menarik sebuah kursi di dekatnya dan langsung duduk manis di sana. "Aku tahu ini pers. Aku juga memiliki stasiun beritaku sendiri. Aku tahu bagaimana alur pemberitaan dan sebagainya yang membuatmu tidak perlu mengajariku dengan kepintaranmu yang setengah-setengah," kekeh Javier sembari menatap Anggy penuh dengan rasa tertarik.
Selain Ibunya dan Angel, sepertinya hanya Anggy yang berani berbicara dengannya dengan nada setinggi ini.
"Tapi, please be smart, Woman.... Apakah kau tidak bisa membedakan mana pemberitaan benar yang bermanfaat dengan pemberitaan benar yang tidak memiliki manfaat bagi masyarakat banyak?" Javier terlihat berpikir sebelum menatap Anggy lekat.
"Membongkar urusan pribadi orang lain yang tidak ada kaitannya dengan masyarakat banyak. Membuat hidup orang lain terganggu dengan pemberitaannya yang terus dipertontonkan di media massa demi kepentinganmu sendiri. Apakah itu tidak membuatmu dipenuhi perasaan bersalah?" lanjut Javier dengan penekanan di setiap katanya.
Anggy menelan ludahnya susah mendengar perkataan Javier yang jika dipikir memang ada benarnya. Tapi kan...
Dengan cepat Anggy menggelengkan kepalanya. Berusaha membantah laju pemikirannya yang sudah mulai terpengaruh kata-kata Javier. "Jika memang kau suka berita yang seperti itu, maka tayangkan di stasiun beritamu sendiri. Jangan mendikte kami tentang berita apa yang harus kami tayangkan dan tidak, hanya karena kau tersangkut di dalamnya. Asal kau tahu, kami bukan stasiun berita yang melayangkan pemberitaan kriminal, korup—"
"I got it. Sekarang aku tahu jika apa yang aku lakukan memang sudah benar." Javier memotong ucapan Anggy sembari bangkit dari duduknya
"You are so naive," ejek Javier dengan senyumnya yang menyebalkan. "Asal kau tahu, Anggy Putli Sandja—"
Dan Javier tidak sempat melanjutkan kalimatnya, karena di detik kemudian ia sudah mengernyit ketika mendapati Anggy menertawakannya tiba-tiba.
"Ayolah, Tuan Leonidas yang pintar dan maha kuasa...," ejek Anggy setelah tawanya mereda. "Jika kau tidak bisa mengucapkan namaku, jangan ucapkan. Lidah kakumu tidak akan bisa menyebutkan nama tengahku dengan benar." Anggy menepuk pundak Javier dengan wajah yang ia buat seakan ia sedang prihatin. "Kau mengejek negara asalku sebelumnya. Mengatakannya sebagai negara antah berantah yang tidak kau ketahui keberadaannya. Tapi asal kau tahu saja, semua orang di negara asalku bisa mengucapkan kata put-ri dengan lancar. Tidak sepertimu. Aku saja ragu ketika mendengar kau mengatakan nama tengahku. Kau sedang berkata-kata atau malah berdecit minta tolong karena lidahmu tersangkut? Berkata Putri dengan benar saja kau tidak bisa," kekeh Anggy. Di detik kemudian wanita itu sudah berjalan mundur tiga langkah menjauhi Javier dan memberi isyarat pada Clarissa untuk pergi.
"Sekarang pulanglah, Tuan Leonidas yang terhormat. Kau mungkin sudah membayar bosku untuk membuat pemberitaan yang kau inginkan. Tetapi ini tempatku, tempat kerjaku. Aku memiliki peran di sini dan aku pastikan, pemberitaan yang kau inginkan tadi tidak akan tayang nanti, besok ataupun selamanya," ucap Anggy berusaha santai. Dan Javier hanya bisa tertawa kecil melihat wanita itu sudah menarik teman perempuannya ke arah tempat di mana bosnya sudah menghilang lebih dulu.
Well ... menarik.
Javier merapikan dasinya sebelum mengambil langkah untuk keluar dari tempat di mana ia menjadi bahan tontonan sejak tadi. Wibawa seorang Javier terlihat pada setiap langkah yang ia ambil. Tapi siapa sangka, jika dalam benaknya Javier terus menertawakan perkataan terakhir Anggy yang hanya akan menjadi kata-kata yang tidak akan pernah terjadi saat ini.
Biarkan wanita bermulut tajam itu mengusahakan segala cara untuk menghalangi berita yang telah Javier pesan agar tidak ditayangkan. Yang jelas, yang Javier tahu ... berita itu akan tetap tayang mengingat siapa yang telah memiliki media ini sekarang.
Ya, apa pun untuk Angeline, itu prinsip Javier sejak dulu. Dan membeli socialite media yang bukanlah hal sulit.
Jika itu untuk Angeline. Hanya untuk Angeline.
***
"Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku, Mr.James! Aku sudah dua tahun bekerja di sini. Jangan lupakan juga enam bulan masa magangku. Kenapa kau masih saja bisa berbuat sekejam ini padaku?"
Anggy sudah tidak tahu harus berkomentar apa lagi, ini benar-benar di luar logika. Artikel mengenai insiden lamaran konyol itu benar-benar sudah dirilis sejak lima menit lalu.
Anggy merasa emosinya sudah di ujung tanduk, setan dalam hati kecilnya seakan menggoda untuk menancapkan pulpen yang sedang ia pegang ke kepala botak Mr James. Oh tidak. Sepertinya akan lebih menarik jika ditancapkan ke kepala Bastard sialan itu. Dialah biang kerok dari semua ini.
"Maafkan aku, Anggy. Aku tahu betul dedikasimu untuk perusahaan ini. Tapi, maaf, aku tidak bisa. Kami tidak bisa," ucap Mr. James penuh sesal. Sementara mata abu-abu lelaki yang sudah berumur itu menatap Anggy penuh pandangan bersalah.
Pendrama! Anggy benar-benar yakin jika segala ucapan dan kelakuan Mr. James saat ini hanya siasat lelaki itu untuk membuatnya terlihat seolah terpaksa. Dari kata-kata Javier Bastard Leonidas tadi, Anggy sudah tahu jika uang telah menyuap habis lelaki ini.
"Aku akan menuntut kalian jika kalian masih tetap saja menyebarkan berita kebohongan itu!" teriak Anggy tidak tahan lagi. Dan itu membuat Mr. James menghela napasnya lelah.
"Astaga, Anggy, mana mungkin kau mau menuntut tempat bekerjamu sendiri."
"Ya! Aku akan melakukannya! Kaupikir aku mau dijadikan alat untuk membuat kalian bisa makan siang?!" sengit Anggy lagi. Kata-kata si bajingan itu masih menari-nari di kepalanya, dan itu membuat Anggy mengucapkan kata-kata yang cenderung sama persis dengan apa yang telah lelaki itu ucapkan.
Helaan napas keluar dari mulut Mr. James. Lelaki itu berjalan mendekati Anggy dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam kantung celananya. "Aku pikir kau adalah wanita yang pintar Anggy, tetapi ternyata aku salah...." Lelaki itu berkata dengan nada biasa, tetapi sanggup membuat Anggy meradang hingga kepala. "Bagaimana mungkin kau bisa melayangkan tuntutanmu? Sementara sebagian besar orang yang di sini sudah pasti akan membuat kesaksian yang berbeda dengan yang kau tuntutkan tadi. Mengenai jumlah, kau kalah telak Anggy. Tuntutan yang kauajukan tidak akan ada gunanya...."
Hati Anggy semakin panas mendengar penuturan lelaki di depannya. Jadi, semua rekan kerjanya sudah benar-benar berkomplot untuk mendukung Javier Leonidas?!
"Berapa dia membayar kalian? Aku sama sekali tidak menyangka jika aku bekerja di tempat di mana orang-orang mata duitan bersarang." Mata biru Anggy mengeluarkan kilat marahnya.
"Dia tidak membayar kami."
"Omong kosong!" tukas Anggy langsung.
Mr. James menghela napasnya lagi. "Dia membeli media ini. Secara tidak langsung, Javier adalah atasan dari atasan-atasan kita. Itu berarti nasib kita semua sebagai karyawan secara tidak langsung berada di bawah kakinya."
"WHAT?!" Anggy langsung memekik keras. "Jadi...?" tambah Anggy lagi dengan wajah melongo tidak percaya.
"Yes. He did. Sekarang kau tahu bukan, kenapa kami tidak bisa membantumu?" ujar Mr. James penuh sesal. Dan secepat itu pula Anggy langsung duduk di atas kursi kosong di dekatnya dengan raut wajah pias.
"Kau wanita pintar, Anggy. Aku yakin dengan kepintaranmu kau bisa membalik keadaan ini. Saat ini aku benar-benar minta maaf karena tidak bisa membantu, tetapi di lain kesempatan ... aku akan membantumu jika aku bisa. Aku berjanji." Mr. James menepuk pundak Anggy sebelum bergerak meninggalkan perempuan itu dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya.
Shit! Javier Leonidas! Demi Tuhan, Anggy benar-benar tidak habis pikir dengan lelaki itu. Anggy bersumpah pasti akan membalasnya. Pasti.
Getaran ponsel di saku celana jeans-nya membuat Anggy meraih benda pipih itu untuk kemudian melihat pemberitahuan yang masuk ke sana.
BREAKING NEWS. Lamaran Javier Leonidas untuk Salah Satu Crew Berita!
Sebelumnya publik telah dikejutkan tentang pemberitaan mengenai fakta jika Angeline Neiva Stevano masih hidup. Namun, kali ini berita menghebohkan dari pewaris Leonidas Industri yang sekaligus menjadi sanggahan atas berita sebelumnya yang tidak benar.
Dilansir oleh Socialite Media, Javier Leonidas terlihat sedang melakukan lamarannya kepada seorang wanita yang kemudian diketahui sebagai Anggy Putri Sandjaya, orang yang sama dengan yang telah menuliskan pemberitaan mengenai Angeline untuk pertama kali. Statement dari pihak Leonidas juga sudah diberikan langsung oleh Javier "Saya serius dengannya. Namun, sayangnya Anggy merasa saya hanya main-main karena dia merasa saya masih belum bisa menggantikan posisi Angel di hati saya dengan dia. Puncaknya ketika dia menerbitkan pemberitaan hoax mengenai Angel untuk melihat bagaimana respon saya. Melihat itu, saya menjadi yakin untuk segera melamarnya. Saya mencintainya dan saya menginginkan dia untuk menjadi wanita terakhir di hidup saya," jelasnya.
Hal ini memberikan penjelasan—
JAVIERR!!!
Anggy tidak melanjutkan bacaan itu—yang masuk melalui aplikasi berita yang memang terinstal di ponselnya—hingga habis. Lelaki itu benar-benar licik. Dia tidak hanya membuat Anggy harus mengalami bagaimana rasanya menjadi pusat perhatian seperti apa yang telah Angel dapatkan, tetapi Javier juga telah membuat Anggy sebagai alat untuk membuat pemberitaan mengenai Angel menjadi terselesaikan. Dua kosong untuk Javier.
"Anggy, kau tidak apa-apa?" tanya Clarissa hati-hati.
Dan, Anggy hanya mengangkat tangannya untuk memberi sinyal agar Clarissa tidak menghampirinya saat ini. Ia sedang marah dan ia tidak ingin membuat orang lain menerima luapan amarahnya sekarang. Tiga puluh menit berlalu dan Anggy masih larut dalam kemarahannya di saat ponselnya menampilkan nomor asing meneleponnya.
"HALO!" bentak Anggy mengingat mood-nya memang benar-benar jelek.
"Halo.... Apa benar ini Anggy Putri Sandjaya?" tanya suara lembut di ujung sambungan setelah sebelumnya helaan napas kaget yang terdengar.
"I−iya?" Anggy menjawab dengan nada lebih pelan. Ia merasa tidak enak sendiri mendengar bagaimana intonasi lawan bicaranya saat ini.
Helaan napas lain di ujung sambungan terdengar. "Syukurlah.... Saya Olivia, Ibu Javier. Javier tidak mau mengatakan apa pun tentang pemberitaan yang saya terima beberapa waktu lalu. Karena itu, saya berinisiatif meminta seseorang mencari tahu kontak Anggy. Apakah benar anak saya sudah melamar Anggy dan Anggy menerimanya?"
Ucapan yang terdengar penuh nada harap itu membuat Anggy berjengit tidak percaya. Olivia Jenner, atau sekarang lebih sering dikenal Olivia Leonidas menghubunginya?
Oke ... Anggy ... apa yang akan kaulakukan sekarang?
***