IG Stories (end)

By azellleza

22.3K 3.3K 2.3K

- There are stories behind every post - [COMPLETE] Maknae in Love @040817 - 041517 Yein mengumpat, bahkan mel... More

Pemilik Akun
Maknae in Love (1) - Kurang Fokus
Maknae in Love (2) - Masih Kurang Fokus
Maknae in Love (3) - Kenal?
Maknae in Love (4) - Moto
Maknae in Love (5) - INU
Maknae in Love (6) - Ketahuan
Maknae in Love (7) - Goodnight
Maknae in Love (8) - Waktu
Maknae in love (10) - IMSER
Her Medication (1) - Bercanda
Her Medication (2) - Obat
Her Medication (3) - 00:00
Her Medication (4) - 15:51
Her Medication (5) - Kims
Her Medication (6) - Jadi
Her Medication (7) - Lima
Her Medication (8) - Pre
Her Medication (9) - Keputusan
Her Medication (10) - Permintaan
Her Medication (11) - Pulang
Her Medication (12) - Pergi
Do You Know (0) - "that both of them are"
h a l o

Maknae in Love (9) - Perempuan Itu

979 164 84
By azellleza

Sebelumnya tidak terpikirkan oleh otak Yein bahwa Si Tukang Aqua, aka Kim Taehyung itu merupakan salah satu mahasiswa emas di jurusan akting. Yein pikir, Taehyung itu kerjanya hanya bermain dengan berbagai lapisan sosial masyarakat kampus, lalu merusuh di post Instagram orang-orang.

Tapi, lihat sekarang apa yang sedang Yein lakukan. Berselonjor di sofa menonton episode kedua drama berjudul Hwarang. Menunggu kemunculan Kim Taehyung sebagai salah satu pemerannya. 

"In, ponsel kamu bunyi," ucap Jeongkook, menunjuk ponsel Yein yang sedang bertengger di sudut meja. Ia berjalan menuju perempuan itu, membawa sebotol soda dan segelas air putih. Ia meletakkan gelas tersebut di depan Yein.

"Ih, cuma air putih?" tanya Yein pura-pura kesal.

"Katanya soda isinya gula semua? Bikin gendut? Ya aku sih mau banget kamu berisian dikit, tapi katanya mau ada lomba-"

"Agh, iya, iya. Tuan Jeon Jeongkook terima kasih pengertiannya," potong Yein cepat, sudah bosan mendengar Jeongkook mengomentari dietnya yang semakin ketat karena Yein berencana mengikuti lomba tingkat nasional beberapa bulan lagi. Sebagai seorang balerina, Yein memang jarang bisa makan dengan bahagia.

Ia bangkit dan mengabil ponselnya. "Oh, Kak Sujeong."

Jeongkook mulai menyesap sodanya. "Kenapa dia?"

"Nanya aku di mana. Ada apa, ya?" Yein menggumam sambil memberikan balasan pada chat Sujeong. Ia dan Sujeong dekat karena pagelaran tari The Twelve Dance Princesses, tapi setelah itu Yein jarang bertemu dengannya. Jadwal keduanya berbeda jauh dan Yein sendiri tidak punya banyak alasan untuk sekedar makan bersama dengan Sujeong. Meskipun Sujeong telah bersedia menjadi tempat curhat jika Yein ingin membahas Jeon Jeongkook, Yein tetap tidak tega menganggu waktu perempuan itu. Ryu Sujeong sibuk bukan main. Salah satu Badan Pengurus Harian organisasi musik jurusan, panitia ulang tahun kampus, pengurus perpustakaan, asisten dosen, dan lain-lainnya yang membuat Yein hanya bisa tertegun. Oh, belum lagi Jeongkook pernah bilang bahwa Sujeong itu anak pertama yang juga sibuk mengurus adik-adiknya. 

"Hm...Kak Sujeong nanya apa aku nonton Hwarang. Hm, Kak Sujeong sama Kak Taehyung gimana sih perkembangannya? Udah jarang mention Kak Sujeong di Instagram perasaan."  Yein masih sibuk membalas chat Sujeong, menyatakan bahwa ia sedang nonton dengan Jeongkook.

"Ga paham juga."

Ketika Yein kembali ke sofa, ia mendapati Jeongkook sedang mengetik di ponsel, tapi langsung berhenti untuk menoleh pada Yein. 

"Kenapa?"

"Ga jadi." Jeongkook kembali menatap televisi. Tapi tatapannya jelas sama sekali tidak fokus.

Yein sendiri sudah paham Jeon Jeongkook itu bagaimana walaupun ia baru berhubungan dengan laki-laki itu selama tiga bulan. Berhubungan tanpa status, tepatnya. Saat ini ia ada di rumah laki-laki itu. Kedua orang tua Jeongkook sudah tahu siapa Jeong Yein. Begitu juga sebaliknya. Ayahnya yang menyeramkan itu, Jung Ilwoo, langsung luluh begitu saja ketika tahu Jeongkook sering main bowling dan pecinta olahraga panjat tebing. Ilwoo mulai membuat Yein takut. Jangan-jangan ayahnya itu sudah mengharapkan Jeongkook sebagai menantunya. Kalau Ilwoo tahu Yein masih HTSan, mungkin Yein bisa langsung dilempar ke Eropa. Didaftarkan di akademi balet khusus wanita, disuruh fokus balet, trus di umur 30 langsung ditunangkan dengan anak koleganya. Duh, dikira drama Korea apa, ya?

Omong-omong, hampir seluruh mahasiswa kampus yang kenal Jeon Jeongkook atau Jeong Yein pasti akan bilang kalau mereka berdua sudah berpacaran. Tapi hanya sedikit yang tahu bahwa sebenarnya mereka belum resmi. Itu semua karena keputusan Yein yang menggantungkan status mereka sampai Jeongkook bisa memberi tahu siapa 'perempuan itu' dan alasan Jeongkook terkadang harus menemuinya tiba-tiba. Bahkan sampai tiga bulan lamanya. 

Oh, tidak, jangan bilang Yein berlebihan. Setelah malam pementasan Kim Kei, Jeongkook juga pernah membatalkan janji mereka untuk nonton bersama demi bertemu 'perempuan itu'. Belum berhenti sampai di sana, Jeongkook juga pernah tidak datang setelah Yein mengundangnya menonton kelas di mana Yein menjadi pengajar balet relawan di panti asuhan. 

Alasannya sama. Ia harus menemui 'perempuan itu'. Dan entah apa yang mereka perbuat bersama. 

Setiap kali Jeongkook melakukannya, selalu ada dorongan kuat dari dasar hati Yein untuk lepas kendali dan memutuskan hubungan yang bahkan belum menyambung ini. Yein sempat berpikir bahwa Jeongkook ternyata sengaja melakukannya. Hanya mempermainkan Yein dan mengambil kesempatan dari perasaannya.

Tapi, setiap kali itu juga Jeongkook selalu menunjukkan rasa bersalah. Laki-laki itu tidak berkilah sama sekali bahwa dia harus menemui perempuan itu, bahwa dia tidak bisa menceritakan alasannya. Dan di antara waktu-waktu itu, perasaan Yein sudah tumbuh semakin besar terhadap si pemuda Jeon. 

Saking sukanya sampai Yein tahu bahwa sekarang Jeongkook sedang berpikir untuk menemui perempuan itu. Miris sekali. 

"Mau ketemu 'dia', ya?" Yein memberikan penekanan di sana, berharap terdengar biasa saja, namun Yein harus jujur bahwa ia sudah mulai lelah. 

"Eh?" Tuh, kan, Jeongkook mulai menggigit ujung bibirnya karena panik. Belum lagi matanya membesar. Enggan menatap Yein lama-lama. 

"Engga juga sih." Jeongkook menggaruk belakang leher, "Dia ga telpon."

"Hm, dasar laki-laki panggilan," ejek Yein, sama sekali tidak berniat membuat lelucon. Trus kenapa laki-laki itu risih sekarang?

"Kangen, ya sama 'dia'?" Halah, mana kuat Yein mengutarakan pertanyaan itu. Bisa-bisa tangis karena mengiris bawang bombay kalah perih dengan tangis karena Yein melihat laki-laki itu menjawab dengan sebuah anggukan. 

Toh Jeongkook hanya menghela napas. Mereka diam menyaksikan drama Hwarang kembali dimulai setelah sesi iklan. Ponsel Yein berbunyi tepat setelah Taehyung muncul sekian detik. Untuk ukuran perdana, tetap saja hal tersebut keren karena Taehyung sudah bisa masuk ke drama berskala siaran TV nasional.

-

jeong_yein

18 likes

tukang aqua kerajaan silla

view all 2 comments...

taehyungvkim waw, tampan sekali makhluk ciptaan tuhan

taehyungvkim captionnya ya .-.

-

"Kak Taehyung keren juga. Tapi perannya kaya dia sehari-hari sih," kata Yein, mencoba mengembalikan suasana canggung keduanya dengan memulai percakapan.

"Hm hm," balas Jeongkook, meminum sodanya. 

Sudah begitu saja reaksi laki-laki itu, membuat Yein positif bahwa ia akan langsung pulang ketika iklan muncul lagi. Harusnya ia tidak membawa-bawa 'perempuan itu'. Tidak, harusnya tidak usah nonton Hwarang dengan Jeongkook meskipun laki-laki itu yang minta. 

Tidak, tidak. Harusnya, tidak usah memulai hubungan ini dari awal. 

Yein sudah siap untuk bangun ketika ponselnya bergetar lagi. Panggilan dari Ryu Sujeong. 

"Tahu nomorku dari mana?" gumam Yein pelan. 

"Ya, Kak? Ada apa?" tanya Yein pada sambungan. Tapi Sujeong belum juga membalas ketika Yein kembali bertanya. "Kak Sujeong?" Keheranan Yein semakin menjadi-jadi ketika Jeongkook tiba-tiba menoleh, membelalak padanya.

"Kak Sujeong?" Sedangkan alis mata Yein naik sebelah pada Jeongkook, bertanya tanpa suara atas perubahan tingkah laki-laki itu.

"Maaf, ya," ucap Sujeong, "maaf banget. Please. Yein, gue bisa percaya sama lo, kan?"

Yein mulai merasa panik memenuhi dirinya. Suara Sujeong pelan dan putus-putus. Sama sekali tidak seperti Ryu Sujeong yang tegas itu. "Kak? Percaya apa?"

"Akhirnya," ucap Jeongkook menggeram, ketika Yein ingin bertanya lagi pada Sujeong, Jeongkook sudah mengambil ponsel Yein. 

"Kamu dimana?" tanyanya. Laki-laki itu terlihat panik. Dahinya mengerut. Ia bangkit, melangkah lebar ke depan televisi untuk mengambil kunci mobilnya yang menggantung di sana. "Aku ke sana."

Oh, sial. Kalimat itu lagi. Kata-kata itu lagi. Nada itu lagi. Perempuan itu lagi. 

Tangan Yein mengepal, ia turut bangkit, ingin mencuri ponselnya kembali dan meneriaki perempuan itu. Tapi entah bagaimana, ia tahu bahwa emosi dan luapan kekhawatirannya tidak patut diutamakan saat ini. Terlebih ketika Jeongkook menarik tangannya. 

"Kita ke sana."

---

Perasaan Yein campur aduk. Sangat. Ia hanya bisa diam menyaksikan. Mendapati bahwa hal yang pertama kali Jeongkook lakukan setelah menemukan Sujeong meringkuk di bawah meja adalah membawa perempuan itu ke dalam pelukannya. 

"Bego banget sumpah. Ngapain sih di sini?" ujar Jeongkook kesal, namun tangan laki-laki itu mengusap kepala Sujeong. Sebelahnya lagi menepuk pelan punggung perempuan itu. 

"Maaf. Maaf. Maaf. Jangan tinggalin Sujeong. Maaf. Maaf."

"Ryu, ini aku Jeongkook. Sujeong, udah, oke?" tutur Jeongkook pelan. Kali ini laki-laki itu memegang kedua bahu Sujeong. "Tarik napas, tahan, pelan-pelan keluarin." 

Yein ingin sekali mengalihkan matanya dari pemandangan itu. Ia yakin sekali bahwa hal pertama yang akan ia lakukan ketika pertama kali bertemu dengan 'perempuan itu' adalah memasang tatapan sinis dan berlaku sejutek mungkin. Tapi ketika ternyata 'perempuan itu' adalah Ryu Sujeong dan sekarang perempuan itu terlihat begitu lemah, wajah pucat dan keringat memenuhi dahinya, Yein kini hanya bisa merasa bersalah. 

"Aku di sini, Ryu Sujeong. Ada Yein juga. Kamu ga sendirian. Ga ada yang bakal ninggalin lagi. Oke?" Jeongkook mengatakan itu dengan perlahan, memastikan bahwa setiap kalimat yang ia ucapkan benar-benar didengar oleh gadis Ryu yang kini mulai bernapas dengan lebih stabil. 

Setelah Sujeong mengangguk, Jeongkook kembali memeluknya (ouch, dengar ada suara pecahan? itu suara hati Yein). "Tadi masih ada orang. Sumpah aku ga tau kapan aku ketiduran. Bangun-bangun tinggal aku doang di sini. Kenapa semua orang ninggalin aku? Aku salah apa?" 

"Sujeong, udah, udah. Aku di sini. Yein di sini." 

Akhirnya, Yein menguatkan diri (dan hati!) untuk mendekat, lantas berjongkok di sebelah Jeongkook. Dapat dengan jelas ia lihat tubuh Sujeong masih bergetar, air mata masih turun dari matanya yang menutup. Jeongkook akhirnya menoleh pada Yein ketika Sujeong sudah tidak lagi menggumam asal. 

Mereka tidak menyuarakan satu kata, tapi dua pertanyaan terbesar yang selama ini menghalangi hubungan mereka seakan terjawab begitu saja. 

Perempuan itu siapa? Kalian melakukan apa?

"Kak, aku di sini kok," ucap Yein, meraih satu tangan Sujeong dan menggenggamnya erat. Dingin tangan Yein ketika ia sedang gugup menunggu gilirannya tampil atau bahkan ketika ia sedang menunggu pengumumam pemenang sama sekali bukan apa-apa dengan dinginnya tangan Sujeong saat ini. 

"Maaf."

---

Hati Yein masih saja sempat-sempatnya panas ketika melihat Jeongkook membaringkan Sujeong di atas kasur. Laki-laki itu menyelimuti tubuh Sujeong dan menghela napas kemudian. Sedangkan Yein hampir saja berteriak ketika seorang laki-laki, sekitar umur anak SMP, muncul di belakangnya sambil membawa dua gelas jus dingin. 

"Makasih udah bantuin Kak Sujeong." 

"Oh, iya." Yein mengikuti laki-laki itu ke ruang tamu. 

"Ho, Jisung masih bangun?" ucap Jeongkook turut mengikuti Jisung.

"Masih. Mainin game yang Kakak kasih tempo lalu."

"Lah bukannya belajar udah kelas 3 SMP!" cecar Jeongkook mengacak-acak rambut Jisung. Jisung cemberut, malah membuat Jeongkook tertawa lebar dan semakin meningkatkan kekuatannya dalam menghancurkan tatanan rambut laki-laki yang lebih muda darinya itu.

Yein hanya tersenyum. Tertular senyum Jeongkook yang baru pertama kali ia lihat malam ini. 

"Hm, Kakak siapa?" tanya Jisung pada Yein. Lantas membuat Yein gagu sejenak. 

"Jeong Yein. Juniornya Kak Sujeong di kampus."

"Hm," Jisung menatap Jeongkook dan Yein bergantian. "Kalian pacaran ya?"

Yein langsung menggeleng. Bisa terdengar juga suara pecahan hati Yein terinjak-injak untuk kesekian kalinya. 

"Belum," jawab Jeongkook, duduk di sebelah Yein dan meminum jusnya sebelum melanjutkan " Wah Jisung udah ngerti gituan sekarang. Aku berasa tua."

"Hm, jadi 'akan' ya?"

Yein semakin ingin pamit pulang saja. Tatapan Jisung kepadanya begitu datar, padahal wajahnya manis dan lucu. Jisung hanya melirik sekilas pada Yein, lalu kembali pada Jeongkook dengan ekspresi melunak. Jelas sekali Jisung tidak suka dengan eksistensi Yein di rumah itu.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Jisung, Yein hanya duduk tegap di sofa dan Jeongkook meminum jusnya. Sampai akhirnya Jisung menghela napas. "Padahal aku maunya Kak Jeongkook yang jadi kakak iparku. Pasti seru."

Jeongkook langsung tersedak jus. Yein refleks membantu laki-laki itu dengan menepuk pelan punggunya. "Haha," Jeongkook tertawa datar, "Jisung sudah kuanggap seperti adik sendiri, kok," ucap Jeongkook sambil mengacungkan kedua telunjuknya.

Andaikan Yein benar-benar bisa mentransfer makna pada Jeongkook tanpa perlu bersuara, ia pasti sudah melakukannya sejak tadi. Jeon Jeongkook, keluarkan aku dari tempat ini!!

Setidaknya lima belas menit penuh kecanggungan dilanda Yein karena Jeongkook dan Jisung asik sendiri membahas game yang dibawa si pemuda Jeon tempo lalu. Ketika itu juga Sujeong muncul dan menjewer telinga Jisung. 

"Kok belum tidur?" tanya Sujeong galak. 

Jisung yang tadi terlihat kekanakan ketika berhadapan dengan Jeongkook langsung membalas tatapan sang kakak dengan datar pula. "Aku udah bukan anak kecil kali, Kak," balasnya tegas, lalu menepis tangan Sujeong. 

"Ih?" Sujeong sudah siap mengeluarkan kalimat lain, namun Jisung sudah bangkit dan berlari ke atas. 

"Jisung! Ngelawan ya sekarang sama Kakak!" teriak Sujeong, dan dibalas dengan gebrakan pintu ditutup kencang-kencang oleh Jisung. 

Sujeong menjatuhkan dirinya ke sofa, menatap Yein dan Jeongkook bergantian. Lalu berhenti pada Yein. Lalu ia memeluk bantal sofa yang jauh lebih besar dari tubuhnya sendiri, menenggelamkan kepala di dalamnya beberapa detik. 

"Maaf ya. Jeongkooknya sering gue pinjem."

Yein langsung terkaget. "Oh, i-iya, Kak." Sama sekali tidak terbayangkan oleh Yein sebelumnya bahwa ia akan secanggung ini dengan 'perempuan itu'. "Kakak udah enakan?"

Sujeong menggumam, mengangguk, tersenyum kecil. "Kayaknya."

"Bisa-bisanya ketiduran di perpustakaan," Jeongkook dengan santai membuka toples tempat kacang dan memakannya tanpa minta izin.

"Kamu nanti jerawatannya kumat! Pas kumat ga mau ke dokter! Mana males cuci muka!" Yein langsung mengambil toples itu dan menyelematkan toples dari kebinalan Jeongkook. Well, Yein juga sedang berusaha menyelamatkan Jeongkook dari break out jerawat yang bisa menimpa laki-laki itu jika berlebihan makan kacang. 

"Lah, baru segenggam!"

"Segenggamnya kamu tuh udah seperempat kilo sendiri," balas Yein tidak mau kalah.

"Engga sih. Ya ampun baru lima biji, Jeong Yein." Jeongkook mencoba meraih toples berisi biji-bijian primadona itu dari genggaman Yein. 

"Ih, engga!"

Lalu tawa Sujeong terdengar. "Aduh, gue ngeship kalian dari awal Yein salah mention Jeongkook tapi ga nyangka kalo bakal beneran," ucap Sujeong di sela tawa. 

"Ya ampun masih ada aja yang inget itu?? Malu!" pekik Yein. 

Sujeong mengangguk yakin. "Jeongkookie dihina-dina 'cantik' seminggu penuh sih abis itu."

"Demi apa?" 

"Iya, kamunya aja ga tau. Rame kok di grup angkatan gue." 

"Masa lalu, masa lalu!" Jeongkook terdengar tersinggung dengan hal itu, spontan membuat Yein tertawa. 

Senyum Sujeong merekah. Bisa-bisanya, senyum 'perempuan itu' turut membuat Yein tersenyum lebar.

Ah, ya, 'perempuan itu' Ryu Sujeong. 

"Hm, jadi, yah, maaf kalo gue pernah ganggu kencan kalian berdua apa gimana gitu ya," ucap Sujeong. Ekspresinya segan, terlihat bersalah, namun Yein bisa lihat juga bahwa ia sama sekali tidak nyaman membahas apa yang terjadi di perpustakaan beberapa waktu lalu. 

"Kakak...," Yein merasa tidak enak untuk bertanya, tapi setidaknya, ia harus tahu beberapa detail, "sebenernya kenapa ya bisa sampai kaya tadi?"

"Monophobia. Gue takut sendirian. Sendirian di ruangan. Sendirian di rumah. Sendirian di mana pun," ucap Sujeong, ia masih berusaha tersenyum tipis pada Yein yang mengangguk mencoba paham. 

Pantas Sujeong selalu aktif dimana-mana.

"Anak kampus yang tahu cuma Jeongkook, ngomong-ngomong," Sujeong entah kenapa menyipit sinis pada laki-laki itu, "oh, sama lo sekarang."

Yein hanya bisa memarahi dirinya sendiri karena sempat sangat dengki pada 'perempuan itu' setelah mendengar penjelasan Sujeong. Perempuan itu baru terserang ketakutan berlebihan pada kesendirian di bangku SMP, tidak lama setelah Sujeong dan Jeongkook menyandang status sebagai 'tetangga sebelah rumah'. 

"Saat malam musikal Kak Kei, gue udah mau dateng tuh. Bahkan udah janjian sama Yuju. Tapi begonya tiket gue ketinggalan, trus Nyokap ga ngasih tau kalo dia bawa adek-adek ke rumah tante. Pas nyampe rumah buat ngambil tiket, ya udah ga ada orang di rumah. Dan gue kambuh. Dan ya, separah itu sampai benda yang gue pegang selain ponsel buat nelpon Jeongkook itu ya...pisau dapur." Sujeong terdiam dulu, lalu memutuskan untuk mengambil toples kacang yang sejak tadi masih ada di dalam penglihatan Jeongkook.

Hati Yein semakin menciut. Ia masih merasa kesal pada dirinya sendiri. Tapi saat ini ia turut lega karena tetap bertahan dan mencoba percaya pada Jeon Jeongkook. Ada pun sekarang Yein ingin menangis untuk perempuan yang duduk di hadapannya. Ryu Sujeong yang dijadikan role model oleh banyak teman-temannya itu ternyata memiliki kelemahan yang benar-benar memilukan.

"Jeongkook ngasih tau semuanya kok. Kalo dia ga mau ngebuat lo kecewa terus-terusan in case gue kambuh." Sujeong memasukkan segenggam kacang ke mulutnya, seakan mengejek ketidakberdayaan Jeon Jeongkook untuk mengonsumsi camilan itu. "Maaf ya udah bikin kalian susah dan baru bisa ngomong sekarang."

Yein langsung mengangguk-angguk. "Aku emang kesal banget waktu itu. Bahkan sampai tadi pun. Maaf, Kak. Tapi susah buat aku paham kalau emang aku ga tau alasan Kak Jeongkook harus ninggalin aku gara-gara perempuan lain padahal katanya dia sukanya sama aku. Makasih banyak udah ngasih tahu," ucap Yein tulus. 

Di sebelahnya Yein tidak sadar saja Jeongkook tersipu. Laki-laki itu selalu tersenyum tidak jelas memang jika Yein sudah jujur mengutarakan isi hatinya.

Sedangkan Sujeong tertawa. "Bener kok. Itu namanya lo pinter. Banget malah. Jangan mau diduain. Tapi, tenang. Gue sempet bilang lo harus pikirin baik-baik kalo lo suka sama dia kan, In?"

Yein mengangguk. "Jeongkook tuh, selalu nyoba buat ngelakuin apa yang dia omongin. Dan emang selalu dia lakuin. Kayak pas pertama kali dia tahu gue monop, 'Gue bakal selalu dateng kalo lo sendirian. Tapi ya lo kasih tahu lah, Bego, lo pikir gue Professor X bisa telepati'," Sujeong meniru cara bicara Jeongkook dengan ekspresi menyebalkan.

"Professor X..." Yein melirik sinis pada Jeongkook. Sempat-sempatnya laki-laki itu menyebutkan nama tokoh film Marvel di saat genting. "Maniak."

"Aduh, gue jadi mau re-watch Logan."

Yein harus menahan diri untuk tidak meninju lengan Jeongkook dan memutuskan untuk  meminum jusnya.

"Jadi," Sujeong tersenyum lebar lagi, "hati-hati aja kalo dia udah bilang mau nikahin lo."

Tentu saja, Yein langsung tersedak dengan agak berlebihan mendengarnya. Tanpa sedang minum jus juga, Yein pasti batuk-batuk dengan kondisi jantung siaga 3 membutuhkan pertolongan medis.

"Si Ee!" balas Jeongkook.

Sujeong melirik Jeongkook, masih dengan senyum di wajahnya, "Gue jarang banget ngomong makasih ke lo sih tapi ya."

"Ga perlu." Jeongkook mengacungkan tangan kanannya, "itu toples kacangnya aja kesiniin."

"IH GA BOLEH!"

Yein mendesis, mendumal kesal pada Jeongkook. Namun, suasana yang sudah tidak lagi tegang membuat otak Yein kembali bekerja dengan asal. Membuatnya mengeluarkan pertanyaan yang ia sesali setelahnya.

"Yang tahu Kakak monophobia beneran cuma Kak Jeongkook doang? Kak Mingyu? Atau Kak Taehyung, gitu? Atau Kakak ngasih tau yang lain? Trus, kenapa bisa monophobia, Kak?"

Bahkan sampai Yein dan Jeongkook pamit dari rumah Sujeong, Yein masih tidak bisa berhenti merasa bersalah. Kalimat jawaban Sujeong terus terngiang di kepala Yein. Wajah Sujeong yang tanpa ekspresi ketika baru beberapa detik lalu tersenyum itu membuat Yein semakin  ingin memarahi dirinya sendiri.

"Gue ga bisa jawab pertanyaan yang terakhir. Tapi emang, lo mau ya orang-orang tau gimana cara paling gampang buat ngebunuh lo? Gue sih engga."

---

azel's note: aduh maafin awalnya mau udahan di part ini eh malah jadi panjang banget. lalu jadi dibagi dua deh biar...endingnya bisa banyak part dua maknae yang sedang jatuh cinta itchu....

iya, Sujeong begitu :") Dan kenapa banyak dia di sini? Karena story berikutnya bakal fokus di Sujeong dan (my lovely hunny bunny walking gucci man) Taehyung.

Continue Reading

You'll Also Like

203K 17.1K 61
Awalnya Algi kira semua orang berlebihan, tapi pas udah hadapan langsung sama orangnya kena juga jebakan Betmen nyaa huhhh!! ⚠️ -Fiksi yaaa -BXB ...
77.8K 7.9K 35
FIKSI
80.5K 8.5K 25
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...
172K 9.3K 48
Noa baru saja di pecat dari perusahaannya, karena kesulitan mencari pekerjaan ia terpaksa menerima pekerjaan merawat pria dewasa yang tengah berjuang...